2. Perkara Chat Basa-basi

368 33 2
                                    

"Promag obat lambung~
Mixagrip obat flu~
Komix obat batuk~
Peditok obat kutu~"

"Sep, pinjem charger dong," celetuk Devano datang dari arah kamar.

Septian menunjuk terminal yang menempel di dekat televisi, "tuh."

"Gue pake, ya."

Septian hanya mengangguk tak menjawab, lantas kembali melanjutkan nyanyiannya dengan penuh emosi menggunakan remot TV sebagai mic, tanpa mempedulikan tatapan aneh dari beberapa member disana.

"Kalpanax obat panu~
Remasil pegel linu~
Panas dalam sariawan adem sari cingkuuu~"

"Nyanyi apa sih? Gak jelas banget anying tiba-tiba nyebutin segala macem penyakit?" Seru Gilang dengan tampang julidnya.

"Gak sekalian lo sebutin diapet obat mencret paramex sakit mem—" ucapan Kalio terhenti saat netranya tak sengaja menatap kilatan mata Reyhan yang duduk di sofa seberang.

"Apa? Mau ngomong apa lo?!" Kata Reyhan tajam.

"—mar, memar sakit memar. Gue mau bilang itu, bang," elak Kalio cengengesan.

"Sejak kapan paramex jadi obat memar anjir?" Tanya Alan heran.

"Hilihh, mau ngomong jorok kan lo? Bocil-bocil mesum lo," ledek Septian.

"Suudzon!"

Kalio melengos. Malas sekali jika sudah berbicara dengan Septian. Bawaannya emosi terus, ujung-ujungnya mulutnya pasti berbuat dosa.

"Boseeennnn~" Septian mengguling-gulingkan tubuhnya diatas karpet. Lalu, saat Rizwan datang dan duduk tepat didekatnya, ia merebahkan kepalanya di paha Rizwan dengan santainya.

"Bagas sama Ajay belum balik?" Tanya Rizwan pada yang disana saat tidak melihat dua membernya.

"Otw balik katanya, nih Ajay chat gue," sahut Alan sambil mengangkat ponselnya.

Rizwan mengangguk, ia memperhatikan Septian yang tengah memainkan jari-jarinya.

"Gabut, ya?" Rizwan bertanya, bibirnya tersenyum tipis saat melihat Septian sedikit mendongak menatapnya berbinar.

"Iyaaa, apa kek, ngapain gitu, gabut banget sumpah," rengeknya.

"Gaya lo gabut, kerjain tugas sana. Nanti misuh-misuh gegara tugasnya belum kelar padahal gue udah ngingetin," celetuk Kalio melempar bantal sofa pada Septian.

Septian membalas, melempar bantal sofa itu tak kalah kencang, "anak ambis, nih, udah kelar semua. Emangnya elo?!"

"Kapan beresnya? Kok gue gak liat lo buka buku atau laptop?" Tanya Devano bingung.

"Ya pantes aja gak liat, orang dia aja ngejoki sama temennya. Tadi sebelum balik gue nganter dia nemuin temennya, mana DP nya make duit gue dulu," sungut Reyhan menunjuk-nunjuk Septian yang tidak terbebani dengan kata-katanya. Justru pemuda itu tampak masih santai dengan jemari Rizwan yang ia mainkan.

"Ntar malem gue TF elah, sekarang lagi gak megang hp," balas Septian.

"Gue tagih lo!" Kata Reyhan lalu kembali pada posisi semula.

Detik berikutnya, mereka sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Assalamu'alaikum," ucap salam Bagas dan Jayandaru yang baru saja datang.

"Wa'alaikumussalam," jawab yang diruang tengah.

Bagas dan Jayandaru datang dengan membawa berkantong-kantong makanan di tangannya. Sontak yang tadinya sedang goleran segera bangkit menyambut kehadiran dua member yang baru saja tiba itu.

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang