3

235 35 6
                                    

"Beliin sate dulu, Fan. Sebentar lagi kita pulang," ucap Gempa meminta Taufan yang sudah meletakkan kayu terakhir di atas rangkaian rumah burung.

Pembangunannya hampir selesai, permintaan dari salah seorang tetangga yang biasa memanggil jasa mereka.

"Siap bos!" seru Taufan segera pergi mencari sate di rumah makan terdekat.

Gempa sendiri memasang paku untuk memperkokoh konstruksinya.

Kini, rumah burung itu telah rumpun. Mereka pulang bersama membawa makan siang yang sudah dinantikan.

Ketika sampai, Blaze sontak heboh sendiri kala membuka pintu dan meraih sate itu. "Akhirnya sampai!"

"Letakkan di piring, terus panggil yang lain," minta Gempa pada keduanya yang langsung berlari ke dapur menerima arahan.

"Makan ges," ucap Taufan bahkan tidak memperbesar suaranya.

Tidak mungkin ada yang mendengar.

Thorn pun datang ke ruang makan tanpa perlu dipanggil karena ia dari tadi berada di teras. Ia sudah melihat maupun mendengar obrolan mereka.

Gempa berjalan menuju kamar Ice lalu mengetuk. "Ayo makan, Ice! Nyemil aja gak cukup," ajaknya pada Ice untuk ikut makan bersama.

Ice tidak memberi jawaban.

Ia malah sedang duduk di lantai, berusaha mengintip ke kamar Solar dari dinding bolong yang ia buat secara sengaja.

Ice memperhatikan ruangan yang begitu berdebu itu, tetapi memiliki penyusunan barang yang rapi.

Ketika ia memandang Solar, ia langsung disuguhkan pada wajah yang pucat, mata yang lembab, dan pakaian tebal di siang bolong padahal AC tidak hidup. "Dia menangis lagi ...."

Andai Solar bercerita kalau dirinya belum tau, mungkin ia sekarang tidak akan menangis lagi.

Semuanya sudah tidak mengharapkan Hali lagi. Ia sudah kabur begitu lama meninggalkan hutang yang membekas.

Solar sendiri justru tidak bisa menerima bahkan setelah hampir setahun.

Satu-satunya yang Solar tau, Hali menghilang dan tak pernah kembali. Tidak ada ia tau soal hutang yang harus saudaranya itu bayarkan dalam jumlah besar.

Untung saja, hutang itu telah terbayar lunas sehingga keadaan rumah beberapa bulan ini telah membaik.

Setiap malam, sebagai orang yang istirahat tepat di kamar sebelah Solar, ia bisa mendengar kehebohan yang secara rutin terjadi selama hampir setahun ini.

Jika bukan karena itu, Ice pasti tidak tau. Apalagi Solar bertingkah seperti biasa, yaitu tidak mau keluar dari kamar untuk berinteraksi dan bergadang semalaman.

Solar memang terkadang keluar dari kamar, tetapi itu hanya untuk mengambil persediaan makanan. Ini semua terjadi dengan lancar karena ada toilet di kamarnya.

Ice ingin sekali mengajaknya mengobrol, tetapi Solar selalu menolak ketika ia menegurnya.

Ia selalu emosi padanya. Tidak pernah Solar senang akan kehadiran mereka, termasuk dirinya.

Sebenarnya ini sudah biasa. Namun, jika ada Halilintar, ia pasti bisa mencairkan suasana. Ia pasti bisa membuat mereka mengobrol setidaknya sedikit karena Hali yang tertua.

Hali berperan atas hubungan baik atau buruk dari mereka dengan perbaikan komunikasi.

Dulu pun mereka bisa sesekali masuk dan mengganggu ketika ia sedang membuat eksperimen. Berbeda dengan sekarang, Ice yang tidak mungkin merusak konsentrasinya pun tidak bisa masuk.

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang