Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sulit tentunya menerima kenyataan bahwa orang yang telah lama bersamamu harus berpisah denganmu. Terlepas dari hal tersebut, perpisahan mengajarkan kita tentang keikhlasan."
****
𝘿𝙞𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝙠𝙖𝙢𝙖𝙧, 𝘼𝙡𝙞𝙨𝙩𝙚𝙧 𝙝𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙩𝙖𝙥 𝙗𝙞𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙡𝙖𝙡𝙪𝙞 𝙟𝙚𝙣𝙙𝙚𝙡𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙖𝙧𝙣𝙮𝙖. Bintangnya indah, seindah seseorang yang tengah ia rindukan. Mam memang tenang, namun tidak pada isi pikiran.
"Kamu enggak capek apa telat terus? Bapak aja capek ngurusin kamu yang selalu enggak naatin peraturan sekolah. Mau jadi apa kamu kalo sekolah kayak enggak niat gini? Mau bapak laporin ke orang tua kamu?!" tanya Pak Budi bertubi-tubi.
"Jangan," balas singkat Alister.
"Lagi puasa bicara apa kamu ini, bales nya singkat banget." Sambung Pak Budi.
"Ya, udah. Kalo gitu kamu hormat di depan tiang bendera, sampai bel istirahat bunyi. Jangan coba-coba kabur kamu, atau saya laporin sama orang tua kamu." Sahut Pak Budi dengan tegas, yang hanya dibalas dengan deheman oleh Alister. Pak Budi pun hanya geleng-geleng kepala dengan kelakuan Alister.
"Kalian juga hormat didepan tiang bendera." Ucap Pak Budi dengan tegas.
"Hadeh pak. Cuma telat 5 menit." Jawab Vano.
"Lima menit darimana Vano, jelas-jelas 20 menit." Ucap Pak Budi dengan wajah galaknya.
