28. Jadinya Makan Apa?

172 30 1
                                    

"Sep, bangun, kuliah gak lo? Katanya ada kelas pagi," Alan mengguncang tubuh Septian yang tak kunjung bangun dari tidurnya. Ia masih saja terlelap dibalik selimut yang masih membungkusnya.

"Udah jam setengah tujuh," beritahu Alan lagi, namun Septian hanya menggeliat tanpa membuka matanya. Justru semakin menyembunyikan wajahnya pada selimut.

"Gak bangun-bangun juga?" Tanya Rizwan yang baru saja masuk ke dalam kamar seraya menggosok rambutnya yang basah.

"Bangunin, gih, gue mau siapin sarapan," ucap Alan lalu berlalu dari kamar membiarkan Rizwan mengambil alih untuk membangunkan Septian.

"Sep, kebo banget, sih, lu. Bangun jirr," dengan paksa, Rizwan menarik selimut yang menutupi hampir seluruh wajah Septian. "Bangun, bangun."

"Eung, bang~" ia merengek lirih menyahuti.

"Bangun, kuliah," imbuhnya lagi. "Kenapa, sih? Lo sakit? Bilang coba kenapa?" Tanya Rizwan saat Septian kembali tidak merespon.

"Gak panas," gumam Rizwan saat menyentuh dahi Septian. "Sep, bangun dulu."

"Sakit, bang," lirih Septian yang menyipitkan matanya melihat Rizwan.

"Apanya yang sakit?" Tanya Rizwan, ia duduk di sisi ranjang Septian dan kembali menarik pelan selimut anak itu.

"Gigi gue sakit, nih," kata Septian seraya mengangkat kepalanya sedikit hanya untuk menunjukkan bagian pipi kirinya yang terasa bengkak.

"Bengkak, Sep," beritahu Rizwan setelah memeriksa pipi Septian.

"Sakit," rengeknya lagi.

"Kebanyakan makan yupi, sih, lo. Makanya, dikasih tau tuh dengerin. Gak boleh makan yupi banyak-banyak, sakit gigi, kan? Udah kayak gini siapa yang susah? Lo sendiri, Sep," ujar Rizwan sedikit mengomel.

"Berisik! Gigi gue tambah nyut-nyutan lo ngomong terus. Sana, ah, kalo lo cuma mau ngomel-ngomel, gue gak mau terima. Pergi lo," dengus Septian seraya kembali menaikkan selimut dan membalikkan diri membelakangi Rizwan.

"Yeuu, dikasih tau juga malah ngusir," cibir Rizwan memperhatikan. "Jadinya lo ngampus kagak?"

"Gak," ketus Septian menjawab.

"Ya udah," singkatnya begitu saja lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.

"Udah bangun, Wan?" Tanya Bagas saat melihat Rizwan keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi.

Pemuda jangkung itu menggeleng seraya menarik kursi, "sakit gigi."

"Lagi?" Beo Devano.

"Tuh anak kan kalo lagi sakit gigi suka resek. Buang dulu aja lah kemana gitu sampe sakit giginya sembuh," celetuk Reyhan yang sedari tadi menyimak sambil memutar-mutar cangkir teh nya.

"Tega banget lo, bang," timpal Jaya terkekeh.

"Jangan gitu, jirr, gitu-gitu juga dia anak piyiknya bang Alan," gelak Gilang menepuk bahu Reyhan.

"Jadi gue," serobot Alan yang masih sibuk dengan teh yang dibuatnya. Ia melirik Gilang dengan protes. Namun pemuda yang hari ini memakai kemeja flanel kotak-kotak hitam itu hanya tertawa.

"Bang Alan, hari ini gue bareng lo, ya," kata Kalio yang baru saja bergabung bersama member seraya mengucek matanya. Ia kemudian mengambil tempat kosong disebelah Reyhan lalu menggolekkan kepalanya diatas meja.

"Iyaa."

"Ini kenapa lagi? Sakit juga lo?" Tanya Reyhan menyentuh dahi Kalio.

"Gue gak sakit," katanya menepis tangan Reyhan.

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang