4 🔞

396 23 0
                                    

***

Azi mengerutkan alisnya terkejut, mendapati kiriman sejumlah uang. Dari id Akram, bagaimana cara orang itu tahu nomorku.

Azi melihat ke belakang jewat jendela belakang taxi, perasaan tidak enak itu menimpa begitu saja. "Pak, berhenti di samping bank"

Azi berhenti di depan pintu rumahnya untuk beberapa saat dan mengerutkan kening, "ha halo".

"Halo nona Azi"

"Sepertinya ada kesalahan teknik, aku akan mengembalikannya"

"Akan apa, uang itu?"

"akan dekat dengan kau" diam beberapa saat.

"Maaf, selamat malam tuan Akram" Azi mematikan telfon itu dan masuk ke rumah dengan prasaan campur aduk.

***

Esok pagi di kampus, wajah Azi sangat berat. Semalam ia tak dapat tidur dengan baik.

Mia melewatinya dan duduk di sebelah Azi. "Katanya kau bilang mau kembalikan uang yang dia kasih tapi belum terkirim sampai sekarang", dengan senyum sumringah Mia berguman.

Tiba tiba Azi bangkit, "apa?. Sudah ku kirim."

Mia mengacuhkan bahu, "belum ada. Hah, kalau sebenarnya mau itu duit ambil aja, Akram selain kaya ga pelit, pake di bilang ga enak eh taunya di pakai"

Azi hanya melihat ke Mia dengan tatapan tak paham dan lelah. "Aku sama sekali tidak masuk semalam saat mengembalikannya. Please, saya memang tidak butuh itu sejak awal. Jangan buat ini jadi masalah besar deh, kek nyari urusan aja, kenapa sih?"

Azi nyaris meledak, "wo wo, santai girl".

"Mana si itu Akram. Caper banget." Azi mencari kontak dan hendak menelfon Akram. "Jadi cowo mulutnya lima meter pembuat cerita banget. Halo"

"Halo?"

"Langsung saja, apa motifmu melakukan ini?" dingin Azi tanpa basa basi.

"Tidak ada motif apa pun, sudah ku bilang sejak awal itu buat mu. Kenapa ribut"

"Hanya, kamu bilang akan mengembalikannya kan. Tapi, oh saya sungguh tidak keberatan"

"Shi- saya akan transfer kembali. Beri saya waktu seminggu!"

"Kenapa lama sekali?"

Azi kembali terdiam. "Bagaimana kalau kau menjual gambar mu padaku saja?. Satu kali, dan masalah kita selesai?"

"Apa pun yang terjadi saya tidak akan melakukan hal itu tuan Akram."

"Hh ini sangat menarik. Itu tetap kembali ke dirimu sendiri. Tapi, aku tidak sengaja menemukan video, ku pikir itu video milikmu"

"Kamu sangat sexy"

"D dimana kau sekarang?."

"Aku ada di motel, sungguh sangat kebetulan. Aku akan menunggumu disini"

***


Motel dengan ornamen modern, di sudut ruangan ada meja lingkar hanya diduduki oleh pria besar dengan stelan jaz.

Dari sejak Azi datang pria itu sudah melihat ke arahnya, tatapan mata redup dan garis bibir yang melengkung tipis sungguh ingin Azi tonjok.

"Silahkan" ujar pria itu membuka tangan, mempersilahkan tamunya untuk duduk.

Azi melihat netra pria itu dalam.  "Apa maksud dari ini semua?", Azi bergumam dengan nada rendah.

Sementara Akram hanya memiringkan kepala acuh, "semua akan aman. Jika, kamu menurut."

Azi terdiam seribu bahasa, pria itu mengeluarkan ponsel lalu memutar video Azi mandi, ia perlihatkan ke arah Azi yang wajahnya memerah padam.

"Hentikan!"

Azi mendekati Akram, mematikan ponsel yang ada di tangan pria itu. Kini Akram sedikit mendongak dan melepas senyum, sebab Azi berdiri pas dekatnya. "Nona Azi, cukup menurutlah".

Jemari tangannya berjalan perlahan ke dalam sela pergelangan baju Azi.

"Apa yang perlu ku lakukan?". 'Sial sial sialan!'- batin Azi sudah mengeluarkan segala umpatan.

Dengan santai Akram menaikkan tangan, menyentuh dagu Azi. "Aku sudah pesan kamar. Ayo pergi"

***

Akram berdiri tepat di depannya sehabis menutup pintu, berjalan mendekatinya. Reflek enggan membuat Azi mundur.

Terus seperti demikian hingga Azi masuk makin dalam dan dalam ke dalam ruangan. Bersamaan pria itu mulai melonggarkan dasi dan membuka jaz nya.

"Jangan khawatir aku tidak akan menyakiti mu"

Akram membuka kancing dari atas dengan satu tangan. Kemeja abu abu gelap itu memperlihatkan belahan dada yang padat dan bidang. "Hh, terpesona? wajah mu sangat merah".

Azi membuang pandangnya begitu saja, tapi tangan pria itu naik di dagu Azi. Membuat gadis itu mendongak melihat ke netranya yang redup. Pria itu memajukan langkahnya.

Hingga Azi terpojok, kedua betisnya menyentuh ujung bangku yang berada di dekat ranjang.

Nafas berat keluar dari gadis itu yang mengerutkan alisnya. Melihat pria itu dengan takut, namun di tutupi oleh tatapan dominan. Akram menyadarinya dengan mudah sejak awal. Tambah membuat lehernya terasa panas.

Akram mendorong nya hingga terduduk. Dia mendukungnya sejenak, melihat wajah Azi lekat hingga kedua dahi mereka bersentuhan.

Ia merasakan hembusan ketakukan dari Azi, tapi wanita ini tetap tidak menggoyahkan posisinya.

Hal itu yang berbeda.

Akram duduk di tepi ranjang melihat lekat netra gadis yang ada di depannya. Mata Azi yang redup mendapati seorang wanita keluar dari kamar mandi, dia datang dan mulai membelai Akram.

"Kau lihat di sebelahmu?. Gambar lah apa yang kau lihat".

Wanita itu naik ke pangkuan Akram dan mencium dalam bibirnya, dimana lirikan mata Akram yang tajam masih berkontak dengan Azi. Suara licin decitan antara air liur, mulut, dan lidah menjadi terasa mengerikan.

Azi mengambil kertas dan pensil yang ada di nakas. Melakukan pekerjaannya yang bajingan.

____
____

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang