26. Huru-hara

224 28 9
                                    

"Gue kalo ngeliat Abang-abang penjual nasi goreng atau martabak gitu ya dijalan, suka tiba-tiba aja kepengen banget meluk si Abangnya sambil bisikin 'semangat kerjanya sayang'," celetuk Septian ditengah kesibukannya mengunyah dimsum yang dibelikan Alan saat baru pulang kuliah tadi.

"Udah gitu Abang-abang nya nyaut, 'makasih sayang, cium dulu dong' sambil monyongin bibir ke elu," timpal Jaya didepannya.

"Jangan jauh-jauh ke yang jual nasi goreng, deh, coba lo praktekin ke bang Reyhan dulu, noh," tunjuk Gilang pada Reyhan yang sedang memasak mie instan.

"Najis lo semua, awas lo macem-macem sama gue," kata Reyhan yang langsung berbalik dan memberikan tatapan mengancam pada yang dimeja makan.

Ketiganya tertawa, lantas Septian memekik menggoda, "Reyhan sayanggg~ Aww."

"Jangan salahin gue kalo air rebusan mie yang masih mendidih ini gue lempar ke elu ya, Sep," desis Reyhan kesal.

Mereka kembali terbahak. Sampai-sampai yang diruang tengah melirik penasaran apa yang terjadi.

"BANG REY MIE NYA JANGAN BAGI-BAGI KE MEREKAA!" Teriak Kalio yang sedang rebahan di sofa sambil menonton TV.

"Yang diruang tengah gak diajak!" Balas Jaya tak kalah nyaring.

"Mie nya udah hampir abis, Lio! Lo gue sisain kuahnya doang!" Timpal Gilang diakhiri tawanya yang renyah.

Mendengar itu, Kalio seketika mendudukkan dirinya. Ia menatap nyalang pada ketiga orang yang ada dimeja makan itu. "Bakal gue cepuin ke pacar-pacar lo itu Gilang kalo ternyata lo masih suka koleksi kolor gambar hello kitty."

"Anyingg, kok lo gitu?! Lagian gue cuma bercanda, mana ada makan mie lo, orang bang Rey masaknya aja belum selesai," protes Gilang menatap Kalio panik.

"Jangan maen-maen lo semua ama gua," kata Kalio tajam. Lantas ia kembali merebahkan tubuhnya di sofa.

Reyhan terkekeh seraya menuangkan mie dari panci itu kedalam mangkuk. "si bontot kok dilawan," gumamnya.

"Lo laki, Lang, lakik! Masih aja koloran gambarnya hello kitty," geleng Septian dengan wajahnya yang menyebalkan.

"Gak usah ikut-ikutan lo!"

"Bang Alan, liat nih si Gilang mukul kepala gue!" Teriak Septian.

"Si Asep juga nyubit tangan gue, bang!"

"Lo yang duluan, kan?"

"Tapi lo ngeselin!"

"Coba aja-"

"Berisik!" Sentak Alan diruang tengah. "Ribut aja lo berdua di lapangan sana. Gue lagi seru nonton juga."

Melihat kekesalan Alan pada kedua member menyebalkan itu membuat Kalio menoleh pada mereka seraya memeletkan lidahnya. Lantas ia tertawa tanpa suara.

"Wahh, ada yang nantangin kita, nih," kata Septian sambil melirik Jaya dan Gilang. Ia dengan sengaja menggulung lengan bajunya seolah merasa tertantang dengan tingkah Kalio.

Seakan mengerti dengan lirikan itu, ketiganya beranjak dan mendekati Kalio yang tampak anteng menonton televisi bersama Alan diruang tengah. Lantas, tanpa aba-aba, Septian menindih tubuh Kalio dan merebah santai tanpa mempedulikan anak itu yang memekik kaget karenanya.

Jaya menahan tangan Kalio yang berontak, sedangkan Gilang memilih memegangi kaki Kalio seraya memberi gelitikan pada telapak kaki anak itu. Jaya sendiri menyiapkan aba-aba pada pantatnya, lalu saat mulai terasa akan keluar, ia mengarahkan pantatnya pada wajah Kalio.

Tuuuuttttt

"AJAY GOBLOK LO KENTUT DI MUKA GUE!!" Teriak Kalio nyaring. Ia tak bisa bergerak lebih bebas karena kini Septian memeluknya dan malah menyembunyikan wajahnya pada perut Kalio. Septian ikut tertawa saat mendengar tawa menggelegar Jaya.

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang