13|Pulang! Ayah Menunggu

275 6 0
                                    

Berkeliaran di luar sambil berjalan-jalan adalah sesuatu yang salah bagi Aladia, seharusnya ia mengikuti apa kata Shaland yang menyuruhnya untuk diam di hotel saja setelah sepulang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berkeliaran di luar sambil berjalan-jalan adalah sesuatu yang salah bagi Aladia, seharusnya ia mengikuti apa kata Shaland yang menyuruhnya untuk diam di hotel saja setelah sepulang sekolah.

Kalau saja Aladia tidak bertemu dengan Ravilla di toko bunga ia tidak mungkin bersamanya, Ravilla bilang kalau Marselino menyuruhnya pulang, padahal Aladia sendiri tau kalau ayahnya itu masih pergi dengan Eva.

"Ala ayo pulang, ayah udah nunggu." ajakan Ravilla dari dalam mobil saat tadi terdengar sangat baik di telinga Aladia, apalagi gadis itu tersenyum.

Kini nasibnya menjadi tidak baik, Aladia harus berada di ruang yang gelap, hanya ada satu jendela yang membuat Aladia bisa melihat cahaya dari luar, Aladia duduk di sebuah kursi kayu, badan dan tangannya sudah di ikat begitupun dengan kakinya, ia tak bisa kemana-mana, bahkan di luar pun ada bodyguard.

Pintu ruangannya terbuka, Aladia bisa melihat Ravilla yang masuk.

"Kak Villa, aku mohon buka talinya." ucap Aladia lirih.

Ravilla semakin mendekat pada gadis ini seraya membawa tumbler berwarna hitam yang ia pegang.

Kedua bodyguardnya itu berjalan ke belakang Aladia dan memegang lengan gadis itu membuat Aladia semakin ketakutan.

Ravilla tertawa, terdengar sangat menyeramkan di telinga Aladia.

"Lo itu gampang percaya ya sama gue? segitu baiknya kah gue?" ucap Ravilla. "Gampang Ala, kalau lo mau pergi dari sini, lo harus jawab pertanyaan dari gue."

Ravilla merunduk agar bisa melihat wajah Aladia dengan jelas. "Selama ini lo tinggal dimana?" tanya Ravilla membuat Aladia diam.

Aladia menunduk, ia bingung harus menjawab apa, Aladia yakin bila ia memberi tahu Ravilla, pasti gadis itu akan merencanakan sesuatu.

"JAWABBB!!!" Ravilla mulai membentak ia memegang kedua pipi Aladia dengan kuat.

"Jawab dimana Aladia!" titah Ravilla.

"Ho-hotel Shaland." jawab Aladia membuat Ravilla melepaskan tangannya itu, tubuh Aladia sudah gemetar.

"Bagus ya lo! lo itu mau hancurin hidup gue? lo mau rebut semua milik gue? lo mau jadi jalang? pelacur? hah?"

Ravilla membuka tutup tumblernya. "Lo masih punya harga diri gak? tinggal di hotel yang seharusnya dia calon suami gue!"

"Its okay Aladia, Shaland belum jadi suami lo, dan gue!" Ravilla menunjuk dirinya sendiri. "Gue yang akan jadi istri Shaland Antaleo."

"Sekarang Shaland dimana?" tanya Ravilla membuat Aladia menggelengkan kepalanya.

Tanpa beban sedikitpun, Ravilla menuangkan air panas yang ada di dalam tumbler itu pada punggung kaki kiri Aladia.

"Arghhh!" Aladia meringis kesakitan, ia sudah menangis, tubuhnya di tahan oleh kedua bodyguardnya itu membuatnya tak bisa kemana-mana.

Kaki Aladia sudah sangat merah, Ravilla berhenti memainkan aksinya itu.

Shalandia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang