3 Ranah Cinta [END]

2.3K 353 141
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

"Kerena cinta memiliki 3 ranah."

Awan mendung juga suara rintik hujan yang mulai jatuh membasahi permukaan tanah menjadi pemandangan yang begitu kelabu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Awan mendung juga suara rintik hujan yang mulai jatuh membasahi permukaan tanah menjadi pemandangan yang begitu kelabu. Sudah 7 hari sejak kepergian dari kakaknya yang lain, Putra hanya bisa berdiri di kamarnya sembari menatap ke arah jendela yang menampakkan pemandangan hujan yang sudah mulai lebat.

Rumah ini, tempat dimana dia tinggal selama bertahun-tahun sejak kecil kini dia pijak kembali. Rumah milik Sabrina yang menjadi tempat tumbuh besar dirinya sebelum akhirnya pindah ke sana kemari.

"Dek?"

Panggilan dari ibunya membuat Putra membalikkan badan, menatap ibunya yang berdiri di ambang pintu dengan wajah yang masih saja sembab.

"Kenapa Bu?"

"Nanti malam jika hujannya reda kita ke pesantren ya? Anye tadi memberitahu jika ada pengajian hari ke 7 untuk kakakmu."

Putra mengangguk. Kemudian dia menghampiri ibunya, menggenggam kedua tangannya yang begitu dingin.

"Bu, saya tidak bisa menyelesaikan pendidikan saya di Maroko. Saya akan berhenti dan mencari kerja, saya tidak akan meninggalkan ibu sendiri mulai sekarang."

Pengakuan itu cukup membuat Sabrina menggeleng keras. "Jangan dek, itu satu-satunya kesempatan untuk kamu bisa menggapai impian kamu. Jangan berhenti belajar dan memperdulikan orang lain melebihi kamu memperdulikan diri kamu sendiri. Ibu tidak sendiri, ada Anye dan Ratu. Ibu tinggal bersama mereka di Jakarta, ibu juga memulai untuk bekerja di toko bunga lagi dekat rumahnya Anye. Ratu akan jadi dosen di sana, ibu tidak sendirian dek."

"Tapi rasanya setelah kakak pergi, hubungan bersama mereka tidak akan sama lagi."

"Hubungan dua keluarga tidak akan pernah terpisah jika salah satu diantaranya pergi. Sekarang kamu jangan khawatirkan ibu, kamu fokus belajar dan kejar impian kamu."

Putra menunduk, lalu kepalanya mengangguk pelan. "Anjani masih di kamar kakak?"

"Sejak semalam dia tidak keluar. Ibu mendengar dia masih saja menangis, padahal ini sudah seminggu berlalu."

Putra tersenyum tipis, mengusap bahu ibunya. "Biar nanti saya yang bicara kepadanya, ibu jangan terlalu khawatir."

"Anjani sudah seperti anak ibu sendiri dek, dia telah kehilangan satu-satunya orang yang bisa dia anggap sebagai teman. Ibu tahu bagaimana rasanya kehilangan sosok saudara."

Lengan Putra yang gemetar meraih tubuh ibunya, mendekap dan merasakan isakan tangis yang kembali tumpah ruah membasahi pakaiannya.

Dalam keluarganya kini tinggal dia dan ibunya, semuanya telah pergi dan meninggalkan luka yang belum juga sembuh sudah kembali teriris. Putra tidak tahu, apakah lukanya kini akan sembuh atau tidak. Kehilangan atas orang yang begitu besar peran dalam hidupnya sangat amat memberikan rasa sakit yang mendalam.

3 Ranah Cinta | Spin Off ANCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang