Bab 19

3.6K 266 5
                                    

Happy Reading!!


Cahaya lembut senja menyentuh wajah anggun Rhea, menambah pesona keindahannya. Senyuman manis bak gula kian memperindah kecantikannya.

Agenda kegiatan Rhea pada sore hari ini, adalah tidak ada atau kosong. Pengangguran memang seringkali tidak memiliki sesuatu untuk dikerjakan.

Seandainya Rhea memulai bisnis, mungkin ia tidak akan menjadi beban bagi suaminya. Namun, dengan sifat malas Rhea, memulai sebuah bisnis tampaknya tidak akan pernah terjadi.

Saat ini, Rhea tengah berlarian di taman belakang, membayangkan dirinya dikejar-kejar oleh Shah Rukh Khan, seperti dalam film-film India.

Semilir angin menerbangkan helaian rambutnya.

Karena kesepian, Rhea memilih untuk berlari-lari, itung-itung olahraga. Sedangkan Serena, gadis itu tengah menjalankan misi yaitu mencari bangsawan kaya raya di pasar, untuk ia jadikan sebagai suami sekaligus ATM berjalannya.

Para pelayan serta pengawal yang melihat majikannya berlarian seperti orang gila hanya menggelengkan kepala. Mereka sudah sering menyaksikan tingkah aneh bin ajaib dari majikannya itu.

"Ck ck ck. Baru kutinggal tiga hari, kau sudah jadi orang gila saja," ujar seorang pria yang entah dari mana asalnya, tiba-tiba sudah berdiri di gazebo taman.

Rhea menghentikan aksi menghalunya, lalu menatap tidak senang ke arah Arthur.

"Kenapa kau pulang?" sinis Rhea. Tak lupa dengan lirikan maut nan tajam, setajam lirikan kakel.

"Terserah padaku, inikan rumahku," balas Arthur.

Teringat akan sesuatu, Rhea melangkah mendekati Arthur dengan wajah berseri-seri. Sampai di depan Arthur, Rhea mengulurkan telapak tangannya sambil tersenyum manis.

Pria di hadapan Rhea tampak kebingungan, merasa janggal dengan perubahan sikap Rhea yang tiba-tiba. Terlebih lagi saat melihat gadis itu kini tersenyum manis dan mengulurkan tangannya.

"Apa?" Arthur bertanya kebingungan.

"Minta uang. Sebenarnya esok hari aku dan Serena hendak pergi ke pasar, tapi uangku sudah habis," kata Rhea.

"Dasar istri boros, bukankah aku baru saja memberikanmu uang bulan ini?" cibir Arthur.

"Kau 'kan kaya. Ayolah aku hanya minta sedikit saja," ujar Rhea dengan tatapan memohon.

Dengan ogah-ogahan, Arthur memberikan Rhea beberapa keping uang koin.

Melihat nominal uang yang diberikan Arthur, Rhea tercengang. Bukan karena terlalu banyak, tetapi karena Arthur hanya memberinya 15 keping koin emas.

"Kurang. 15 keping hanya bisa untuk membeli satu gaun saja," protes Rhea.

Arthur kembali merogoh sakunya dan menambahkan 5 keping koin emas lagi kepada Rhea.

Melihat gadis di depannya hendak kembali protes, Arthur segera berbicara.

"Dua puluh keping cukup untukmu, dasar boros. Kau sudah menghabiskan lima ratus keping emas bulan ini," ujar Arthur sembari memijat pangkal hidungnya.

Arthur sebenarnya masih memiliki tugas untuk berlatih bersama para prajurit. Namun, ia justru memilih untuk membolos.

"Huu dasar pelit," cibir Rhea.

***

Suasana malam di Kastil Montfort diselimuti oleh keheningan yang mencekam. Cahaya rembulan menyinari menara-menara tua, sementara bayangan pepohonan yang bergoyang perlahan menciptakan ilusi yang menakutkan di dinding-dinding batu. Angin malam yang dingin berdesir melalui celah-celah, membawa bisikan misterius yang menggema di sepanjang lorong-lorong kosong.

Dua orang gadis tengah terlelap di atas ranjang mereka. Mereka adalah Rhea dan Serena. Ya, Serena memutuskan untuk tinggal sementara di Kastil Montfort, karena sering merasa kesepian saat tinggal sendiri di kediaman Baron Fredrin.

Di sisi lain, Arthur terpesona oleh kemegahan langit malam yang memancarkan keindahan dari balik tirai malam, diiringi gemerlap bintang-bintang yang menari di langit, saat ia berdiri di balkon kamarnya. Sejak tadi sore, ia enggan untuk kembali ke istana kerajaan.

Kening Arthur mengkerut ketika ia melihat sebuah bayangan melesat masuk ke arah jendela kamar istrinya.

Terhuyung-huyung, Arthur berjalan tergesa-gesa menuju kamar Rhea. Rasa khawatir dan takut menyelimutinya dalam kegelapan malam yang mencekam.

Brakk

Arthur membuka pintu dengan keras, dan ia melihat sesosok laki-laki berpakaian hitam penuh, sedang mengelus kening istrinya dengan lembut.

Laki-laki itu terlihat panik, dan dengan cepat punggungnya mengeluarkan sayap hitam, sebelum ia terbang keluar melalui balkon kamar Rhea.

Namun, sayap laki-laki itu malah tersangkut di antara pintu balkon. Dengan cepat, Arthur berlari menghampiri sosok itu lalu menarik tudung yang menutupi sebagian wajahnya, ingin melihat siapa yang telah berani menyentuh istrinya.

Mata Arthur membola.

"Kau?!"

Bersambung...

Akhirnya Nata up cepet, karena readers Nata juga gercep baca dan vote cerita Nata😘

Gimana tanggapan kalian soal bab ini?

Melintasi Garis Waktu (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang