2

307 42 3
                                    

"Hali belum sampai juga?" tanya Ice setelah menerima tiga roti yang ia harapkan. Ice sebenarnya tidak mendengar obrolan mereka, tetapi ia mengingat bagaimana Hali meyakinkan bahwa ia akan pulang di hari ini membawa makanan untuknya.

"Belum."

Ice menggaruk lehernya sebentar, memandang Gempa yang turut melihatnya.

"Hali sudah gila tau," ucap Ice tiba-tiba membuat Gempa keheranan. "Kenapa memangnya?" 

"Hali mengirim uang pa--"

"Bukannya kita sudah bilang nanti saja?" heran Gempa memotong kala mendengar pernyataan dari Ice yang tidak sesuai dengan rencana mereka kemarin hari.

Gempa ingat betul sebelum Hali pergi, mereka memintanya untuk tidak mengirimkan uang jika tidak diperlukan.

Sebelumnya, Hali sudah menambah tabungan untuk keperluan hidup mereka dan itu lebih dari cukup untuk sebulan ini.

Jelas itu menjadi tanda tanya baginya.

"Berapa?"

Ice ragu untuk menjawab, tetapi paksaan dari Gempa pun membuatnya harus membuka suara.

"30 juta."

"A-Apa?!" Gempa seketika kehilangan kata-kata. Nominal besar itu tidak bisa ia percaya. "Gila. Hali sudah gila!"

Kalimat yang sama pun keluar dari mulut Gempa.

"Sejak kapan dia punya uang segitu setelah mengirim untuk sebulan?!"

Ia masih tidak bisa memproses apa yang mereka dapatkan sekarang. Hali tidak biasanya mengirim uang sebanyak itu. 

Di kota dengan penghasilan yang cukup rendah ini, uang segitu sangatlah berharga.

Ice perlahan duduk di kursi makan dan mulai memakan roti miliknya. Melihat Gempa yang masih menunjukkan wajah tidak percaya, ia pun berucap, "Setidaknya kita bisa hidup sepuasnya. Hali nanti juga pasti menjelaskan alasannya."

Ice benar-benar malas untuk berpikir negatif.

Suara keributan mereka pun perlahan mereda. Ketiganya memasuki ruang makan dan melihat wajah Gempa yang tidak dapat dikondisikan jelas membuat Thorn bertanya-tanya.

"Kenapa dah?"

"Kaget tau Hali malah pinjol," ucap Taufan asal bicara yang sontak menarik tawa pada wajah Blaze dan Thorn. "Benar banget ahahah." Blaze tertawa dalam kesenangan mendengar nominal besar mereka dapatkan.

Gempa yang mendengar tidak senang hati.

"Tck, jangan sampe!" kesal Gempa tidak terima. Gempa merasa kesal pada Hali yang malah mengirimkan uang tanpa rencana, tetapi malah belum pulang juga sampai sekarang tanpa kabar.

Ice sendiri tidak ambil pusing dengan jokes maupun keadaan yang sebenarnya bisa saja terjadi.

Ice memilih untuk kembali memakan roti yang bisa ditambah selai itu dengan puas diri. "Enak!" senangnya dalam hati.

Waktu berlalu, tidak ada tanda-tanda kepulangan.

Di sore hari, waktu di mana Solar mulai keluar dari kamarnya pun masih tidak ada kehadiran darinya.

"Di mana Hali?" tanya Solar tidak menerima balasan apapun.

Sampai seminggu setelah rencana, Hali tetap tidak kembali. 

"Uang itu masih ada di rekening?" tanya Taufan pada Ice yang dari tadi molor saja di kamar. "Ada nomor asing yang menelepon ku terus-menerus, tetapi aku tidak pernah menjawabnya. Jadi, tentu saja masih ada."

My Unread MessagesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang