***"Nona, jangan keluar dari mantion jauh jauh!"
Azi tertawa mendapati peringatan dari Lita, "hh, aku baik baik saja. Lagipun tak ada orang disini, tidak ada mediasi penyebaran virus" Azi berjalan kembali ke dalam mantion. Ya, suara Lita benar benar seperti sedang mengasuh Azi.
"Bagaimana pun kita tidak boleh lengah sedikitpun nona"
Azi mengerti, sekuat apa aturan yang ada di sini ha?. Mengingat Denise yang sudah menjadi korban. "Maafkan aku membuatmu khawatir".
Lita melihat sayu netra Azi yang dalam. "Yang penting saat ini nona baik baik saja".
Mereka memulai memasak makanan yang Azi suruh. Soto Jawa, mulut Akram sesuai namanya cukup medo' juga, "ini mungkin akan sedikit membuat moodnya membaik".
Lita tersenyum, "hh mungkin nona".
"Kak Lita, kak Lita..."
"...Presiden baru saja meninggal."
"Presiden?"
Azi turun menurunkan kembali sendok sup dimana ia ingin menaruh kuah itu ke dalam mangkok. "Beliau dalam helikopter dan mendapati serangan snapan. Nyawanya sempat tertolong namun, beliau juga termakan virus"
Azi meletakkan soto yang sudah jadi itu ke meja makan, dan merasakan prasaan tidak enak yang dalam. Ia segera pergi di tengah pelayan tadi yang baru saja sudah memberitahu berita baru.
Ia masuk ke dalam kamarnya dan membuka laptop yang tergeletak di meja nakas.
Ia segera membuka berita, "sungguhan?".
"Siapa pelakunya?"
"Presiden meninggal dunia akibat serangan snapan bruntun. Juga luka yang terbuka menyebabkan terbukanya mediasi penyebaran virus. Membuat beliau meninggal dunia, hari ini, di langit Los Angeles, RIP-"
Bukan itu yang ingin Azi tahu, siapa pelakunya?.
"Virus yang tertular lewat peredaran darah...selagi peredaran darah tertutup maka aman. Di himbau untuk masyarakat tidak menggunakan benda tajam atau barang berbahaya lainnya!!!"
Virus itu ada di mana mana saat ini...
Secercah rasa takut juga timbul di benak Azi.
Virus, dan penangkalnya adalah vaksin.
Apakah badan forensik pemerintah negara negara di dunia ini masi tidak menemukannya?. Bagaiamana mungkin?.
Apakah benar benar hanya Akram yang tau soal 'The-vaksin'.
____
____"Huaaaa.....!!!! Akhhhh sstttttt hhaa....ugh!"
Orang terikat pada kursi permanen percobaan, di dalam ruangan lab yang sangat luas dan bercahaya hanya pada dirinya. Meronta kuat...orang orang disana semuanya ber-APD mengamati orang yang duduk di kursi itu yang tampak sudah menjerit jerit kesakitan sejak tadi.
____
"Dalam virus itu, terdapat afrodisiak tak sempurna itulah yang membuat penderita agresif untuk beberapa saat hingga darahnya membeku, dan akhirnya meninggal dalam kesakitan dahsyat. Ini kurang lebih cara kerja yang sama dengan bisa ular yang membekukan darah". Suara orang presentasi di balik masker tabung tebal APD menjadi bergema, lebih mendinginkan suasana yang keruh.
Akram duduk dengan tenang, sambil melipat tangannya dan menunggu hasil presentasi selanjutnya. "Ada beberapa cara untuk menjinakkan predator mikroorganisme kecil itu".
Mereka mengganti slide yang ada di layar besar. Semuanya terdiam untuk sesaat. "...salah satunya. Dengan menggunakan mikroorganisme kecil pula."
Akram tersenyum santai, "yah...mematikan api, dengan api."
"Selesaikan produksinya dengan cepat. Juga, biarkan orang yang kau tempati mencuri cetak biru virus dari Ricolas menjadi kelinci percobaan selanjutnya", Akram jalan menjauh...melewati lorong dengan secara otomatis mengeluarkan cairan disinfektan luas biasa banyak dari semua sisi lingkaran lorong yang berbahan besi stenlistil. Meninggalkan lab dengan kondisi steril juga.
Mereka semua yang ada di pabrik forensik menggunakan APD. Juga orang yang menyemprotkan cairan pembersih tampak ada di mana mana.
***
Semua orang sudah mengetahui kalau keluarga Ricolas yang memiliki cetak biru virus tersebut, walau masi hanya dari kalangan keluarga besar dan tertentu saja. Seperti keluarga Loisen tentunya.
Juga, cetak biru yang ada di tangan Akram...stt. Hanya mereka yang tau itu, sebab cetak biru yang asli baru baru di curi oleh pihak Akram. Untuk di analisis juga di carikan vaksin, bukan untuk tujuan lain.
Jadi, semua pihak akan tertuju pada siapa?. Tentu saja keluarga Ricolas sebagai pembuat cetak biru itu sejak awal.
Publik?. Orang-orang awam yang termakan berita mempercayai kalau ini semua benar benar adik dari corona virus. Yang berasal tetap dari China. Sebab media berita pertama kali memang mendeteksinya di China.
Siapa yang menyetting itu semua?.
***
***
Akram membuka seluruh lapis lapisan APD di bantu oleh seorang bawahan dan kembali menyemprotkan disinfektan di seluruh tubuhnya. Ia berjalan dengan santai dan dengan gayanya sesekali bersiul.
"Azi, apa kau sudah merindukan ku?"
Azi menoleh, "ya".
Azi datang lalu mencium bibir Azi. Melumatnya, Akram hanya merasa haus terus dengan bibir ini. Ada apa dengan bibir ini?. Akram juga tidak tahu.
"Emph!"
Setelah beberapa saat tautan itu terlepas, Azi juga sedikit tidak menyangka tadi selembut itu, tidak kasar seperti biasanya ciuman Akram. "Bagaimana kabarmu?".
"Aku baik. Selama ini kau kemana saja?"
"Aku mengurus beberapa urusan."
"Ku dengar presiden meninggal"
"Hm, orang memang hakikatnya meninggal. Apa yang perlu di herankan?" Azi melihat ke netra Akram yang tampak bergumam tidak serius. "Apa kau berperan juga disana?"...
"Itu bukan urusan ku, untuk apa aku ambil peran. Konflik seperti itu sudah biasa terjadi, jadi tidak perlu di ambil pusing"
Akram membawa Azi yang menggendongnya bak anak koala ke dapur. "Aku memasak sesuatu."
Pemandangan sudah tersaji makanan khas Indonesia ada meja makan, membuat pandangan Akram sedikit terkejut. "Kau yang membuatnya?".
Azi tampak melihat hal lain pura pura tidak tahu. "Hh", Akram terkekeh kecil, gemas.
Mereka turun lalu makan dengan elegan seperti biasanya seorang Akram. Wajah pria itu sedikit Azi perhatikan. 'Ah, aku tidak percaya dia terlihat begitu bahagia hanya karna di masakan makanan kesukaannya'
Azi tersenyum kecil secara tak sadar. "Kau sungguh suka dengan soto".
"...aku lebih menyukaimu"
"Hh"
Azi terkekeh. Itu membuat Akram melihatnya dengan ekspresi yang baru. Entah sebab apa, Azi menutup mulutnya dengan tangan namun tak mampu menutupi pipi juga sekitaran matanya yang mulai memerah. Tak lepas dari pandangan Akram.
"...aku baru melihat pemandangan yang indah"
"Lupakan. Apakah kau suka?"
"Aku?...tentu saja"
Azi baru merasakan menggoda lelaki. Ah sial, mengapa Akram tampak sangat tampan hari ini.
Azi secara tak sadar memalingkan pandangannya lagi sebab malu. Sementara senyum jahil penuh arti muncul di bibir Akram.
***
***
***
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]
Ficção AdolescenteJANGAN JADI PEMBACA BAYANGAN⚠️ Azima adalah mahasiswi seni murni, sejak ia terjebak menjadi penggambar malam di sebuah club, sejak itu pula banyak hal yang berubah. Up tiap tanggal 2.12.22 [sesuai mood] Hanya fictional dan harap bijak dalam memb...