11

103 29 44
                                    


"Kau menyalahkan aku yang tidak membalasmu?. Bukannya aku juga tak ada bedanya dengan wanita lain yang sering kau gauli. Gampang terganti", Azi melihat hal lain.

Akram terdiam untuk beberapa saat. "Hm seperti itu?. Jadi, kau ingin di sebut lacur?."

Azi menghirup udara dalam, wajahnya sedikit merah marah dengan apa yang baru baru Akram ucapkan, Akram melanjutkan ucapan "...pikirlah".

"...Aku tidak pernah melakukan hal itu pada mu tampa keinginan mu sendiri",

"Tapi kau mengancam dan melakukan kekerasan. Secara tidak langsung kau yang membuat ku bilang begitu padamu."
Wajah Azi sedikit berkerut kesal.

Akram mengacuhkan bahunya santai, "rasional lah sedikit anak gadis nyonya Elin"

(Mbol=itu majas ya yg di bilang sama Akram. Dia menyindir Zizi yang mudah mendapat perhatian orang lain. Seolah olah Akram bilang ke Azi 'seberapa menonjolnya dirinya/mudah mengambil perhatian nyonya Elin noh Azi bukan siapa siapanya udah kek dia anggap anak sendiri😙)


Melihat Azi yang tampak diam memikirkan ucapannya dengan kesal, membuat Akram menyerai, "Kau harus bertanggung jawab atas itu, siapa yang menyuruh mu sangat sembrono mengambil perhatianku"

"Lalu?".

"Lalu, hh. Tentu saja...aku akan bersikeras"

Akram beranjak dari duduknya lalu menghampiri Azi. Gadis itu melotot dan kalah telak, Akram mengeluarkan sapu tangan dan membekab Azi.

"Sial, a apmmh?!"

Aroma kuat tidak dapat tidak terhirup, terdengar suara batuk yang terendam. Ia meronta namun tetaplah sia sia...ia kembali jatuh pingsan di rangkulan Akram.

"Menurutmu, bagaimana cara mengikat leher kucing nakal yang satu ini?"

Itu terdengar samar samar di telinga Azi, sebelum ketidak sadaran sepenuhnya mengambil alih tubuh dan jiwanya.

***
***

Elin tinggal di toko hari ini, ia merajut topi salju sekaligus melepas kejenuhan. Matanya menjadi khawatir dan melihat jam dinding, "sudah sangat larut dan Azi tidak kunjung pulang dari makan malam bersama pria asing itu".

Elin mengambil ponselnya. Mencoba menelfon seseorang. Panggilan itu ngambang cukup lama, hingga akhirnya terhubung.

"Halo Azi", Elin dengan cepat berseru mendapati panggilan yang di Terima dasi Azi.

"Nyonya, Azi baik baik saja"

Tut...

Suara pria berat yang mengangkatnya, dan dengan cepat mati begitu saja. Hal itu memunculkan berbagai pertingkaian di benak Elin, "siapa sebenarnya dia di hidup Azi".

***
***

Setelah sadar Azi duduk di bangku makan seperti yang Akram inginkan. "Apa yang kau inginkan pagi ini?", Akram bergumam kecil hendak menyarankan sarapan pada pelayan.

(Mbol=buset udah pagi aja😭 Azi di sekap berarti ceritanya ni semalam, kesian Zizi njy🥺😤)

"Ingin pulang ke tempat asal ku, tampa pernah bertemu kau".

Akram menoleh, "apa yang ingin kau lakukan memang di tempat itu?".

"Aku punya kehidupan yang harus aku jalankan. Kerja, kuliah dan mewujudkan mimpiku"

"Kuliah?. Kau sudah DO sejak lama." Azi menghembuskan nafasnya.

"Apa?. Siapa yang membuatnya demikian?", tanya rendah dan dingin Azi. Sementara manusia di depan nya hanya mengacuhkan bahu acuh.

Azi melihat dalam netra pria itu dengan dingin, amarah tiba tiba memuncak namun tertahan. "kau tak dapat kembali. Itu satu satunya plan hidupmu kan."

"Kh" Azi melihat hal lain, air matanya keluar dan prasaan sesak menyerang membuat ia menegangkan otot lehernya tak kuasa.

'Bisa jadi pria itu hanya memanipulasi ku.'

"Kau tidak percaya?", rasa sesak itu sangat sakit. Ia hanya mencoba positif berfikir namun pernyataan pria itu menghancurkannya, seolah Akram tau apa yang ada dalam kepalanya.

"Hah...tinggal saja disini bersama ku. Nyonya Elin tidak akan jadi mengadopsi mu kalau toko favoritnya hancur kan", ujar pria itu ringan, seolah berkata perkataan yang tak bermasalah sama sekali.

Azi hanya memakan makanannya dengan hambar.

***

Setelah mereka sarapan, Azi kembali dan sendiri di kamar. Dia dengan cepat menyadari situasi aman, segera ia meraih ponsel dan mencoba menghubungi seseorang lewat telfon rumah yang tergeletak di nakas. "Halo"

"Azi?"

"Yos, aku beneran di DO?"

Terdiam beberapa saat. Itu membuat jantung, netra membesar tak percaya, dan tangganya gemetar. "Azi ada apa yang terjadi?. Kau viral, ada video yang buat kamu di DO dari kampus."

Deg!...

"Ku pikir kau baik Azi, tapi..."

"Yosan...kau ndak percaya sama saya?. Ha?", Azi berkata getir dengan badan terjatuh lemas ke lantai. "Yos, aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi!. Maksdku, kh...ada apa di sana??!. Hiks!"

"Aku bakal sibuk karna beberapa kegiatan, jadi ga bisa jemput kau. Dan, untuk saat ini lebih baik kamu ga kembali Zi..."

"T tapi-"

Tut...

Ia melihat kosong ke arah lantai, prasaanya sangat kacau.

Semua orang yang ku pikir baik pun hilang...

Ia merasa sangat sakit, di dadanya...

"Hah..."

Astaga, hatinya sangat sakit. "Hiks!"

Video bugil itu sungguh tersebar?!. Hancur sudah...

Ia memegang dadanya merasakan udara sangat sesak masuk ke paru paru. Kepalanya menggeleng, namun ia sudah tidak bisa berfikir positif lagi. Semuanya bergemuruh tak terkendali menyebutkan ketakutan ketakutan yang selama ini ia coba tutupi pada dirinya sendiri agar tetap waras.

Sekarang ia pikir sungguh akan gila.

Dengan lemah ia berjalan ke tempat tidur...ia meringkuk tubuh di sana dengan mata terbuka namun kosong bak buta.

***
***

Akram masuk ke kamar itu, perlahan penampakan gadis berambut pendek membelakanginya mengambil pandang matanya yang memang suka akan subjek yang ada di depannya. Wanita yang duduk tampa gerak sedikitpun.

Akram duduk tak jauh darinya, terasa sebab mereka duduk di satu ranjang. Azi tak berniat menoleh.

"Kau bilang setelah malam itu semuanya berakhir. Video bajingan itu sudah berakhir..."

Situasi menjadi sunyi. "Hm?. Itu bukan kelakuan ku."

"LALU SIAPA!?"

Dalam tenang Akram menarik sedikit raut sebab bingung akan kejanggalan, "SEJAK AWAL, HAH...KAU SELALU. APA MAU MU AKRAM!. APA MAU MU?!. MENGAPA HARUS AKUU?!!"

Azi berteriak frustasi berdiri di hadapan Akram. Netra merah terbuka lebar dan lembab tak menggambarkan lelucon apa pun, rambutnya ia remas sendiri dengan kasar dan kaku. "Kgh!"

Ia memukul kepalanya sendiri sesekali dengan keras. "H-hiks...aku lelah begini...kau adalah iblis." Azi berpaling wajah dan meringis tak tahan.

Azi terjatuh lemah ke lantai dan bergumam sayu bersungguh sedih. Respon Akram yang tenang memandangi membuat ia bak akan gila.

Akram turut turun ke lantai lalu menarik dagu Azi untuk melihat pada netranya, namun Azi hanya sukses menoleh tak melihat. Netra gadis itu kosong, tak melihat ke mana mana.

"Nah, jadi sekarang kau hanya bisa bersama ku"

Akram menarik bibir Azi untuk ia cium sekali lagi. Bibir yang sudah tak mampu mengeluarkan gerakan perlawanan apa pun mudah saja untuk di taklukan.

***
***

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang