19. Camping-03 (Mencari Jejak)

183 30 6
                                    

Hay, haloooo, Maruk kambek 😋✊

Janlup pencet bintang yang ada di pojok bawaaah (⁠ノ⁠`⁠Д⁠'⁠)⁠ノ⁠彡⁠┻⁠━⁠┻, agar tidaaaak menjadi siders yaaaw

Yang sudah pencet, Maruk ucapkan terima kasih banyaaak. ლ⁠(⁠'⁠ ⁠❥⁠ ⁠'⁠ლ⁠)

Enjoy, and happy reading 🕊️































"Kalau awal sebuah cerita itu disebut dengan prolog, sedangkan akhir cerita disebut dengan epilog, lantas kalau berjuang sendiri itu namanya?"-Tian.






























•••••

Di dalam tenda yang berisikan empat anak laki-laki yang sudah bersih itu terdengar tenang. Heksa menatap Jenandra khawatir, di tangan kanan anak itu memegang satu buah inhaler milik Jenandra.

Sedangkan sang pemilik inhaler nampak tersandar penuh pada Nathan, seluruh berat badannya ia tumpukan pada yang lebih muda. "Gak usah ikut cari jejak aja ya nanti?"

Gelengen lemah Nathan dapati, membuat Nathan dan Heksa secara bersamaan menghela napas lelah. "Jan ngeyel ya, Jeen? Kita gamau lo sampe kenapa-napa." Si Juni berucap.

"Gue cuman agak sesek aja tadi, tapi sekarang gue udah baik-baik aja kok." sangkal Jenandra.

"Kok bisa sampe sesek si?" Heksa bertanya, ia menaruh inhaler milik Jenandra kembali ke dalam paper bag berisi obat-obatan pribadi milik Jenandra.

"Gak tau, mungkin cuman kecapean aja. Tapi dikit, jadinya gak yang terlalu parah gitu loh."

Nathan mendorong pelan tubuh Jenandra yang bersandar padanya, membuat pemuda kelahiran April itu kini duduk bersila menghadap teman-teman satu tendanya lantas berkata. "Maaf udah bikin kalian khawatir, dan maaf udah ngerepotin kalian lagi."

"Ngerepotin apa sih?! Lo tuh sahabat kita udah dari kecil, Jen! Kita berdua tau sifat lo yang gak enakan buat nyambat itu!" Heksa secara spontan berucap demikian, netranya menatap tajam ke arah Jenandra. Menyiratkan jika dirinya tak suka dengan ucapan yang Jenandra ucapkan sebelumnya.

Rendi yang tak mengerti dan tak ingin ikut campur dengan mereka bertiga memilih untuk duduk diam di pojokan tenda sembari menyimak.

"Dan stop bilang kalau lo ngerepotin kita berdua, kita berdua bahkan dengan senang hati ngelakuin itu, Jenandra. Lo penting dan berharga buat kita!" Napas Nathan terdengar sedikit memburu, emosi sekali pemuda itu dengan Jenandra.

Rendi tersenyum miris mendengar hal itu, apakah ia bisa memiliki teman-teman seperti Nathan dan Heksa? Dan bisa memiliki pertemanan seperti trio bemo Neo school ini?

Jenandra akhirnya membuang napas kecil, "Iya, iya, jangan marah dong sama gue!" Lantas tangannya mengacak-acak isi paper bag, mengeluarkan benda kesayangannya dari dalam sana.

Lantas memberikan masing-masing lima bungkusan kecil permen kenyal nan manis kesukaannya pada Nathan, Heksa dan juga Rendi. "Jangan pada marah lagi, gue udah kasih kalian yupi. Jadi jangan marah." Pemuda itu menatap teman satu tendanya itu memelas.

Nathan terkekeh pelan, tangan kirinya ia bawa untuk mengusak gemas rambut fluffy milik Jenandra. "Kalo lo pasang muka gitu, gimana gue mau marah sama lo coba?" Ia menghela napas lalu tersenyum ke arah Jenandra.

HEY, LOOK AT ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang