9. Always Ribut

352 32 3
                                    

"Yang cuci piring bekas sarapan siapa?" Alan datang dari arah dapur dan bertanya tiba-tiba, menatap semua member yang sore itu sudah berkumpul di ruang tengah.

Beberapa memandang satu sama lain heran, namun salah satu dari mereka menunjuk Devano.

"Si Devan, noh, yang nyuci tadi," kata Gilang menunjuk Devano yang wajahnya terlihat tegang. Gilang menampilkan raut meledek.

"Devan?"

"I-iya, gue yang nyuci piring," anggukan lemah tercipta dari Devano. Lantas pemuda itu bangkit dan memelas didepan Alan.

"Cuma satu, itu juga gak sengaja, Lan. Sumpah demi Alek," lanjutnya sembari menggoyangkan lengan Alan.

"Kenapa, sih?" Tanya Rizwan bingung.

"Dia mecahin gelas," beritahu Gilang masih dengan wajah meledek.

"Lang, bisa gak sih muka lo gak usah gitu?" Desis Devano merasa ingin meraup wajah Gilang yang menyebalkan.

"Kayak gitu gimana? Muka gue ganteng gini juga," balasnya tersenyum miring. Lalu ia dengan pede menyisir rambutnya ke belakang.

"Jijik anjir, najis pede banget kayak jamet," celetuk Septian yang juga merasa kesal melihat wajah Gilang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jijik anjir, najis pede banget kayak jamet," celetuk Septian yang juga merasa kesal melihat wajah Gilang.

"Apa sih lo nyaut aja, iri? Bilang bos," Sengak Gilang pada Septian.

"Palpale pale pa," sahut Jaya sedikit bernada.

"Dev, terus itu kenapa pecahannya gak lo bersihin?" Tanya Alan yang membuat Devano kembali menatapnya.

"Udah gue bersihin," balasnya cepat, ia sedikit mengintip ke arah dapur.

"Pecahan kacanya nyebar, lo gak bersihin nyampe kolong meja ya? Tadi gue liat masih ada serakannya, untung gak sampe keinjek," kata Alan tegas.

"Maaf," ucap Devano menunduk, ia merasa bersalah. "Gue bersihin lagi kalo gitu."

"Gak papa, udah gue bersihin tadi, lo ada luka gak, hmm?" Tanya Alan yang melembut. Ia menyentuh kedua lengan Devano dan memeriksa tubuhnya.

Devano mengangkat jemarinya yang sudah di tempelkan plester. "Ini doang luka, tapi udah diobatin sama Gilang."

"Ini kalo orang luar liat Depan mode begini apa gak tantrum?" Celetuk Septian yang memperhatikan Devano. Disebelahnya Reyhan tertawa.

"Cuma di asrama doang dia kayak gini. Dingin diluar, apa adanya didalem," balas Reyhan yang angguki Septian.

"Sakit gak?" Alan mendekatkan telunjuk Devano di depan wajahnya.

"Nggak," jawab Devano polos sembari menggeleng.

"Gak sakit tapi tadi mau nangis," ejek Gilang dari sofa.

"Itu karena gue takut dimarahin karena mecahin gelas, bukan karena luka di jari gue," sahut Devano menoleh cepat dan melayangkan tatapan tajam pada Gilang.

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang