25

153 32 3
                                    

Kaizo heran. Apa yang membuat Ice diam seraya menatap kosong seperti itu? Kaizo tidak yakin.

Ice pun akhirnya kembali berbicara. "Mungkin ketua sangat kesal karena aku berani ikut campur, padahal aku juga salah satu yang menolaknya hingga harus membuat Hali merasa terbebani telah dibantu terlalu banyak. Tidak peduli kalau penjahat lah pelakunya, kami tetap berperan khusus," ucap Ice malah membahas rasa tak nyaman. 

"Hali tidak pernah mengatakan kalau ia membenci kalian," balas Kaizo mengangkat poin penting. "Bukankah lebih baik ingatan Hali yang dihapus sehingga ia bisa lebih mudah sembuh?"

Ice menghela napas. Bukan itu yang ingin ia dengar. 

Ice sudah tau sejak awal kalau Hali tidak membencinya. Tidak mungkin Hali membenci para elemental.

Hali pun sebenarnya tidak membenci Kaizo sebanyak yang ia kira. Hali masih belum sembuh dan berdamai dengan dirinya sendiri sehingga tanpa sadar, Hali menolak seluruh usaha dan membuat mereka renggang. 

Ice yakin Kaizo tidak terlalu memperhatikan itu, tetapi ia sendiri pun tak bisa memastikan. Ice bukanlah orang yang berperan besar dalam hidup Hali.

Lalu, dengan menghapus ingatan Hali? Ice merasa tidak akan ada hasilnya. Pilihan itu hanya akan membuat semua orang sengsara, menurutnya.

"Sudah tidak ada harapan."

Belum juga Kaizo merespon, Ice kembali berbicara. "Terjadi penurunan fungsional dan peningkatan ketidakstabilan hormon. Bukan hanya itu, ada banyak komplikasi inferior yang tak bisa dokter jelaskan secara detail. Selama 11 hari ini, tubuh Hali dikelilingi oleh gejolak sihir anonim yang sepertinya meredup."

Kaizo kini mengerti. Ia akhirnya mengerti tentang maksud Ice, tetapi tidak menyangka bahwa akan benar-benar sesuai spekulasi. 

Ice tertawa sendiri. "Ketua tau sendiri kalau sihir anonim ini justru berbahaya jika habis, bukan jika terus ada kan?"

Ini bukanlah hal yang sepatutnya terjadi. 

Kaizo ingin sekali memaki dirinya karena datang terlambat menyelamatkan Hali dari penculikan satu tahun itu. Jika tidak, mungkin ia bisa menghentikan sihir itu dari tertanam dan merusak diri Hali secara perlahan-lahan hingga hilang tak bersisa.

"Jika sihir itu habis, maka.. ada dua kemungkinan kan?" tanya Kaizo yang langsung dibalas dengan anggukan. 

"Tentu saja. Jatuh koma dalam waktu yang tak bisa dipastikan atau.. kematian."

Keduanya terdiam untuk beberapa saat sebelum Kaizo kembali mengangkat topik pembahasan.

"Apa Hali tau tentang ini?" tanya Kaizo lagi. Ia harus memastikan banyak hal agar tidak bertindak gegabah.

Ice menggeleng cepat. Jika memikirkan tentang ini, entah kenapa Ice mulai merasa tak enak di hati. "Ketua, tolong bantu Hali,"  minta Ice tiba-tiba membungkuk. 

Ia berusaha keras terlihat baik-baik saja. Ia merasa dirinya tak punya hak untuk terlihat sedih setelah apa yang ia lakukan pada Hali. Setelah pengkhianatan disaat penjahat itulah sumber masalahnya. 

Tak peduli jika ia datang terlambat ke hadapan Hali, ia tetap tidak ingin semuanya terus sengsara.

"Membantu? Justru kau tidak peduli dengan perasaan Hali di detik terakhirnya," jawab Kaizo dengan nada dingin.

Ice mengangkat kepalanya, turut membalas dengan tatapan dingin seakan ia tidak takut. "Lihat saja nanti. Pada akhirnya, Hali pun akan memintanya."

"Hali.." Kaizo mengusap wajahnya frustrasi. "Sepatutnya kau menanyakan ini dari perspektif orang lain juga."

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang