[17] What?!.

139 13 4
                                    

Aloo~ hehew malammm kakak kakak~

___________________________________________

Happy reading!

.
.
.
.
.

Pagi hari ini langit terlihat mendung dan terdengar suara rintikan hujan dari arah luar suasana dingin mulai tercipta, tapi tidak dengan hati keduanya yang entah kenapa merasa berbunga-bunga seakan akan terjadi sesuatu yang di inginkan.

Waktu baru menunjukkan pukul 8 tepat, sedangkan teman-teman yang lain sudah berbondong-bondong pergi kemari.

karna sekarang adalah hari minggu jadi dengan senan tiasa semua orang menemani Leon dan Lion yang masih nyaman tertidur, dengan selimut yang sering di naikkan hingga sebatas dada.

agar tetap hangat menyelimuti tubuh keduanya tetapi bayi singa satu ini sering membuat selimut itu kembali terjatuh dengan jiwa yang masih tertidur.

Zero Sastra dan Arka masih terlelap dalam mimpinya, Arzan Raffa Rakha dan Raja sedang bermain game di kaki sofa dengan handphone masing-masing Galih ikut berbaring di samping Sastra ia masih sangat mengantuk.

Dan perempuan yang tersisa sedang berada di samping ranjang yang di tempati oleh Leon dan Lion, sibuk bermain handphone masing-masing

"Kok bisa sih ada bocah selucu ini kalau lagi tidur?!" ucap Dira membuat semua orang menoleh kearahnya dan melihat Leon dan Lion yang masih tertidur lelap.

"Kadang heran! Kok bisa bocah ini seumuran kita?" Erina menyahuti tanpa mengalihkan matanya yang masih tertuju pada manusia manis yang berada di atas ranjang.

"Seharusnya baru naik kelas TK, tapi ternyata udah kelas 8 sungguh di luar pluto sekali," timpal Ruby menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Wajahnya keliatan baby face banget anjir! Pertama kali masuk gue pikir bocah TK nyasar ke SMP!" ujar Audy jujur, pertama kali melihat memang terlihat seperti anak nyasar yang sedang mencari induknya.

Edrea memainkan pipi mochi berwarna putih bersemu merah tersebut dengan lembut. "Gemes banget bayi aku ini."

Semua orang yang berada di dalam ruangan menoleh pada Edrea dengan pandangan kaget yang sangat kentara.

"Uhuk uhuk! bukan bayi lu doang jir!" Sastra baru bangun dan minum terlebih dahulu karna tergesa-gesa akan menjawab membuatnya tersedak.

"Emang lu sama mereka tuaan siapa! Kalau lebih tua mereka yang ga mungkin jadi bayi lu lah!" Sungut Rabela tidak terima, siapa mereka berani sekali mengakui bayi singa kesayangannya.

"Pastinya lebih tua gue dari pada mereka." Zero terbangun karna suara batukan keras Sastra, ia menjawab dengan santai.

"Dih! pd kali bah, kalau salah nanti jan nanges." Zero hanya mengangkat bahunya acuh terhadap perkataan Vrily.

"Orang pd mah baik! Dari pada lu di sw bilangnya 'jelek banget gue, pantes ga ada yang mau pacaran ma gue' padahal kalau di lihat-lihat banyak orang yang ngantri buat jadi pacarnya tapi dianya ga mau." Sindiran Ruby membuat Vrily memelototkan matanya. Kaget karna Ruby menyebar aib nya yang sudah tertutup rapat dari teman laki-laki sekelasnya.

"Eugh"

Lenguhan kecil itu membuat orang-orang mengalihkan perhatiannya pada ranjang.

Lion membuka matanya, netra coklat itu berkedip beberapa kali berusaha menghilangkan rasa ngantuk dan lampu ruangan yang masih menyala terang benderang.

Nyatanya ia tidak bangun, melainkan berbalik memunggungi Leon dan kembali tertidur menghadap ranjang yang sedang di tempati oleh Arka.

"Hah? Malah tidur lagi ni bocah!" ucap Rabela tidak habis fikir, terbangun dan kembali tetidur lagi tanpa mengatakan sepatah kata pun.

L Twins Boy[hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang