Happy Reading!
A
pa kabar??
klo kabar Nata baikk, akhirnya PAS-nya Nata udh selesai.
Doain ya, moga dpt rank
Aamiin***
“Kau?! Sedang apa kau disini?” tanya Rhea merasa heran untuk apa Arthur malam-malam seperti ini, datang ke kamarnya.
Sementara Arthur menatap ke luar balkon, ada rasa kesal yang samar mengiringi pikirannya karena kehilangan jejak pria yang berani menyentuh istrinya. Sosok pria itu mendadak berubah menjadi kepulan asap hitam yang lenyap terbawa angin.
“Wah, jangan-jangan kau berniat memperkosaku saat aku tidur, ya?” tuding Rhea dengan sorot mata tajam, lalu menutup mulutnya dengan kedua tangan saat menyadari sesuatu.
Arthur beralih menatap Rhea, lalu menyentil kening mulus gadis di depannya.
"Dasar bodoh," cibirnya.
Rhea mengaduh kesakitan sambil mengusap-usap keningnya. “Sakit tau!” keluhnya.
“Tidurlah, sudah larut malam,” ujar Arthur.
Cup
Rhea merasa tubuhnya menegang ketika Arthur mencium keningnya tanpa aba-aba. Sedangkan Arthur, pria itu terkekeh pelan lalu berjalan keluar dari kamar istrinya.
***
Di sebuah lapangan tandus, tempat para ksatria berlatih dan mengasah kemahiran mereka di bawah bimbingan Duke Blanchard. Pria itu, melatih para ksatria sembari menggerutu kesal.
Pasalnya, seseorang yang seharusnya melatih para ksatria malah memberikan tugas itu untuknya.
“Berhenti! Istirahat terlebih dahulu,” perintah Duke Blanchard.
Seluruh ksatria dengan patuh menuruti perintah Duke Blanchard. Mereka kemudian beristirahat di bawah pohon rindang di pinggiran lapangan, menikmati teduhnya bayangan dari teriknya hari.
“Duke Blanchard,” panggil putra mahkota Gaspard.
“Hormat kepada yang mulia putra mahkota, semoga dewa matahari memberi anda umur yang panjang,” hormat Duke Blanchard.
“Dimana Duke Montfort?” tanya Gaspard, pria itu celingukan kesana kemari.
Duke Blanchard menghela nafas panjang, lalu memijat pelipisnya.
“Entahlah, bocah it— ah maksud saya Duke Montfort berkata ia mendapat urusan mendadak,” jawab Olivier.
“Urusan mendadak seperti apa?” tanya Gaspard.
“Mohon maaf, tapi saya juga tidak tahu, putra mahkota. Lalu, untuk apa anda mencari Duke Montfort?”
Gaspard berdehem singkat. “Hanya bertanya mengenai peperangan yang akan berlangsung.”
***
Di ruang makan megah di dalam Kastil Montfort, tiga insan menikmati sarapan dengan penuh kenikmatan.
Rhea dan Serena, mereka menikmati sarapan sembari berbincang tanpa henti, mengabaikan sepenuhnya etiket bangsawan yang seharusnya mereka junjung.
Sedangkan Arthur, pria itu tengah merasa kebingungan, gadis-gadis di depannya berbicara dengan bahasa yang tidak ia mengerti.
"Ini daging enak anjay, cobain!" ujar Rhea sambil menyodorkan sepotong daging panggang ke mulut Serena.
Serena menerima suapan dari Rhea dan mengunyah daging yang ternyata begitu lembut.
Pada kunyahan pertama, mulut Serena sampai terbuka lebar dan matanya berbinar.
“Eh iya, ini enak banget!” Serena mengunyah habis daging dalam mulutnya. “Btw, ini daging apa?”
“Babi, mungkin,” jawab Rhea.
“Weh, yang bener.” Ekspresi wajah Serena berubah menjadi panik. “Gue alergi babi!”
Mata Rhea mendelik tajam mengarah ke arah Serena. “Bukannya lo pemakan segala ya? Kok bisa alergi babi?”
Serena mendadak mengerang kesakitan, jemarinya erat memeluk perutnya sementara desahan perihnya terlepas tanpa henti.
Seketika, Rhea dilanda kepanikan. "Arthur, segera panggilkan tabib, cepat!" serunya cemas.
"Jack, segera panggil tabib, aku akan membantu membawa gadis ini ke kamarnya," ujar Arthur dengan tenang.
Arthur merangkul pundak kiri Serena, sementara Rhea mendukung dari sisi kanan. Bersama-sama, mereka mulai berjalan menuju kamar yang memang disediakan untuk Serena.
Serena direbahkan di atas kasur, matanya merah dan berair, serta muncul ruam merah di beberapa bagian tubuhnya.
Tak lama kemudian, tabib kastil Montfort yang sudah berumur datang dengan tergesa-gesa. Tabib itu mulai memeriksa Serena dengan cermat.
"Sepertinya Nona Serena mengalami alergi," ujar tabib tua itu sambil mengeluarkan sebuah botol yang berisi cairan hijau tua. "Setelah meminum ramuan ini, Nona Serena akan segera pulih," lanjutnya, seraya menyerahkan botol tersebut kepada Rhea.
“Terima kasih, tabib,” ujar Rhea.
"Izinkan saya kembali ke ruangan saya, Duchess, untuk melanjutkan membuat beberapa ramuan obat," ujar tabib itu, sebelum ia beranjak meninggalkan kamar Serena.
Kamar Serena menjadi sunyi setelah tabib dan Jack pergi. Serena, gadis itu, kini telah memejamkan matanya. Rhea merasa canggung sendirian, pikirannya melayang kembali ke kejadian tadi malam yang membuat pipinya kembali memerah.
"Bianca," panggil Arthur dengan napas yang ia tarik dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan. "Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan sebelum aku berangkat ke medan perang," ujarnya dengan serius.
Bersambung...
9 Juni 2024
klo ada ide, nanti mlm atau bsok nata up ya!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melintasi Garis Waktu (On Going)
FantasyFOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA! Rhea Dhaneswari gadis pengangguran yang hobinya rebahan. Tiba-tiba masuk ke dalam novel yang dibacanya semalam? Bahkan Rhea masuk ke dalam tubuh istri dari pahlawan perang, yang ditakdirkan akan mati dengan tr...