7. Pindahan

214 33 7
                                    

"Serius lu kak? Pak Haidaar jadiin kamu nanny anak-anaknya? Gaji dua kali UMR? DIBAYAR DI MUKA? BUAT 2 BULAN?"

Seonghwa mengusap telinganya yang berdenging sambil mendecak kesal saat mendengar Yunho berteriak-teriak di teleponnya karena tidak percaya pada cerita Seonghwa yang di rekrut menjadi nanny untuk Devon dan Danica.

Kemarin, setelah Seonghwa setuju menjadi nanny, Hongjoong langsung membayar semua gaji Seonghwa selama dua bulan ke depan. Seonghwa minta gaji UMR, namun entah kenapa Hongjoong melipatgandakan menjadi dua kali UMR.

Bisik-bisik Seonghwa menceritakannya pada Yunho, ia takut sekali kalau Hongjoong benar-benar sindikat dari perdagangan tubuh manusia. Dia sudah dibayar di awal, bagaimana kalau malam ini -- saat ia memindahkan barang ke rumah Hongjoong, Seonghwa dibunuh lalu dijual anggota tubuhnya?

"Ah gak mungkin. Berlebihan kamu itu kak. Pak Haidaar orangnya baik kok. Mungkin dia lihat kamu orang yang baik, terus penyayang. Mumpung kamu jurusan PG-PAUD dan dia kenal kamu, sekalian aja dah--"

Tok tok tok...

"Kak Sagara!!!"

Seonghwa tersentak begitu mendengar ketukan di pintu yang dilanjut dengan suara dua bocah yang memanggil namanya dengan semangat, "Yogi sudah dulu ya, nanti aku kabarin kalo mau telepon lagi!"

Buru-buru Seonghwa mematikan teleponnya dan berlari untuk membukakan pintu. Terlihat Devon dan Danica yang menyapanya riang dan kemudian menghambur ke pelukannya, dan juga Hongjoong yang berjalan menghampiri mereka dengan gagahnya.

Kali ini, Hongjoong sedikit berbeda. Rambut nya rapi namun sedikit acak-acakan, bertengger pula kacamata hitam di kepalanya, kemeja abu bergaris hitam yang pas dengan badannya, celana jeans 3/4 dan juga sandal kulit. Ia berjalan dengan kedua tangannya yang ia masukkan kedalam saku.

Tanpa disadari, jantung Seonghwa rasanya berdesir. Bibirnya seketika tersenyum tipis -- berusaha jaga image biar tidak kelihatan seperti orang salting, "Hari ini gayanya kece banget deh, mas?" Celetuk Seonghwa.

"Style saya kan biasanya begini? Emang hari ini beda?" Tanya Hongjoong. Seonghwa mengangguk sebagai jawaban, yang mana Devon dan Danica juga ikut menganggukkan kepalanya.

"Kalian tahu apa kok ikutan mengangguk-anggukkan kepala?" Devon dan Danica tertawa keras melihat sang ayah yang mencibir kesal. Seonghwa mempersilakan ketiganya masuk kedalam dan duduk dulu sementara ia akan melanjutkan mengemasi barang-barang yang akan ia bawa ke rumah Hongjoong.

Hongjoong dan kedua anaknya duduk di atas kasur Seonghwa -- karena tidak ada lagi tempat untuk duduk. Devon dan Danica celingukan melihat kamar Seonghwa yang sangat sederhana namun terlewat rapi dan bersih. Kamarnya lumayan kecil -- berukuran 2.5x3, hanya ada satu kasur single, satu meja kecil di samping kasur, satu meja belajar yang merangkap jadi dapur, satu kursi, dan satu lemari.

"Maaf ya kalo tempat nya kecil. Maklum, kosan 600 ribu," sahut Seonghwa saat ia menyadari keheranan Devon dan Danica. Ia lanjut mengemasi bajunya ke dalam tas sambil tertawa kecil.

"Kakak bisa tidur di tempat seperti ini?" . "Hus, Danica. Tidak baik bertanya seperti itu!" Tegur Hongjoong. "Maaf ya, Saga." lanjutnya dengan nada menyesal.

"Namanya juga anak-anak, mas. Wajar kalo mereka penasaran." Ujar Seonghwa. "Kakak nyaman kok tidur disini Dani. Yang penting kan ada tempat untuk berteduh dan beristirahat," jawab Seonghwa, tanpa mengalihkan pandangannya dari baju-baju yang sedang ia tata di dalam tas jinjingnya.

Danica yang sepertinya sedih langsung menghampiri Seonghwa dan memeluknya dari belakang sambil terisak, membuat Seonghwa refleks berbalik dan memeluk gadis kecil itu. "Loh kok malah nangis?" bukannya menjawab, tangisan Danica makin kencang. Devon yang melihat kakaknya tiba-tiba ikut terisak dan berlari memeluk Seonghwa. Seonghwa mengusap-usap kepala Devon dan Danica -- berusaha menenangkan mereka.

"Nggak papa. Kan nanti Kak Saga bakal tinggal di rumah bersama kalian. Kamar Kak Saga juga besar di rumah. Kalian juga tadi yang bantu ayah menyiapkan kamar Kak Saga. Sudah ayo nggak usah nangis," Hongjoong menghampiri mereka dan berniat menggendong Devon tapi Seonghwa menggeleng.

"Jangan mas, biarkan saja. Nanti kalau mereka sudah tenang, baru diangkat anaknya," Hongjoong mengangguk dan kembali duduk, membiarkan kedua anaknya yang sedang mellow dan bonding dengan pengasuh mereka selama dua bulan kedepan.

"Sudah semua kan barangmu Saga? Gak ada yang ketinggalan?"

"Nggak ada mas!" Seonghwa menyahuti Hongjoong dari dalam mobil, "Terimakasih ya mas, maaf ngerepotin."ucap Seonghwa begitu Hongjoong masuk ke mobil. "Kamu yang saya repotin, Saga. Lihat tuh anak-anak jadi nempel ke kamu semua."

Sehabis menangis tadi, Devon dan Danica sama-sama tidak mau dilepas dari pelukan Seonghwa. Mau tak mau Seonghwa menggendong keduanya dan kini ia duduk di tengah bersama dua manusia mini yang tidur beralaskan paha nya.

Belum satu detik Hongjoong duduk di kursi kemudi, ia sudah menengok ke belakang dengan wajah tidak enakannya, "Beneran gapapa kan? Saya ga tega kamu digelendotin anak-anak begitu. Nanti kakimu sakit." tanya Hongjoong memastikan. Seonghwa melengos dan mendorong pelan kepala Hongjoong agar menghadap ke depan. 

"Idih gak jelas. Orang aku yang dibayar buat jadi nanny kok anda sendiri yang ga tegaan gini?"

~~~

Mulut Seonghwa menganga lebar -- seolah tak bisa menutup, begitu melihat kamar yang disiapkan Hongjoong untuknya. Dua kali lebih besar daripada kamar kos nya, "Mas, serius ini kamar buat aku?"

Hongjoong mengangguk dan menyuruh Seonghwa untuk menyimpan dan merapikan seluruh barang-barang nya sebelum menyusul ke bawah untuk makan siang. Tadi di perjalanan, mereka mampir terlebih dahulu ke sebuah restoran untuk membeli makan siang. Padahal Seonghwa sudah menawarkan diri untuk memasak, tapi Hongjoong menolaknya.

Beberapa menit kemudian, semua sudah berkumpul di meja makan. Hongjoong membeli sop iga dan soto, oh jangan lupakan es teh jumbo favorit Seonghwa. Devon dan Danica sudah anteng melahap soto di mangkok mereka masing-masing.

Sementara, Seonghwa masih membagi isian sop iga di dua mangkok juga memberi kuah nya. Hongjoong? Entahlah, dia malah menatapi Seonghwa dengan tatapan memuja tak berkedipnya itu. Kalau mereka hidup di dunia anime, mata Hongjoong seperti nya akan ada bintang-bintang kecil yang berbinar-binar.

"Makan mas, jangan ngelihatin saya mulu. Saya tahu, saya kucel, belom mandi," celetuk Seonghwa sambil menyodorkan semangkuk sop iga beserta sepiring nasi pada Hongjoong yang kini terbatuk-batuk karena salah tingkah telah tertangkap basah menatap orang yang duduk di seberang nya.

"Eh, iya. Anyway, maaf ya kalau rumahnya kecil," Seonghwa tersedak es teh jumbo yang tengah di seruput olehnya, matanya memicing tajam pada Hongjoong, "Pak, ini kalo es teh nya dilempar, lumayan loh bisa bikin basah kuyup,"

Hongjoong menggaruk tengkuknya malu, ia tak bermaksud memperhatikan Seonghwa secara intens seperti itu hingga ia tak sengaja asbun -- asal bunyi.

Entahlah Hongjoong harus menyalahkan siapa, matanya yang mulai semakin dalam terpesona atau hatinya yang mulai jatuh kepada Seonghwa.

- To Be Continued-

Gais maafin ya kalau penulisan nya kaya bertele-tele banget, heuu... Aku nulis ini waktu UAS kemarin, kelar UAS aku lanjutin dan kayanya kebawa template penulisan UAS wkwkwk...

Soalnya UAS ku dari 9 matkul semuanya bikin esai kalo ga artikel. Kebawa penulisan biar menuhin word count wkwkwkw, I'm so sorry 😭🙏🏻

Love Shaker {JoongHwa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang