1

566 34 8
                                    

***

 “Apa kabar?”

 “Baik, kau?” tanpa menoleh gadis dengan rambut seleher itu tetap sibuk dengan notebook. “Seperti yang kau lihat”

 Tatapan Mia yang merasa di abaikan sedikit terbuka jenuh, “kau ini sudah pasti dapat A, pakai revisi segala”

 “Tidak salah kan?” jawab gadis yang di sapa ‘Azi’. Hembusan nafas panjang keluar begitu saja dari Mia, “aku duluan”.

 Mia berlalu begitu saja, “sibuk sekali...”

 Hentakan langkah berat mengisyaratkan benar jika ia sedang berperasaan jelek. Di koridor dia bertemu keramaian seperti biasa sesama pelajar.

 “Eh, Mia?”

 Gadis itu berserong tubuh, “Yosan, kenapa?” ujarnya semringah. “Tumben sendiri, mana Azi?” teman temannya yang lain langsung heboh. Memukul bahu Yosan yang sepertinya sedang ngelawak, “cari-cari Azi nih?!”

 Mia hanya terkekeh kecil, tahu akan pertanyaan yang tak membutuhkan jawaban. “Hati-hati pulangnya...awas musim hujan” Leo mengimbangi.

 Mia hanya mengiyakan dan berlalu begitu saja, dengan wajah seketika murung.

***

 Sampai ia di parkiran bawah, ponselnya berdering. Nama Azi tertulis di sana, ia melihatnya untuk beberapa saat dengan tatapan malas. “Halo”

 “Mia, kau dimana?”

 “Parkiran”

 “Dompetmu ketinggalan disini. Cepat ambil, atau isinya ku pakai itu

 Alis Mia berkerut, mengecek tas dan benar tak menemui dompet. ‘Ih, goblok’

 “Aku sudah mau pulang, kau saja yang turun”

 “-Ndak ku ulangi apa yang ku bilang tadi”

 Mia meremas ponselnya. Rasa kesal tanpa alasan menimpa.

***

 “Maksud mu?. Tu dompet tak ada salahnya”, Azi bergumam melihat Mia dengan wajah buruk memukul penuh marah tertahan pada dompetnya.

 “Sudah lah ratu kampus. Kau tidak usah ikut campur!”, Mia berlalu begitu saja. Azi menaikkan satu alisnya tanpa emosi.

Waktu berlalu, sudah saatnya turun dari atas.

“Azi! Azi!” seruan lelaki yang terdengar serius membuat Azi menoleh pelan. “Kenapa kak?”

 “Kak?, Cuma kak?. Kenapa ini Azi seperti lupa nama ku kah?”

Azi menggeleng, “hh sorry kak Jusra. Kenapa?”

 “Jangan lupa masuk kegiatan organisasi ku nanti okey” ujarnya mendekat. Pemandangan ini sedikit mengundang celontekan mata dari senior ataupun junior. Perihal Jusra, kakak senior ini berada dekat di hadapan Azi hingga reflek, Azi mundur beberapa langkah.

 Wajah dan raut sanjung Jusra, “Maaf kak, bertepatan sekali juga aku ada praktek disitu. Mungkin lain waktu?”

 “Siapa dosennya memang?” satu kawannya yang lain datang menghampiri mereka berdua. “Bu Sarah”

 “Nanti saya tanya bu Sarah buat undur praktek mu. Gampang itu, intinya kau hadir nanti”

 Mimik terkekeh garing saja yang terpasang di wajahnya. “Nanti kita lihat saja kak. Kalau begitu saya duluan”

 “Oh, sekarang?. Hujan begini?” Azi hanya mengangkut mengiyakan. Sungguh itu semua hanya formalitas untuk segera pergi dari sana.

 “Ey, hujan begini?” Jusra memegang pergelangan tangan Azi dan bergumam rendah, kala Azi baru hendak akan pergi. “Hanya hujan kecil”, jawab Azi lagi dimana Jusra tentu tahu itu hanyalah alasan.

 “Lihat?”, lelaki itu menunjuk jendela pakai dagu. Ruangan ini kedap suara, jendela sebagian yang tak tertutup gorden menampakkan warna abu kotor gelap, hujan sangat lebat.

“Astaga deras”

 Senyum kecil terukir di muka lelaki itu, melihat muka Azi yang baru. “Kenapa kau ini, sangat tidak memerhatikan sekitar?”

 “Em, bagaimana lagi kak, lagi sedikit sibuk bentar lagi ulangan” Azi berusaha mencari alasan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.

 Pergelangan tangan itu membawa Azi ke suatu arah, “kak?”

 Kekuatan juga aura dominan Jusra membuat Azi merasakan daniel, menolak tidak enak sebab kemungkinan menimbulkan bahan gosip baru di sircle nya, menurutpun ia tidak suka begini. Namun sekarang lebih baik menurut. “Mau bawa saya kemana?”

 Azi sedikit menarik tangannya, “antar kau pulang. Ini hujan”

 “Eh, kak Jusra saya bisa pulang sendiri naik taxi. Tidak usah repot, serius!”

 Namun lelaki itu hanya diam. Azi melihat tangannya yang dibawa dengan sedikit paksaan itu dengan tatapan tak suka.

 “Kak Jusra!”

 “Kenapa?. Tidak suka?. Mau besok absen karna demam. Pas maba saya tahu kau paling lemah fisiknya Azi”

 Azi terdiam. “Masuk...”

 Azi membuka knop pintu mobil itu dengan diam seribu kata. Di perjalanan awal itu terasa sedikit canggung, “Azi...kau cantik sekali hari ini”

“Thanks”

“Hm, jutek sekali”

 “Di sana kak, depan bank” Azi hanya terkekeh kecil tidak ingin membesar besarkan masalah. “Depan bank?”

 Mobil turun disana, “makasih kak Jusra, lain kali saya balas kalau kita ada kesempatan”

 “Balasan?. Maksud mu?”

 “Bukan apa. Ini sudah larut kak, lebih baik kak Jusra juga pulang gak sih?. Nanti pacarnya cari”, seru Azi.

 “Kenapa?. Cemburu kalau saya ada pacar?”

 “Enggak lah kak!!”

***

 Azi menggeletakkan tas ranselnya ke atas bangku dekat ranjang. Dengan lelah ia berdering begitu saja, hujan membawa aura dingin rasa lelah dari tubuh dan pikiran membuat dirinya terlalu malas melakukan hal lain.

 Ia perlahan termakan kantuk, dan tak lama benar-benar terlelap.  

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang