22

165 34 5
                                    

"Kurasa Hali sudah pergi," ucap Fang setelah mengecek tiap sudut ruangan, tetapi tidak menjumpai keberadaan Hali di manapun. Mereka tengah libur sehingga tidak mungkin Hali tidak ada selain benar-benar sudah pergi sesuai rencananya.

Kaizo dan Solar pun berada di rumah. 

Tidak ada surat yang ditinggalkan setidaknya untuk memberitahukan kemana ia pergi.

Bam

Suara pukulan terdengar dari arah ruang makan. Ketika Fang memasuki ruangan itu, terdapat sejumlah masakan. Ada juga bermacam bungkusan makanan siap saji maupun yang bisa diolah dengan mudah.

Kaizo pun ada di sana tengah duduk sembari menyantap roti yang sepertinya tidak dibuat oleh dirinya sendiri. Ia membiarkan Solar di hadapannya memukul meja sebagai respon tidak percaya. 

Kaizo tidak ada usaha untuk membuatnya tenang. Ia seperti sudah tau ini akan terjadi.

Solar tidak mengatakan apa-apa, tetapi tangannya mengepal erat penuh amarah. Ketika menyadari Fang berada di depan pintu ruangan itu, Solar bergerak pergi menyenggol bahu Fang kasar.

Fang dengan cepat berbalik dan mengejarnya.

"Solar!"

Tanpa harus memanggil dengan keras, Solar berhenti segera setelah mendengar panggilan itu. "Sebenci itu Hali padaku?" tanya Solar mengarahkan matanya ke samping dengan wajah menghadap ke bawah. "Kenapa Hali harus berlari disaat ia tau masih ada yang memedulikannya?"

Fang tidak tau harus menjawab apa. Ia pun bingung akan pola pikir Hali. Meski begitu, tidak bisa dipungkiri fakta bahwa pikiran Hali pasti akan selalu dipenuhi oleh berbagai hal berat melebihi cahaya yang melewati hatinya.

Kekerasan mental, fisik, serta tekanan batin yang ia alami selama setahun penuh, kuasa yang hancur lebur, beban kejahatan yang ia lakukan secara tak sadar kepada elemental, hingga rasa bersalah atas akomodasi berlebih berupa tenaga dan uang dari mereka sungguh membuat Hali merasa sangat terbebani. Belum lagi berbagai hal berat yang mungkin juga Hali lewati.

Entah sudah berapa kali ia teringat akan masalah yang Hali hadapi tiap kali melihat tubuh Hali melemah. Dengan kondisi tubuh yang jatuh bebas mengakibatkan Hali lebih sering terlihat sakit dibanding baik-baik saja.

Ia ingat betul betapa banyak darah yang Hali muntahkan dua hari lalu. 

Fang meraih ponselnya kemudian mencoba mengirimkan sejumlah pesan pada nomor baru Hali dengan harapan ia akan membalasnya kapanpun itu.

"Hali, apa kau baik-baik saja di sana?" 

"Libur sebulan ini kami ingin menghabiskan waktu bersama. Apa kau tidak mau ikut?"

"Kemanapun kau ingin pergi!"

.

.

"Solar menunggumu, Li."

Fang menurunkan ponselnya. Ia membuka kamar Hali dan menemukan Solar tengah memandangi kasur kosong yang ia pakai tadi malam untuk bercengkrama hingga tidur dengan perasaan bahagia. 

Kini, perasaan itu sirna. 

Tidak ada kebahagiaan yang ia rasakan. Tidak ada sama sekali.

Muka Solar suram seperti belum pernah melihat taman penuh bunga bermekaran disaat hujan membasahi sekujur tubuhnya setelah melewati hari yang berat.

"Sol."

Solar menyadari suara itu dengan kecepatan cahaya. Ia tidak melamun. Ia bahkan tak berencana untuk berpura-pura tidak mendengar sekali saja.

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang