19. Acara Fanmeet Demit

214 24 6
                                    

komenmu adalah semangatku🔥🔥

***

"Bayangin, udah capek-capek kuliah, usaha dapetin gelar yang membanggakan biar dapet kerja yang gajinya 10 digit, eh, tiba-tiba aja Raffi Ahmad mungut lo buat jadi Abangnya Rafathar. Reaksi lo bakal gimana?" Tanya Gilang siang itu setelah meminum es teh milik Rizwan.

"Nanya, nanya, tiba-tiba minuman gue di kokop sampe abis, gak ada akhlak banget lu!" Sentak Rizwan seraya mengangkat gelas kosong itu.

Gilang hanya cengengesan saja, "makasih Iwan yang paling baik hati sejagad planet Bekasi."

Rizwan melengos tak menyahuti membuat Devano yang duduk disampingnya terkekeh seraya menggeser es teh miliknya pada Rizwan yang belum sempat diminum, "Masalahnya, lo dipungut sama Raffi Ahmad itu kayaknya buat dijadiin bahan bully sama si Cipung, tuh, ntar."

"Nista banget, anjir," gelak Gilang merespon.

"Gue pengen lanjut S2, tapi ini baru semester 5 aja di S1 rasanya gue udah gak sanggup," keluh Rizwan menyenderkan tubuhnya pada dinding dibelakangnya.

"Baiknya jadi Es Campur aja, udah," gelak Devano menepuk pundak Rizwan memberi semangat.

Siang itu, tidak ada kegiatan apapun setelah kelas berakhir. Ketiganya memilih untuk melipir sebentar di kantin kampus hanya untuk membeli minuman dan sepiring batagor yang ada disana.

"Gue pusing banget," dengus Gilang mengusap rambutnya kebelakang. Ia melakukan hal yang sama seperti yang Rizwan lakukan.

"Pusing kenapa?" Tanya Devano.

Pemuda berkacamata itu sedikit melirik pada Devano, masih di posisi yang sama, ia menyahut, "Si Anya ngajakin gue nonton ntar sore, trus tiba-tiba aja Elsa bilang minta ditemenin ke toko buku. Belum lagi Brenda ngajakin main golf, sore juga. Menurut kalian, gue harus ikut sama siapa?"

"Ikutin ajal lu aja, noh," jawab Rizwan spontan.

"Taik lo!"

"Manfaat punya cewek banyak tu apa sih, bang?"

Gilang tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan Devano, "Enak aja, sih, kalo main bisa ganti-ganti."

"Heh, astaghfirullah, lo sering begituan, ya?! Bangsat juga ya lo!" Sentak Rizwan tiba-tiba ngegas.

"Apaan? Begituan gimana?" Gilang sempat hening sebentar sampai ia menyadari sesuatu. "Sembarang lo! Gue bukan cowok kayak gitu, anjir. Maksud gue tuh main ke mall sama Monica, main ke alun-alun sama Alika, main ke pasar malem sama siapa gitu. Bukan main— 'itu'..." ujarnya diakhiri dengan cicitan.

"Lagian kata-kata lo ambigu, jadi wajar aja kalo kita mikirnya negatif," seru Devano mendelik yang dibalas cengiran lebar oleh Gilang.

"Makanya, jadi orang tuh jangan langsung suka berasumsi sendiri. Tanya dulu biar gak jadi salah paham," nasihat Gilang pada kedua temannya itu.

"Ya udah iya, maaf, ya," angguk Rizwan dengan nada meledek.

"Jangan gitu lagi ya, dek, yaa!"

"Lah, itu si Asep kan?" Tunjuk Devano pada eksistensi Septian yang tengah bercanda bersama teman-teman kelasnya. Mereka sepertinya akan mengarah ke kantin yang sama seperti ketiganya.

"Perasaan belum 20 menit gue bubar, pas gue papasan tu anak bilangnya ada kelasnya Pak Atmaja, deh, di jam sekarang," sahut Rizwan seraya melihat jam ditangannya. Fyi, Pak Atmaja adalah dosen yang sangat-sangat dipatuhi oleh hampir semua mahasiswa di fakultasnya Septian.

"Bolos?" Tanya Devano masih memandang Septian yang kini memilih duduk di bangku kantin sedikit jauh dari bangku yang mereka tempati.

"Gak mungkin, justru kalo udah kelasnya itu dosen, meski hujan badai angin ribut juga dia mah tetep maksain masuk kelas," celetuk Gilang dengan nada datarnya.

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang