25

28 3 0
                                    


Azi menonton TV kala suasana mantion  sepi.

"F13"

"Obat obatan dengan kadar afrodisiak tinggi meninggalkan korban lagi, di kawasan Harbour, Hawai. Korban korban yang tewas di temukan sedang berpesta di sebuah club".

"Virus"

Berita berpindah. Virus yang sepertinya Akram ceritakan beberapa saat lalu. Azi menggidikan wajahnya melihat pasien yang sekarat memegangi dadanya, mengeluarkan darah dan busa dari mulut dan hidungnya...

"Astaga..."

"Virus yang di gadang gadang adalah virus sangat mematikan, dan penularanya lewat peredaran darah".

"Korban akan agresif lalu perlahan lahan kehilangan kesadaran, lalu meninggal sebab tersumbatnya peredaran darah dari paru paru, terhubung ke jantung dan akhirnya menyebabkan kematian. Warga sekitar harap berhati hati, tetap aman berada di rumah. Pihak berwajib akan melakukan pembunuhan massal pada korban agresif tinggat akhir yang tak tertolong-"

Azi menjatuhkan remote tv yang memutar berita berita mengerikan.

Tapi katanya asalnya tetap berasal dari China, benar benar di buat sedemikian rupa sama dengan corona virus.

Dunia benar benar sedang terbakar...

"Permisi nona..."

"Ya..."

"Waktunya anda bersih bersih".

"Oh ya, sudah saatnya", Azi beranjak dan berjalan mendahului pelayan yang tampak mengenakan master juga alat pelindung wajah berbahan plastik muka transparan.

"Lita, boleh aku bertanya?"

Gadis yang berpakaian maid menoleh. "Ada apa?"

"Sebenarnya apa pekerjaan Akram?"

Lita tampak diam sejenak, "tuan Akram memiliki perusahaan forensik. Juga beberapa club dan restaurant yang jarang disebut sebut"

Azi memikirkan apa yang baru saja terucap dengan sangat ringan. "Mengapa Akram begitu di benci dalam keluarganya?" tanya Azi lagi dengan sorot mata sedikit sayu. "Nona akan segera mengetahuinya sendiri"...

Perusahaan forensik, terkait dengan obat obatan pastinya. Dia punya club dan restaurant sebagai pasarnya. Juga, apa yang Akram katakan kemarin?. Virus ini berada di bawah kendalinya?.

"Lita, bolehkah aku meminjam laptop"

Tatapan Lita memancarkan kekhawatiran, Azi segera memegang kedua tangannya. "Aku tidak akan melakukan hal tidak masuk akal".

"Baik, setelah ini akan saya beri".

Azi memikirkan hal lain. Dia tersenyum kecil. Astaga, apakah ini juga yang Akram pikirkan?.

Negara negara bisa saja meminta vaksinnya dari Akram. Mereka (ayah Liola), apa yang mereka pikirkan?!.

"Eh?"

Azi tersadar. Apa yang barusan ia lakukan dan pikirkan?.

Apakah lama dengan Akram membuat ia mulai satu frekuensi?. Ah tidak tidak.

"Selain itu, apakah kau tau kebiasaan atau hoby Akram?", Lita tersenyum. "Jika tuan memiliki waktu luang, ia suka berkuda, dan bergelut dengan buku sesekali. Saya pikir hanya itu, sebab tuan memiliki kepribadian yang lumayan tertutup"

Azi mengangkut, cukup menyenangkan berbicara begini di belakang orangnya.

"Hh. Makanan kesukaan?"

"Tuan menyukai soto Jawa, juga pasta buah. Anda mulai tertarik dengan tuan tampaknya" Lita menutup mulutnya kecil membuat Azi menoleh padanya. Saat ini, saat Lita menyisir rambut Azi di depan cermin.

"Mengapa orang disini selalu berkata begitu...ah, aku juga bosan dan meggosip orang bukan ide buruk kan" balas Azi tak habis pikir. Respon itu membuat Lita tersenyum.

"Nona...bolehkah saya jujur?".

"Ada apa?"

"Seburuk apa pun tuan, beliau tidak pernah memperlakukan wanita seperti nona sebelumnya"

Azi menurunkan mimik wajahnya, "maksudnya?".

"Tuan, selama ini hanya benar benar menggunakan wanita untuk kebutuhan internalnya. Tidak pernah menyanyangi seseorang, seperti perlakuannya pada nona. Sebab itu saya percaya kali ini tuan tidak main main"

"Tuan tak pernah memiliki hubungan dengan seorang kekasih ataupun seseorang yang ia gandeng layaknya menggandeng nona."

Azi melihat hal di depannya dengan tatapan biasa. Hembusan nafas keluar begitu saja, "bagaimana bisa kau tau?. Apa kau di manipulasi juga oleh nya?"

Lita tersenyum, "saya yang mengasuhnya sejak ia remaja. Saya kenal dengan tuan"

Lita mengelus bahu Azi dengan beberapa belaian hangat lalu ia berdiri tegap. "Rambut anda sangat cantik. Selera tuan memang tidak di ragukan".

Azi melihat dirinya sendiri di cermin. "Apakah menurut mu aku cantik?. Hh, aku kurang memerhatikan diriku sendiri".

Azi terkekeh kecil menganggap itu gurauan ringan. "Tidak nona. Anda sungguh cantik"

"Ya, aku mengerti", Azi menjawab masi mengganggap itu gurauan, "Baiklah, ayo kita masak..."

"Aku ingin memasakkan orang itu".

Lita tersenyum tulus.

Sebentar lagi siang hari, Akram pasti kembali untuk istirahat dan makan siang.

___
___
___

***

𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang