[16] Don't

144 11 4
                                    

Alooo~maloe banget bilang mau up kemarin tapi malah up sekarang, tapi smaa aja sie sekarang ataupun kemarin ide buntu

___________________________________________

Happy reading!

.
.
.
.
.

Hening melanda semuanya, tidak ada yang membuka suara kebisingan orang-orang mendadak menghilang dari pendengaran seolah tertelan oleh aura dingin yang terpancar.

"Bawa mereka masuk," suara Zero memecah keheningan dan berlalu meninggalkan taman, suara bising orang-orang kembali terdengar bersamaan hilangnya aura dingin dan juga tubuhnya yang melayang di udara dengan ada yang menggeret tiang infusnya.

Ya keduanya di gendong, dengan Zero yang memimpin di depan di lanjut oleh Arka dan Galih yang menggendong di lanjut oleh anak-anak lain yang mengikuti.

Hingga sampai di depan ruangan, Zero membuka pintu itu lumayan kencang hingga menimbulkan bunyi tubrukan pintu kaca dengan dinding.

Keduanya dibawa masuk, di dudukkan di ranjang Lion dengan kepala yang menunduk dalam. Zero duduk dengan kaki menyilang menghadap keduanya aura intimidasinya kembali, suasana dingin kembali tercipta.

Dalam hati keduanya berdoa meminta segera keluar dari aura dingin yang kembali memenuhi isi ruangan, beribu-ribu bayangan amarah Zero memenuhi isi fikiran, keduanya kalut dalam fikiran masing-masing. dengan kepala menunduk seolah bayi singa yang benar-benar takut akan kemarahan sang ibu.

"Leon Lion," panggilan dengan suara yang terkesan dewasa itu membuat Leon dan Lion mendongak menatap Zero dan kembali menunduk.

Zero menaikkan sebelah alisnya, terlihat semenakutkan itukah dirinya bagi teman barunya ini?

"Angkat kepala kalian jangan nunduk." Zero mengambil nafas sejenak berusaha menghilangkan amarahnya terhadap dua orang ini agar tidak kelepasan.

Tidak, Leon dan Lion tidak mau mengangkat kepalanya, keduanya kembali terjebak kedalam pikirannya sendiri. Zero menghela nafas lelah. Susah sekali mengatur bayi singa ini.

"Gausah takut gue ga bakal gigit kalian, kalian singa dan gue manusia." Dengan takut-takut keduanya mengangkat kepala mendongak menatap Zero, bukan menatap mata melainkan pada anggota tubuh lain selain mata.

Zero turun dari ranjang, mendekat pada Leon dan Lion.

Jantung keduanya berdegup kencang fikiran negatif kembali menghampiri takut akan bentakan atau pukulan yang akan di berikan oleh Zero, namun hal yang di lakukan Zero justru membuat fikiran negatif itu menghilang.

"Jangan gitu lagi ya?! Pergi ga izin dulu sama gue selain gue masih ada anak-anak lain Leon Lion kalian ga boleh pergi sendiri tanpa pengawasan, kalian masih kecil takutnya di culik om om dengan imbalan yupi," ucapan Zero terdengar sangat lembut tidak ada bentakan atau pun kekerasan yang di lakukan, tidak hanya Leon dan Lion yang kaget akan hal itu teman-teman yang lainnya juga keget.

"Zer ini seriusan elo?!" Arka benar-benar menatap bertanya pada Zero, karna tidak mendapat balasan Arka mendekat san mengguncang bahu lebar Zero.

"Ga usah pegang-pegang Anj! jijik gue." Zero menyentak tangan Arka yang masih memegang bahunya.

"Santai bro, ga usah marah-marah cepet tua nanti lu," gurauan Arka ternyata tidak lucu sedikitpun.

"Dan lu cepet mati."

Ucapan Zero yang tajam benar-benar menusuk hingga ulu hati, Leon Lion ikut memegangi dadanya sakit hati terhadap ucapan itu bagaimana dengan Arka?!

"Pedes banget tuh mulut, nusuk hingga hati yang terdalam." Arka memegangi dadanya dramatis jatuh terduduk di samping kaki jenjang Zero.

L Twins Boy[hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang