14

77 16 35
                                    


Sebentar lagi ulang tahun ku, Azi mulai sedikit kembali berdamai dengan kehidupannya. Tempat barunya cukup nyaman, kampus barunya pun demikian. Nyaman sebab benar benar mencoba menjadi transparan.

Namun terkadang ia jenuh sebab tak punya kegiatan lain, selain ngampus. Azi berniat untuk mencari kerja namun untuk porsi pelajar, apa yang mampu dia lakukan?.

Nuras, Yosan, apa mereka masi mengingat Azi?. Sejak awal Azi sudah tak berekspektasi pada mereka berdua, pasti mereka sudah bergabung bersama dengan orang orang itu...orang orang jahat itu.

Ingatan yang menjadi mimpi buruk tetap menjadi trauma terbesar. Saat aku mencoba bahagia, mereka selalu ada untuk menahan. Dalam benakku yang paling dalam, apakah memang endingnya seperti ini?.

Lemahnya aku, tak mampu berbuat apa apa pada takdir yang terus mengekangku kuat!.

Azima Lorata, orang orang disini memanggil gadis itu Lora.

Nama baru, mungkin sedikit membuat dia mampu untuk menjadi baru kembali. Tak seperti Azi yang sudah sangat hancur.

Lora akrab dengan ibu kost nya, terkadang mereka membuat kue bersama. Itu menyenangkan, perlahan lahan Lora bisa tersenyum dengan tulus.

"Lora?!. Ayo bikin cookies"

Azi terkekeh senang dan mengikuti ibu kost. "Bu, gimana cara ngembanginnya?"

"Fokus sama diri sendiri"

"Eh?. Maksdnya tarokin ragi", kedua orang itu terkekeh gokil. "Kita nyambung deh bu. Ibu asik banget loh!!"

Azi berkata serius mengerutkan alisnya, "kalau boleh tau usia ibu berapa?".

"Em, kelahiran 92"

"Wui, masi muda toh!. Pantesan masi nyambung sama saya hehe."

"Masi muda lah, kan belum punya cuami."

***

Malam hari, Azi ada mendapat kunjungan. Suara bel kosnya berbunyi.

Dengan prasaan biasa ia melihat dulu luar lewat lubang kecil yang ada di pintu. "Tak ada orang. Paket kah?".

Namun, bak tergelincir...prasaan dingin tiba tiba menyerang di punggungnya. Bagaimana pun Azi takut akan hal berbau horor.

Bukannya membuka, Azi malah mengambil kunci dan mengunci pintu kosnya segera. "Hah..."

Dengan lemas kakinya turun, dia merosot ke bawah dengan prasaan tidak enak.

"Halo", Azi tampak berusaha berbicara dengan orang lewat telefon. Berusaha menjernihkan pikirannya yang jika terus menerus bisa lebih kacau. Dan sok sok kalau dia tak sendiri di kost.

"Kenapa nelfon?. Malam malam gini". Azi menelfon random dan menelfon ibu kostnya.

"Hh ga bu. Cuma tiba tiba aku pengen tidur di sana boleh kah?". "Kek anak kecil saja deh".

"Bu, please lah"

"No!. Kamu punya kamar sendiri yang nyaman aman tentram, tenang aja okay, ada satpam kok di depan".

"Hm, okay".
____

Keesokan hari adalah hari libur. Azi berencana mengunjungi ibu dengan membawa bubur kacang ijo buatannya sendiri. "Ada apa?"

Sebuah kotak ada di depan pintu kos. -happy birthday-

Tulisan indah itu hanya bertaut oleh dua baris kata. Namun tetap enggan membuat wajah datar itu tersenyum.

Ia mengambil kotak itu dan di bawa ke dalam kos. Dengan acuh, ia membuka kotak itu. Kotak yang kira kira p×l nya 23cm.

"Ha!"

Baru sesisi atas yang Azi buka anak itu langsung berjerit mundur ke belakang. Dan ia bengong di detik detik awal.

"Ada apa?, ada apa?", ia terus bergumam kosong.

" M Mia?!!!!!!!!"

Tangannya gemetaran tak terkontrol seluruh tubuhnya lemas, ada sesuatu yang terasa membuat asam lambungnya naik ke minggu pagi yang cerah.

Foto kepala Mia di dalam kotak itu!!!!.

"Kh!!. Uuekkk!!"

Azi tak sanggup, isi perutnya sampai di tenggorokan. Namun tak sampai terkeluarkan mungkin sebab perutnya memang belum terisi apa apa.

Ia mencari apa pun di sana untuk menutupi kotak itu dan menjauh. Nafasnya memburu tak tenang bersamaan keluarnya keringat dingin bercucuran, "ahhh!!!".

Kepalanya pusing!. Ada apa lagii?!.

Azi mencengkram kepalanya yang semakin terasa akan gila. Ia sadar dan cepat cepat berlari ke rumah ibu kostnya.

Yang berselisih hanya sedikit jarak. Azi dengan pikiran kacau luar biasa pergi begitu saja dari sana. Hanya itu tempat yang ia dapat tuju.

"Ibu, ibu!"

"Azi, ken...kenapa"

Ibu melihat Azi yang berwajah kosong hancur, "ada apa?!".

" Hah...". Ibu melihat wajah Azi yang sungguh berbeda ia merangkul lengan gadis itu bersamaan lutut Azi jatuh ke lantai.

"Azi kenapa?!. Cerita lah"

Ibu terlihat panik. Ia mencoba merangkul Azi yang tidak bereaksi apa pun, bahkan berkedippun tidak.

"Ibu...ga apa apa"

"Gak apa apa tapi muka mu kenapa begitu?!"

Wajah Azi datar pucat bak habis mendapat kabar duka luar biasa dari sang kekasih. "Aku cuma sedikit demam."

Azi teringat akan sesuatu. Kalau aku tanya ke ibu, nanti pasti bakal di tindak lanjuti. Pasti akar akarnya bakal sampai ke aku juga, no. Ini, pasti tak jauh jauh dari masalah internal aku dengan Mia.

Namun orang gila mana yang sampai melakukannya?.

Azi haya berwajah kosong, seperti itu selalu. Wajah nya tidak lah lain dari wajah duka yang tak dapat sampai terwujudkan, padahal wajahnya sungguh cantik.

"Yasudah, aku mau pulang".

"Pulangnya kok cepat?. Ini bawa." Ibu membungkuskan Azi makanan di sebuah wadah, "makasih".

Bak anak gadis yang di sayang ibunya. "Ey, jangan bengong. Hati hati jalannya. Gitu aja masi di ingetin astaga", ibu bergumam tak habis pikir, namun di perkataan yang nadanya kasar itu ada kehangatan di dalamnya.

"Iya".

***

  Ini hanyalah masalah buat diriku sendiri.

Azi memberanikan diri masuk ke kost nya, lalu di situ dia harus waras membuang semua rasa mual, takut, dan jijik.

Dari mana asal kotak ini?!.

Seseorang yang tahu soal ulang tahun ku?. Seseorang yang kenal dengan ku, ia memiliki alasan untuk tahu lebih jauh tentang ku.

Siapa ia?.

'Aku hanya membereskan kekacauan yang orang ini lakukan, semoga kau suka. Selamat ulang tahun yang ke 21 tahun, kucing nakal'

Itu yang tertulis di sebuah kertas.

***





𝐋𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐍𝐢𝐠𝐡𝐭 𝐏𝐚𝐢𝐧𝐭𝐞𝐫 [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang