13. Tempat Pulang

299 35 7
                                    

Setelah mendengarkan cerita yang dialami Septian tadi dini hari, mereka tetap melanjutkan rencana untuk melaksanakan jogging. Tidak ada yang kembali tidur setelah itu, maka dengan inisiatif semua member berkumpul di tempat semalam sambil Alan dan Reyhan menyiapkan sarapan.

Kini, udara sejuk dan hamparan daun teh hijau menyambut mereka kala sudah berada di tempat yang lebih tinggi. Matahari belum sepenuhnya terbit dan itu menjadi kesempatan untuk mereka menunggu dan memandangi pemandangan sunrise di atas bukit.

Septian berjalan lunglai diapit oleh Reyhan dan Kalio. Ia sama sekali tidak ingin ditinggal sendirian semenjak kejadian tadi pagi. Benar-benar membuatnya trauma.

"Udah gak usah dipikirin, mungkin tu demit emang mau kenalan aja sama lo," ucap Reyhan merangkul Septian. Ia tidak ingin salah satu diantara mereka ada yang tidak menikmati acara liburan ini. Tujuan kesini kan untuk menghibur diri setelah banyaknya kesibukan hari-hari lalu.

"Untung cuma dibawa ke toilet, bukan ke alam lain," celetuk Gilang yang berjalan dibelakang Septian. Namun berkat celetukan nya itu, Gilang berhasil mendapatkan tatapan tajam dari semua member, ya kecuali Septian. "Hehe, sorry, sorry," cicitnya tak enak.

"Iya, jadiin pengalaman aja, kan bagus jadinya lo punya bahan cerita buat dibagiin ke anak cucu lo nanti," hibur Devano seraya menepuk bahu Septian.

"Nah, iya bener. Apa gue email-in aja ya cerita lo ke temen cerita? Atau mau ke Nadia Omara? Eh, gue kirim aja ke semuanya termasuk Nessie Judge, ya. Siapa tau salah satu diantara mereka ada yang mau minang kisah lo," seru Reyhan dengan antusias.

"Serius derita gue mau di umbar-umbar, bang?" Tanya Septian menoleh pada Reyhan dengan tatapan tak percaya.

"E-ehhh mana ada begitu. Kan ini pengalaman, derita dari mana nya sih?"

"Terserah lo deh, bang," dengus Septian malas. Ia berjalan duluan menyusul Jaya dan Rizwan yang sudah asyik sendiri menikmati suasana sekitar.

"Salah ngomong lu, sono bujuk anaknya nanti pundung berabe," seru Kalio.

"Dia mah dibujuk pake yupi juga udahan ngambeknya, emangnya elo?" Kata Gilang meledek membuat Kalio merengut masam.

Merasa jika dibiarkan akan ada masalah baru, Reyhan menatap tajam Gilang. "Lo jangan mulai, Lang."

Merasa dibela seperti itu oleh Reyhan, Kalio memeletkan lidahnya pada Gilang, berakhir membuat pemuda itu mendengus.

"Mau foto gak?" Tanya Jaya menyadari Septian sudah ada disampingnya.

"Harus, gue gak mau menyia-nyiakan wajah ganteng gue buat bersanding ditempat indah kayak gini," narsis Septian kembali datang, itu artinya anak itu sudah kembali normal.

Normal? Seorang Septian normal? Sejak kapan?

Rizwan berdecak, "dasar narsis."

"Lo iri ya karena gak punya muka ganteng kayak gue?" Tanya Septian memicing.

"Dih, percaya diri sih gak papa, cuma kalo berlebihan juga gak baik. Btw, gue juga punya pesona sendiri yang gak lo punya, ngapain harus iri?" Ujar Rizwan santai. Ia berjalan lebih dahulu lalu berpose diantara petakan tumbuhan teh. "Fotoin gue dulu, Jay."

Jaya terkekeh geli namun tetap menurut apa yang Rizwan katakan. Ia sengaja membawa kamera milik Gilang agar bisa mengabadikan momen selama liburan. Teman-temannya yang lain juga turut ia potret dengan penuh semangat.

"Lo juga ikutan foto, sini gue fotoin," ucap Alan mengambil kamera ditangan Jaya. Namun anak itu malah menarik tangannya.

"Gak deh, bang. Gue lagi gak mood."

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang