21

212 33 2
                                    

"Aneh. Ini memang sangat aneh."

Hali lantas menyentuh bekas luka tusuk itu dan seketika mengernyit. Mata kirinya menyipit dan bahu kanannya terangkat tepat ketika luka itu disentuh. "Rasa sakitnya muncul jika ditekan atau di waktu yang tak tertebak."

"Kita bisa ke dokter siang ini," ucap Kaizo mengambil ponselnya untuk mengecek jadwal dokter di tempat terdekat dan mengambil jam kosong.

Melihat Kaizo mulai mencari solusi pun membuat Hali tak senang. Ia memasang kancing itu kembali dan segera menarik tangan Kaizo sebagai usaha menghentikannya. 

Kaizo dengan mudah melepasnya, tetapi tatapan tak nyaman Hali sedikit membuat Kaizo kebingunan. Namun, dibalik rasa bingung itu, kekesalan pun jauh lebih mendominasi.

"Sampai kapan kau ingin seperti ini? Semua orang pasti ingin kau merasa lebih baik." Kaizo menatap tajam padanya. Hali terdiam ketika mendengar pertanyaan itu.

Hali menoleh pada yang lain, pada Fang dan Solar. Ia melihat bagaimana mereka memiliki pemikiran yang sama sesuai ucapan Kaizo.

"Kalau kau sehat, kami semua otomatis bahagia," ucap Solar meyakinkan. "Tidak enak tau lihat Hali sakit-sakitan terus."

"Aneh sekali bicaramu."

"Ya paling kalau kau sembuh total dan kembali ke Tapops, rival popularitas balik lagi," ucap Fang dengan tawanya. "Hilang sudah juara satuku," balas Solar turut tertawa.

Kaizo pun tersenyum mendengar candaan mereka.

Mendengar ucapan keduanya membuat Hali tercengang. Wajahnya memang tidak menunjukkan reaksi apapun, tetapi hatinya tersentuh. 

"Apa-apalah." Hali pun merebahkan kepalanya ke atas meja makan setelah menggeserkan piring miliknya.

Tindakan itu lama-lama secara tak sadar membuat Hali jatuh ke dalam mimpinya.

Solar menyenggol bahu Hali dengan jarinya. Tubuh Hali tidak lagi bergerak, tetapi ia masih bernapas. 

"Tidur kah ni anak?" tanya Fang memandangi Hali dari arah samping. 

Saat Solar mengangguk, Fang tertawa seketika. Ia pun mengambil tempat duduk di sebelah Hali sebelum berkata, "Kau tau? Sebenarnya.. Hali bilang dia ingin pergi dari sini, tetapi belum apa-apa saja dia mudah tertidur pulas. Kalau nanti dia pergi, Hali bisa mati di hari pertama ini mah." 

Tepat ketika kalimat itu terdengar, mata Solar sontak melebar. "Apa maksudmu?"

Fang tertawa. Solar bahkan tidak fokus pada candaannya.

Ia pun mengangkat tangannya, lalu memainkan bayangan pada Hali yang tengah tertidur. 

Bayangan itu melingkar ke leher Hali untuk memberikan kesan cekikan. Terlihat ada respon yang begitu tipis darinya.

"Hm, kemampuan perlindungan diri dari bahaya seperti tidak ada. Mungkin karena Hali sudah tidak berikatan dengan kuasanya," jawab Fang membuat bayangan itu melingkari tubuh Hali dan mengikat kencang.

"Aku tidak tau apa yang penjahat itu letakkan di tubuh Hali. Dia bisa hidup selama setahun terikat rantai pun karena sihir." Fang pun mengangkat tubuh Hali dengan bayangannya dan menunjukkan respon Hali yang seperti tak nyaman. "Kalau kau lihat, sihir itu masih bersisa dan berefek secara berangsur-angsur," lanjutnya menjatuhkan Hali secara perlahan.

Kelopak mata Hali terbuka ketika tubuhnya kembali ke tempat. Hali mengusap matanya yang mengeluarkan air mata tanpa alasan. Bisa saja karena kantuk atau mata lelah.

"Berhenti menggunakan kuasamu," ucap Hali menyandarkan kepalanya ke tiang kursi.

"Terasa ya?"

"Sedikit, seperti disengat listrik," balas Hali mengusap wajahnya. Ia pun mengambil kopi yang sudah dituangkan khusus untuknya. Rasa manis bercampur pahit itu cocok sekali di lidah Hali. "Apa tadi dari Solar?"

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang