***Hanya keheningan yang menjadi instrument di dalam mobil itu. Azi dan Akram, sepertinya kepala mereka sama sama sibuk memikirkan hal yang berbeda.
Kening Azi datar tidak berekspresi akan apa pun, bukan apa, hanya lelah. Mobil berhenti di depan sebuah toko, mereka berdua membuka pintu masing masing.
"Kemari"
Akram memasukkan tangannya ke saku celana lalu berjalan santai, dan Azi hanya diam mengikutinya. Dia tidak melakukan apa pun selain mengikuti langkah bajingan ini.
"Pakaikan dia sesuatu", alis Azi berkerut. Tatapan mata pelayan toko berseragam itu mengarah ke gadis yang ada di samping pria yang baru saja berucap, "ouh. Kami punya banyak pilihan untuk yang satu ini. Ikuti saya nona"
Untuk beberapa saat Azi hanya diam di tempat. "Ikuti dia", sebelum ucapan kecil membuat ia membuka langkah.
'Perilakunya sangat polos...memang dia masi sangat labil, usianya baru 20 tahun' batin Akram.
Tak lama Azi keluar dari ruang ganti, dengan langkah biasa ia berjalan ke depan Akram yang duduk di bangku tunggu dengan buku majalah ia baca. "Hm..."
"Nona memiliki tubuh yang sangat bagus sehingga tidak sulit memilihkan pakaian yang cocok untuknya. Ini dress yang sangat cocok bersanding dengan anda juga tuan", pelayan wanita itu dan Akram terkekeh kecil di akhir kalimat. "Ya itu sempurna."
Penampilan Azi seperti biasa hanyalah super casual, rapi dan bersih, namun kali ini ia sangat berbeda. Terlihat drastis seperti wanita old money, kekalemamnya membawa wibawa yang natural dari dalam dirinya yang terpancar begitu saja.
"Bungkus itu."
***
Kotak belanja dengan label brand terkenal dunia ada di tangan Azi juga lebihnya ada di tangan sopir Akram. Mereka membawa Azi kembali ke toko.
"Bersiap siaplah malam nanti, aku berharap kau bersiap siap dengan benar...kalau tidak, em kita tidak tahu apa yang akan terjadi", Akram berlalu. Meninggalkan Azi yang masi mematung beberapa saat sambil menenteng belanjaannya.
Jika aku tidak mengikuti kemauan bajingan itu, ia akan menghancurkan nyonya Elin. "Sialnya!", dia mengumpat kecil sebelum berpaling masuk ke dalam toko.
"Azi!. Dari mana kamu tadi?", Elin sepertinya khawatir dia beranjak dan langsung menghampiri anak gadisnya yang terlihat berwajah kosong. "Hh, aku tidak dari mana mana. Hanya"
"Azi...apa kamu terluka?. Apa yang pria itu lakukan pada mu?. Kita bisa menghubungi polisi." Elin berkata dalam, ia mengajak Azi duduk dahulu.
Azi menggeleng, "tidak usah. Tidak ada apa apa yang terjadi. Em, maafkan aku nyonya Elin, tapi nanti malam sepertinya aku akan makan malam diluar. Jadi, aku sangat tidak enak selalu membuat mu bekerja"
"itu sama sekali tidak masalah Azi. Baiklah, ngomong ngomong tadi aku masuk ke kamarmu tapi aku tidak bermaksud menganggu privasi...namun, aku baru mengenalmu lebih jauh sepertinya. Kamu adalah arters Azi...bagaimana kalau gambarmu aku coba tawarkan masuk ke dalam galery?"
Azi tersenyum, lalu mengangkut. Ia tidak masalah, lagipun gambar gambarnya adalah hal yang tak begitu ngaruh pada hidupnya.
"Mari kita buat makan siang."Ajak Elin beranjak.
"Nyonya Elin, mengapa kamu sangat baik pada ku?". Netra Azi tiba tiba berkaca kaca.
" Eh, Azi...kenapa tiba tiba?.." Elen khawatir melihat wajah Azi yang siap mengeluarkan air mata. "Kamu sangat baik bagaimana caraku membalas kebaikan mu?".
"Sayang ku, aku berniat mengadopsimu. Aku sudah lama kehilangan putriku saat usianya terpaut sama dengan mu, jadi aku sangat sayang padamu".
Elin memeluk Azi dan menenangkannya, "anak gadis ku menangis".
***
***Ia memakai make up tipis yang mereka baru beli juga tadi siang. Wajah Asia Selatan yang mulus membuat wajah itu sangat berbeda ketimbang yang lain, bahkan di negara nya sendiri.
"Dress ini lumayan ketat", ia pikir itu sangat membentuk badannya. Namun, hanya untuk basa basi sebentar dengan seorang bajingan jadi untuk apa terlalu effort?.
"Nyonya Elin, aku akan pergi"
"Hari hati sayang".
Sebuah mobil sudah ada di depan bangunan toko klasik bertingkat ini. Ialah mobil yang di dalamnya ada seseorang yang sangat Azi benci.
"You so sexy"
Azi tak bergeming, wajahnya hanya datar masuk ke dalam bangku yang berada di samping Akram.
"Apa yang kau inginkan lagi?. Ku pikir setelah malam jahanam itu kita sudah berakhir"
Akram menuangkan Azi anggur yang ada di dalam pendingin mobil modern itu. "Yup, tidak ada alasan khusus. Apa tidak boleh, hanya makan malam biasa bersama?"
Akram bersender bahu ke jog sembari meneguk wine nya. "Kita tidak boleh melakukannya lebih dari ini"
Akram menaikkan satu alisnya, "hh lalu?. Kalau aku sedikit memaksa?".
"Lagipun apa yang sebenarnya kau inginkan dari ku?", pertanyaan lemas itu bersuara begitu saja.
"Pertanyaan bodoh. Haruskah ku tunjukkan?".
"Tak perlu". Azi menjawab begitu saja.
"Syukurlah. Sebab kalau kau bilang iya kita akan berakhir di hotel sampai besok siang, atau sore atau mungkin lusa...hh lagi"
Azi memutar bola matanya berpaling dari sisi Akram, apa maksud dari itu?. Azi tidak akan sudi tersentuh untuk kedua kalinya, apa pun yang terjadi.
___Meja besar dengan dua bangku, sajian pembuka mereka santap dengan perlahan. Di susul oleh makanan utama, lalu penutup. Di temani instrumen ringan yang berkesan berkelas, "hanya begini?".
"Kau ingin lebih dari ini?, katakan saja"
(Mbol=maksudnya 'lebih dari ini' itu bukan soal makanan yah😭. Kek u know lah guys, kek sesuatu gitu paling apa kek, masa makan malam formal gitu ga ada apa apa di sampein. Azi rada bingung)
"tidak. Terima kasih."
"Asal kau tau, aku selalu berharap lebih."
Azi mengangkut asal malas menanggapi. Semakin ia menanggapi semakin lama kebersamaan dia dengan bajingan ini. "Apa kau punya keinginan tertentu?. Melihat kau akhir akhir ini berada di segenab masalah..."
Azi membenarkan duduknya perlahan. "Yang menaruhku sejak awal dalam masalah tidak lain adalah kau, Akram. Mengapa kau membawaku ke sini?. Dari sekian banyak nya mainan, mengapa aku yang harus kau permainan?. Hh, dunia mu sungguh sempit hanya dapat menjangkau aku yah. Aku turut berduka" Azi bergumam panjang lebar.
Akram melihat ke dalam netra Azi, "aku suka wanita yang gigih". "Aku tidak mempermainkan mu Azi. Aku hanya mencoba untuk memelukmu dengan hangat, namun kau yang tidak tahu diri tidak membalasnya. Itu melukai prasaan ku, hhh dan aku tidak akan diam begitu saja tentunya"
"Hm?. Kau apa?". Azi sedikit terkejut mendengar apa yang ia dengar.
"Kau ingin memelukku dengan hangat dan aku tidak membalasnya?. Bagaimana cara ku membalasnya jika aku bahkan tidak tahu kalau itu tujuanmu", gadis itu berkata serius.
"...Kau buat aku dalam masalah besar dimana satu satunya prasaan sadar yang muncul hanyalah benci." jelas Azi menguapkan prasaan kesal luar biasa yang selama ini dia pendam.
***
***
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]
Подростковая литератураJANGAN JADI PEMBACA BAYANGAN⚠️ Azima adalah mahasiswi seni murni, sejak ia terjebak menjadi penggambar malam di sebuah club, sejak itu pula banyak hal yang berubah. Up tiap tanggal 2.12.22 [sesuai mood] Hanya fictional dan harap bijak dalam memb...