23

31 3 0
                                    


***

"Apa kau sudah mencintai ku?"

Pagi membuat sinar matahari menyinari mereka, lantaran dinding kaca mendominasi sebagian dinding kamar ini. Itu membuat Azi terbangun, juga sebab sapaan pagi seseorang.

"Harusnya aku yang bertanya demikian padamu"

"Ya, aku mencintaimu."

Azi melihat netra itu dengan dalam, netra yang lumayan tampak lebih polos sebab bangun tidur membuatnya tampak seperti orang tak berdosa, membuat Azi lupa sejenak dengan watak orangnya.

"Benarkah?. Jangan membohongi dirimu sendiri hanya karna harga diri"

Azi hendak memalingkan pandangan, namun di cegat oleh Akram. Pria itu memegang ujung dagu Azi dengan tangannya, agar kembali melakukan kontak mata.

"Aku mencintaimu, kau membuat ku tidak bisa melihat hal lain lagi selain kau."

"Itu bukan cinta, itu hanya ilusi akan cinta, tidak begini memperlakukan orang yang kita cintai. Sekarang giliran aku bertanya"

"Berapa banyak orang yang sudah kau perlakukan sama?. Menculiknya, mengatakan ketulusan, lalu...kita tak tahu kemungkinan buruk apa lagi yang akan terjadi"

"Aku tak pernah berkata begini sebelumnya."

"Seseorang seperti kau apakah dapat di percaya?".

"Bagaimana kalau kita membuat perjanjian. Hhh, kau tampak sangat meragukan ku", Akram berkata dengan senyum kecil.

"Perjanjian apa itu?"

"Jika aku yang berkhianat...

....

....

"Baiklah", setuju Azi.

***

Aku tidak percaya, aku dan pria gila itu berada dalam satu hubungan yang tak pernah tersebutkan, namun sudah memiliki perjanjian pelanggaran saja.

"Cinta..."

Azi menggelengkan kepalanya, ada ada saja dunia ini saat memberikan kejutan.

Kini mantion kembali sepi, tampa keberadaan Akram didalamnya. Azi tampak berbicara dengan maid entah membicarakan apa. Setelahnya ia duduk di bangku belakang mantion, tepat dekat dengan rumah kaca dengan banyak bunga di dalamnya. Kata maid sebelum Azi ada di mantion Akram kerap membaca di sana hingga terkadang terlelap.

Azi tidak tahu sebab belum pernah menemukan Akram yang demikian. Kini ia sibuk menggambar dan melukis di kanvas yang pelayan tadi berikan. Azi memiliki pikiran skill artnya hilang jika tidak di pakai lagi, jadi ia mencoba untuk yang sudah sekian lama memegang kuas dan pencil kembali.

Azi ingin menggambar Akram.

Bagaimana pun, terkadang Akram memperlakukannya dengan baik, ucapannya kadang menyenangkan, dan beberapa moment terasa hangat.

Juga mereka sudah berbicara soal perjanjian pelanggan yang kejam. Seolah, mereka sudah cukup untuk satu sama lain tidak untuk pihak yang lain lagi.

Apakah sudah saatnya menerima, cintanya?.

Beberapa kasus membuat Azi menutup hati, dan paham akan cinta yang kejam dan toxic membuat Azi sama sekali belum memikirkan hal tentang cinta. Di kehidupannya yang sebelum ia bersama Akram saat ini.

Pria dengan nama yang sangat lokal. Azi juga tidak percaya ia ternyata sangat besar di negara orang, Spanyol, Azi hanya tahu soal club bolanya yang terkenal. Tidak dengan ini semua.

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang