7 🔞

204 21 0
                                    

***

"H hiks"

Azi gelagab dan air mata mengalir begitu saja di wajahnya yang kaku. "di mana?"

Azi segera beranjak mendapati Akram keluar dari ruangan lain di ruangan itu hanya berhanduk, terlihat fresh selepas mandi. Gadis itu menggeleng, ia beranjak frustasi dan menghampiri pintu.

Ia tidak mau di sana!. Bersama Akram!.

"Hey, tenanglah. Ada apa dengan mu?", Akram terlihat tidak habis pikir menggosok rambutnya dengan handuk.

"J jangan mendekat"

Akram menjadi lebih tenang dan memandangi Azi yang terus mencoba membuka pintu namun tidak bisa. "Buka pintunya" desis Azi tajam.

"Mengapa aku harus menurut?"

Azi membalik tubuhnya, berdiri tegap. "Apa yang sebenarnya kau ingin Akram?." Pertanyaan getir itu terucap begitu saja dari mulut.

Pria itu tidak bereaksi apa pun, "kurang jelas?"

"Bagaimana caranya untuk mengakhiri ini semua?", tanya Azi kembali. Ia membuka kemeja polos yang ia kenakan perlahan, menyisakan baju dalam bersama dengan bra.

Azi melihat netra datar itu dengan tatapan sayu, "hah?".

"Akan ku berikan apa pun untuk mengakhiri ini...bolehkah?", Azi melontarkan kalimat putus asanya, ia sudah tak punya harapan lain. Air mata sudah tak terekspresikan keluar sendiri.

Akram tersenyum, menghampiri Azi dan langsung membekab mulutnya dalam. Tangannya yang posesif merangkul pinggang ke punggung, di bahu ke leher menjaga kepala Azi agar tidak kemana mana.

Alis Azi berkerut tak suka, untuk pertama kali merasakan ciuman. Lidahnya terasa digulati oleh lidah Akram yang begitu lincah...

Langit langit mulutnya terasa tersetrum. Kepala Azi pusing...

Angan angan merasakan hal ini pada pria yng ku intai, nihil semuanya dusta. Janji yang ku buat pada diriku sendiri, aku sendiri yang menghancurkannya.

Bertahun-tahun ku jaga, ku sayang, hancur sudah...

Saat itu pula Azi jatuh pingsan kembali.

***
***
***

Deg

Deg

Deg....

Tugas kuliah bagaimana?. Belum selesai...lusa deadline.

Aku masi berada di tempat yang sama...

Kalau DO bagaimana?!!.

"Hah!"...

Lagi dan lagi netra itu terbuka dengan gelagap. Bersama nafas yang terengah entah, telinganya terdengar suara tak asing...

Bagaimanapun tubuh normal manusia akan mengeluarkan reaksi terhadap gaya yang menimpa. Mau sampai kapan, Azi dengan wajah pucat dan tubuh lemah berjalan kepo ke arah sebelah.

Akram tengah duduk, mengesap rokok. Dengan wanita yang bergerak naik turun di pangkuannya. Seolah wajah welcome menjadi ciri khas pria itu.

"Silahkan duduk, Azi. Awas banyak gerak kau baru sadar..."

Azi melihat ke arah samping merasa terhina atas perkataan yang ia anggap ejekan. Dia dengan netra yang bergetar mulai menggambar.

Tangannya memerah, wajah nya juga...

Peristiwa kecil itu tak lepas dari perhatian Akram. Membuat ia bermain lebih kasar berniat mengakhiri dengan cepat.

"Akhh..."

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang