[Maaf cerita nya sedikit membingungkan, soalnya yang nulis masih pemula, jangan lupa vote+komen dan follow]
.....
Menceritakan tentang seorang gadis yang selamat dari tragedi pembunuhan berantai dikeluarganya, J...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
• • • •
Saat ini Skala dan kelima temannya sedang berada di ruang unit kesehatan sekolah menemani Leona yang sempat pingsan tadi. Sembari menunggu Leona sadar Skala tak habis-habisnya memarahi Leora. Skala marah karena mereka berdua malah ikut tawuran, bukan karena Skala tak tahu akan kemampuan si kembar Leo,melainkan Skala tidak ingin kedua adik kesayangan nya itu kenapa-kenapa.
Bukan hanya sekali dua kali si kembar leo ikut dalam aksi baku hantam tetapi sudah berkali -kali. Pernah suatu waktu si kembar Leo keukeuh ingin ikut tawuran dan Skala sudah melarang nya tapi, si kembar Leo justru kabur dan malah pergi ke tempat tawuran. Karena mereka sedikit ceroboh alhasil sang adik malah terkena pukulan dari lawan yang menyebabkan Leora kehilangan satu gigi nya. Oleh sebab itu Skala mewanti-wanti teman-temannnya untuk tidak memberitahu adikanya ketika sudah akan melakukan aksi baku hantam.
"Udah berapa kali gue bilang buat gak usah ikut tawuran, hah!! " bentaknya pada Leora.
Tak ada yang berani angkat suara ketika Skala sudah marah. Bahkan Reynald pun tak berani untuk sekadar angkat suara membela kekasihnya.
"Maaf,"
Leora meremas ujung seragamnya karena takut, tubuhnya sedikit gemetar saat Skala membentak nya. Skala mengusap wajahnya kasar kemudian melangkahkan kakinya keluar.
BRAK!!!
Setelah kepergian sang ketua barulah Reynald mendekati Leora kemudian mendekapnya.
"Udah gak usah dipikirin."
Leora mendongak untuk menatap Reynald " kamu gak mau marahin aku juga? "Tanya nya.
Reynald tersenyum sambil mencubit pipi Leora. "Gak, aku gak marah kok. Cuma ini peringatan terakhir buat kamu! " memang terdengar santai tapi mampu membuat Leora bergidik ngeri.
Melihat keuwuwan Reynald dan Leora membuat Kayaksa dan Satria gerah sendiri sedang Edwind hanya memutar bola matanya malas.
"Tolong ye hargain yang jomblo, " sindir Kayaksa sembari mengibaskan tangannya.
