15. Apa Kabar Dunia? Syudah Gilaa~

307 29 6
                                    

"Eh, apaan tuh rame-rame?"

Reyhan memelankan laju mobilnya ketika tempat yang ia lewati menarik perhatiannya.

"Itu kayak ada bazar gak, sih, bang?" Tanya Septian melongokan sedikit kepalanya keluar.

"Iya, kah? Kayaknya banyak yang jualan, ya?"

Spontan saja Septian menoleh dengan tatapan julidnya, "Ya lo pikir aja sendiri, ada emang bazar isinya orang-orang lagi nanem padi?" Serunya ngegas.

Reyhan tertawa kecil mendengarnya, "mau mampir dulu gak? Beli jajan," tawarnya pada Septian.

"Boleh-boleh," anggukan antusias dari Septian membuat Reyhan segera membelokkan mobilnya menuju parkiran yang disediakan.

Suasananya cukup ramai meski teriknya matahari cukup membakar kulit. Reyhan mengajak Septian untuk masuk lebih dalam ke tempat tersebut. Meski harus berdesakan, namun keduanya tetap berjalan untuk mencari sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Makan dulu gak sih?" Tanya Septian menoleh pada Reyhan.

"Mau makan apa?" Sahutnya seraya celingukan mengamati sekitar.

Tiba-tiba saja Septian menunjuk pada gerobak yang cukup ramai, "itu, mau itu!"

"Ya udah ayok," ajaknya menarik lengan Septian untuk mendekati gerobak yang tadi di tunjuknya. Namun, rencana untuk makan ditempat sepertinya tidak ada harapan karena kursi-kursi yang tersedia itu penuh oleh pengunjung lain, tempat yang lainnya juga tak kalah ramai.

"Rame banget," gumam Septian melihatnya.

"Tetep mau beli?"

Septian menimang-nimang terlebih dahulu sebelum mengangguk ragu, "boleh deh, makan di mobil aja."

"Ya udah sana pesen."

Karena keadaannya cukup ramai, dengan suara biasa saja tidak akan membuat penjual itu mendengar pesanannya, akhirnya Septian memilih berteriak di tengah keramaian tersebut.

"BANG, LONTE SATU, DIBUNGKUS!"

Suara menggelegar dari seorang Septian Harsa Abimanyu itu berhasil mengambil alih seluruh atensi semua orang untuk mengarah pada dirinya. Reyhan mengumpat pelan dan memilih menunduk sambil berjalan mundur dengan wajahnya yang memerah.

Bukan temen gue, bukan temen gue, batinnya menahan malu.

"Gak jual lonte, A' saya, mah. Jualnya lontong sate," ucap si penjual dengan wajah bingungnya.

"E-eh, lonte, lontong sate maksudnya, hehe," cengirnya setelah tersadar dengan pelafalannya mengucapkan sebuah frasa. Namun, pemuda itu terlihat biasa saja tak menaruh raut malu sedikitpun. Ia memilih duduk di bangku panjang bersebelahan dengan bapak-bapak yang juga sedang makan lontong sate. "Ikut duduk, ya, Pak," sopannya seraya mengangguk.

Si bapak itu mempersilahkan sambil tersenyum. Ketika ponselnya bergetar menampilkan pesan masuk, saat itulah ia tersadar bahwa Reyhan sudah tidak ada dalam jangkauan matanya.

Kang Ojek
Online

Gue nyari makanan lain sendiri,
lo kalo udh beres chat aja

Gue malu banget, goblok

Septian terkekeh seraya mengetikkan balasan 'iyaa' pada kolom chat nya bersama Reyhan. Kenapa coba harus malu, kan yang teriak itu Septian bukan dirinya, saja ada-ada Reyhan ini, begitu batin Septian.

Memang, urat malu anak itu ikutan putus saat di sunat waktu dulu.

"Sekolah kelas berapa, Dek?" Tanya bapak-bapak di sebelahnya mengajak ngobrol.

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang