Alooo~ hehe good night bro
___________________________________________Happy reading!
.
.
.
.
."Ga mau tau! Pokoknya kak Dira harusss beliin coklat Lion banyak-banyak."
"Ga bisa gitu Lion, kakak ga mau beliin!"
"Salah siapa tadi nipu! Tanah di suruh makan!"
"Ya lu di suruh mau-mau aja kan?!"
"Ngapain nyuruh?! Emang kakak pernah liat anak seumuranku makan tanah tanpa ada yang ngehentiin?!"
"Pernah lah! Banyak yang kek gitu lu nya aja yang lebay!"
"Halah cot!"
"Heh! Lion ga boleh ngomong gitu!" Rabela menyentil bibir Lion membuat sang empu mendelik tidak suka.
"Mulutnya minta di jahit emang! Ga boleh ngomong gituan!" Peringat Leon pada Lion namun tak di gubris sama sekali oleh sang empu.
"SSL."
"Suka-suka Lion!"
"Tanahnya ga enak! Campur aduk rasanya di tambah rumput kecil yang paittt." Lion membayangkan memakan tanah tadi yang membuatnya berkali-kali bergidik ngeri.
"Ihh Kakak yang salllahhh! Ga mau tau." Lion mencak-mencak di samping ranjang, ia melompat dan tidak mau menghadap kearah anak-anak yang memperhatikannya.
Karna terlalu kuat ia melompat membuat darahnya naik melalui selang infus dan hampir menyentuh kantongnya.
Lion sadar akan hal itu tapi ia bingung harus bagaimana menanggapinya, jadi Lion hanya menggerakkan tangannya secara brutal dan di dalam hatinya yang berteriak meminta bantuan.
Lion lelah dengan apa yang sedang di lakukan, jadi dengan sendirinya ia diam. Diam-diam panik dengan apa yang terjadi.
Lion turun dari ranjang, kakinya lemas seperti jelly di dalam otaknya bingung tangannya mendingin, Lion duduk di samping tiang infus. Entah menunggu Dokter atau menunggu coklat pemberian Dira.
Leon memandang Lion dari atas ranjang dengan pandangan bingung, ada apa dengan adiknya ini? Sedari tadi heboh dengan coklat dan sekarang duduk bersandar pada tiang infus.
Saat melihat kearah selang itu, alis Leon mengernyit bingung saat sadar kalau itu adalah darah dari tangan Lion yang naik hampir menyentuh kantung, jika Lion tidak diam darah itu pasti sudah menyentuh kantung yang berada pada ujung selang.
Leon turun, ikut duduk di samping Lion yang terlihat sedang mengatur nafasnya. Memegang tangan Lion yang terasa dingin sembari selalu bergumam di samping telinga Lion. "Tenang ga usah panik, naik lagi tuh darah udah jadi tuyul emas kamu."
Meskipun sedikit kesal dengan kata-kata sang kakak nafas Lion sudah kembali normal dan darah tersebut kembali turun.
"Masama udah nenangin, tapi tetap kak Dira masih harus ngebeliin coklat! Orang pelittt kuburannya sempitt." Lion bangun dan menepuk baju bagian belakangnya, setelah berucap seperti itu Lion berbalik dan kembali berbaring di atas ranjang dengan satu tablet berada di tangannya.
"Aduh sayangku manisku cintaku muah muah, udah ga usah ngambek kakak beliin kok." Dira melayangkan flying kis kepada Lion, berdiri dan melenggang berjalan kecentilan akan membuka pintu.
Sedangkan Lion yang berada di atas ranjang, matanya membola kedua alisnya terangkat bibirnya terbuka menampakkan gigi kelincinya.
Tidak jauh berbeda seperti Lion, Leon memandang kepergian Dira dengan bibir yang selalu berkomat-kamit.
KAMU SEDANG MEMBACA
L Twins Boy[hiatus]
Подростковая литератураBagaimana rasanya, jika kamu merasakan pahitnya people come and go selama 3 kali berturu-turut? Dan masih dapat tersenyum bahagia menjalani hari dengan bumbu riang dan ceria. "Kita anak yang baik penurut tidak sombong dan rajin menabung, jadi takdi...