13

186 34 0
                                    

"Eh? Abang, apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana dengan misimu?"

"Tuntas. Kembali lah bekerja, Pang. Laksamana terlihat tidak senang mengetahui kau belum masuk kantor dari kemarin."

"Baik."

"Tunggu, apa keadaannya sangat buruk?"

"Gerakan jantungnya melemah. Aku hanya tau itu."

Suara pembicaraan yang cukup terperinci terdengar samar di telinga Hali. Ia juga mulai mendengar suara langkah kaki dan pintu yang terbuka lebar. Tidak lama, pintu itu kembali tertutup dengan sedikit kencang.

Mata yang seharian ini tak menunjukkan pergerakan perlahan terbuka dan bertemu pandang dengan seorang yang sulit ia kenali. Kaizo membalas tatapan yang Hali berikan dengan cepat setelah menyadarinya.

Meskipun ia tau Hali sudah siuman, Kaizo tidak menghampirinya. Ia justru berjalan untuk memberikan minuman pada Solar yang ternyata ada di ruangan yang sama sedang melakukan pencatatan pada buku miliknya.

"Hali sepertinya drop karena tingkahku," ucap Solar yang ditolak oleh Kaizo dengan cepat. Kaizo pun memperhatikan wajah Solar untuk beberapa saat sebelum memantapkan pemikirannya. "Kurasa aku mengingatmu. Pemuda yang telah berhasil menyelamatkan Tapops untuk kedua kalinya. Solar, benar itu namamu?" tanya Kaizo mengganti topik.

Solar tertawa mengetahui Kaizo mengingatnya. "Benar. Sekuat itu aku hingga berhasil menuntaskan masalah," jawabnya dengan bangga diri. "Laksamana saja kalah!"

Kaizo tersenyum tipis atas ucapan maupun keberadaannya. Ia cukup senang Solar sampai sekarang masih bisa hidup seperti biasa bahkan setelah berbagai hal traumatis menimpanya. Andai Solar tidak mudah move on dari suatu masalah, mungkin Solar masih akan terpuruk seperti bagaimana Hali bertingkah dan memperlakukannya.

Solar pun menunjukkan buku berisi catatan yang sulit dimengerti. "Apa ini?" Kaizo hanya dapat melihat tulisan senyawa kimia dan rumus proses pembentukan mesin. Ia tidak bisa membaca tulisan lainnya, tetapi Kaizo cukup yakin bahwa ini akan membantu.

"Kalau kupikir lagi, aku tertarik untuk kembali menjadi bagian dari Tapops," ucap Solar justru menunjukkan potensi yang membuat mata Kaizo sedikit berbinar. "Kau tidak membutuhkan elemental lain karena aku saja sudah cukup," lanjutnya dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Solar pun menoleh pada Hali yang terlihat sudah membuka matanya. "Oh, Hali sudah sadar! Apa tubuhmu merasa lebih baik?" tanya Solar menunjukkan kekhawatiran.

Kaizo turut menoleh tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia mengambil kantong yang entah sejak kapan berada di lantai untuk diletakkan di samping kasur Hali.

"Li, Should I ... call a doctor or psychologist to help you?"

Hali memandang sinis ketika mendengar pertanyaan itu. Ia langsung menepis tangan Kaizo yang seperti ingin mengecek temperatur tubuhnya di dahi. "Apa yang kau lakukan, huh? Berhenti menyentuhku." 

Kaizo terkejut dengan perubahan perilaku Hali yang bahkan tidak ingin disentuh sama sekali. Padahal ia ingat Hali meminta maaf padanya tepat tadi pagi setelah berbicara dengan Fang. "Kau kenapa? Apa ada ingatan yang kembali? Ji--"

"Menjauhlah, Sial!" Hali sontak mengarahkan pukulan yang dengan gesit ditangkis oleh Kaizo dengan penuh persiapan. Mata Kaizo melebar ketika pukulan itu hampir mengenainya. Kaizo memandang tak senang. Ia tidak pernah berharap akan bertengkar dengan Hali lagi setelah sekian lama. 

"Jangan bertingkah, Hali!"

"Waduh." Solar memandang tak selesa pada mereka. Ia tak berani ikut berbicara ketika sudah menyangkut masalah antara Hali dan Kaizo.

Solar tidak tau apa yang terjadi pada mereka selama bekerja di perusahaan untuk beberapa tahun ini, tetapi ia mengingat kejadian ketika Hali masih berusia 11 tahun. Ia melihatnya dengan jelas ketika bersembunyi dibalik pepohonan. 

Hubungan keduanya tidak pernah lebih baik dari hubungannya dengan Solar dan Fang.

Kaizo sering mendapatkan misi rahasia dan ada di suatu waktu ia bertemu dengan sosok Hali yang masih awam akan kuasa.

Perilaku Hali yang sudah sensitif dari lahir dan waspada akan sekitar untuk memastikan tidak ada yang bertindak jahat padanya maupun para elemental membuat obrolan antar mereka tidak berjalan mulus.

Hali mengira Kaizo ingin berbuat jahat padanya. Ia mengira Kaizo ingin mengambil jam kuasa miliknya sehingga pada saat itu dengan segala upaya ia melawan Kaizo dengan kuasa yang belum bisa ia kendalikan.

Mereka bertengkar hebat secara fisik maupun verbal. Hali yakin ia menang, padahal nyatanya ia kalah telak. 

Melihat Hali yang tiada habisnya menghindari Kaizo bahkan ketika mereka masih bekerja di perusahaan begitu menggambarkan betapa bencinya Hali dengannya.

Kaizo sebenarnya cukup yakin jika perasaan itu menurun setelah ia sering membantu Hali entah untuk misi ataupun hal lainnya, terutama setelah menyelamatkan Hali dari penculikan beberapa hari lalu. 

Kaizo cukup kecewa.

Kaizo diam memperhatikan Hali yang kembali merebahkan dirinya secara menyamping. Hali memeluk guling yang ada di atas kasur dan memandang Solar yang tengah meminum air pemberian Kaizo tadi.

"Kenapa kau bersikeras ingin ikut?" tanya Hali memandang tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Raut wajahnya datar sehingga tidak ada perasaan yang tergambar. Hali benar-benar mudah sekali merubah emosinya.

Solar menyadari pandangan itu dan segera membalas heran. "Hm?" Ia tidak mendengar pertanyaan yang Hali lontarkan. Ia sempat fokus membaca catatannya sendiri.

"Untuk apa kau ikut? Kau dulu pernah bilang tidak akan mau kembali lagi ke perusahaan. Kau berubah pikiran?" tanya Hali masih dengan tatapan dingin. Ia seperti tidak begitu senang dengan fakta bahwa Solar akan bergabung kembali untuk melaksanakan misi seperti sedia kala.

Beberapa tahun lalu sudah menjadi masa terbaik bagi mereka untuk berjuang. 

Hali bisa mengingat bagaimana Solar berceloteh tiada habisnya setelah mengetahui ia baru sadarkan diri seminggu setelah kejadian. Kuasa yang tidak bisa sembarang ia gunakan benar-benar membuat Solar harus mengurangi jumlah energi yang ia keluarkan.

Penggunaan skala kecil untuk memastikan tubuhnya baik-baik saja bisa Solar kontrol dengan baik. Sampai pada akhirnya, Solar memilih untuk mundur dan kembali hidup seperti manusia biasa. 

Ia membiarkan jam kuasanya diam di pergelangan tangan seakan itu hanyalah jam tangan waktu, sama halnya dengan para elemental lain.

Solar lantas tertawa mendengar pertanyaan Hali. Ia menunjukkan gerakan berpikir untuk menebak-nebak apa alasan dibalik itu. "Kenapa ya? Hm, aku hanya ingin menghabiskan waktu bersama Halilintar saja sih."

Hali memandang jijik pada balasan Solar. "Aneh." Sebelum ia kembali menunjukkan penolakan, Solar pun memberikan pertanyaan dengan keyakinan yang tinggi, "Hali tidak akan kembali ke rumah kan?"

Hali terdiam mendengar pertanyaan itu. Dibanding menjawab, Hali malah menutup matanya dan membiarkan dirinya tertidur seakan tidak sedang berbicara dengan siapapun. 

Mereka kira, Hali hanya bermain-main atas dasar malas berbicara dengan Solar sehingga mengalihkan perhatian dan membuat Solar tak berani melanjutkan. Namun, ketika Kaizo menggoyangkan lengan Hali, tubuh itu seakan tidak menyadari.

Perut Hali hanya bergerak naik-turun yang menunjukan bahwa ia masih bernapas. 

"Lah? Kok tidur?" Solar keheranan dibuatnya. Ia tidak bisa mendengar suara samar dari mulut Hali, tetapi pergerakan tipis saja untuk menjawab semuanya.

Solar menatap Kaizo yang membentangkan selimut di atas tubuh Hali. Tubuh yang melemah itu bertingkah seakan tidak terjadi apa-apa sungguh membuatnya kesal. "Hali kok tidak lanjut bicara? Malah tidur lelap lagi."

Kaizo tertawa mendengar celotehan Solar. Ia lantas menoleh dan dengan santainya berkata, "Kau bisa melihatnya jika menginap di rumah ini. Hali kan sudah berhenti dari perusahaan."

"Hah? Apa?!"

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang