31. Anggota Sembilan [Finish]

313 38 33
                                    

"Tinggal di asrama juga, kak?"

Alan menoleh saat seseorang bertanya padanya. Pemuda berkacamata bulat namun masih terlihat fashionable itu menoleh padanya seraya tersenyum ramah. Di lift itu hanya ada mereka berdua.

"Iya, kakak juga? Apa cuma mau nyamperin saudara?" Alan balik bertanya tak kalah ramah.

"Saya juga asrama, kak. Kebetulan saya mahasiswa baru juga."

"Loh, sama dong, gue juga maba. Eh, ini gak formal gak papa, kan?" Tanya Alan saat ia keceplosan dengan tata bahasanya.

"Santai-santai, gue Gilang," katanya seraya tertawa kecil. Lantas ia mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Alan, salam kenal. Lo asrama di lantai berapa?"

"Lantai 12, nomor 9. Kalo lo sendiri?"

"Loh, kebetulan banget. Gue juga disitu, kita seasrama, dong," kekeh Alan merasa senang dengan kebetulan ini. Ia melihat Gilang turut membalasnya dengan tawa.

"Kok bisa, sih, kebetulan gini?"

"Takdir kali, ya," balas Alan.

Tak lama, pintu lift terbuka, memperlihatkan tiga orang yang menunggu didepan. Mereka langsung saja masuk dengan rusuhnya seraya menekan tombol lift.

"Kan, gue bilang juga apa, salah lantai bego!" Sentak yang paling pendek bersuara.

"Lagian elu juga main iya-iya aja tadi pas gue tanya," seru yang satunya, lebih tinggi dan beraura bokem, tangannya dengan lancar menjitak kepala temannya itu membuat ia mengaduh.

"Asep anying," Jaya berdesis kesal seraya mengusap kepalanya yang baru saja ternista.

"Baru sehari loh ini. Kenalan aja baru tadi, kalian udah ribut aja," yang satunya lagi menggeleng.

"Lo tadi mencet lantai berapa, Yo?" Tanya Septian, takut-takut mereka kembali masuk di lantai yang salah, seperti tadi.

"Lantai 12, kan?"

"Iya, lantai 12 nomor 9, tadi mah kita kebalik," angguk Jaya yang disebelahnya dengan lega.

"Kalian, asrama lantai 12 nomor 9 juga?" Tanya Gilang yang sedari tadi menyimak.

"Loh, iya, bang. Maaf, ya, kalo kalian keganggu sama kerusuhan kita. Lo berdua, sih!" Seru Kalio menatap tajam pada dua temannya itu.

"Lah, nih singa satu malah nyalahin lagi," dalam keheranannya, Septian membalas tatapan Kalio tak kalah tajam.

Alan tersenyum tipis, tingkah mereka cukup menghibur dimatanya, "sama dong kalo gitu. Kita berdua juga tinggal di asrama yang itu. Nama kalian siapa?"

"Wah, kebetulan banget," gumam Kalio dengan nada kagum.

"Gue Jayandaru," yang paling pendek berkenalan lebih dahulu. "Ini Asep, yang itu Kalio," lanjutnya seraya menunjuk dua temannya.

"Septian! Asep siapa anjirr," protes Septian tidak terima saat namanya di ubah-ubah. Namun Jaya hanya menggendikkan bahunya tak acuh.

Tak lama, pintu lift terbuka. Kelima orang tersebut berjalan beriringan seraya memastikan nomor pintu berapa tempat asrama mereka berada.

"Ini nomor 9," kata Alan menunjuk pintu bertuliskan angka 9.

"Gak dikunci," gumam Jaya saat ia yang pertama kali membuka pintu. "Assalamu'alaikum, ada orang kah?"

"Waalaikumussalam," sahut yang didalam.

"Mahasiswa juga?" Tanya Gilang memastikan pada orang-orang disana.

"Iya, tinggal berapa orang lagi yang belum dateng?" Reyhan memandang yang baru saja datang dan menghitungnya. "5 orang? Berarti 1 orang lagi."

[✓]FILANTROPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang