13. Jerat

228 30 9
                                    

Seonghwa duduk diam di dalam mobil Hongjoong. Bibir nya mengerucut kesal. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 10, alias ia sudah terlambat setengah jam untuk bimbingan. Untung alasan masuk angin nya diterima oleh Pak Widodo, dosen pembimbing nya.

Kalau tidak...

"Sudah siap?"

Tak ada jawaban, Seonghwa malah memalingkan mukanya ke luar jendela mobil. Hongjoong tersenyum lalu mencium pipi Seonghwa sembari memasang seat belt lelaki yang lebih muda, "Orang cantik kok marah-marah mulu~ Nanti cantiknya hilang loh~" goda Hongjoong.

"Stop panggil cantik-cantik lagi, emang aku cowok apaan!" Ketus Seonghwa. "Kamu cantik, manis. Kamu kalau marah mirip seperti Danica, gemas."

Kimi kili mirih mirip sipirti dinici, Seonghwa melengos kesal mendengar celetukan Hongjoong yang terdengar amat riang itu. Puas-puas lah memuji dirinya cantik, Seonghwa sendiri sebenarnya juga salah tingkah kala mendengarnya. Tapi dirinya juga kesal jika terus-menerus digoda seperti ini.

Sekali lagi, EMANGNYA DIA COWOK APAAN?!?!

Sialan.

Mobil Hongjoong keluar dari garasi. Hongjoong mengemudikan mobilnya cukup ngebut, mengingat mereka berdua sudah sama-sama terlambat memenuhi janji pertemuan.

"Kamu sudah izin ke dosbing mu kalau mau pakai hoodie ke kampus kan? Takutnya nanti ga diizinkan." Seonghwa mengangguk. Ia masih malas menjawab pertanyaan Hongjoong. 

Tapi, dirinya sudah meminta izin kepada sang dosen pembimbing untuk memakai hoodie ke kampus. Sebenarnya mungkin tidak masalah memakai hoodie ke kampus, sayangnya Seonghwa adalah mahasiswa FKIP -- yang mana tata cara berpakaian pun turut diatur dengan ketat. Tentunya hoodie adalah salah satu pakaian yang terlarang. 

Maka dari itu, Seonghwa meminta izin terlebih dahulu pada dosen pembimbingnya. Alasan masuk angin kembali ia pakai sebagai tameng, padahal dirinya memakai hoodie untuk menutupi lehernya yang terlihat dengan jelas, dipenuhi corakan laknat yang dibuat oleh orang yang sedang menyetir disampingnya. Lagi-lagi, Pak Widodo menerima alasan Seonghwa tanpa rasa curiga.

Memang baik sekali dosen pembimbing Seonghwa.

Seonghwa melirik ke arah Hongjoong yang sepertinya sedang bagus mood nya. Ia menyetir sambil bersiul-siul riang mengikuti nada lagu yang diputar di radio. 

Yaa... Siapa sih yang nggak senang habis dipuasin begitu? Pagi-pagi pula. Berasa rezeki nomplok.

"Kenapa lirik-lirik? Udahan marahnya?" Seonghwa kembali membuang muka begitu Hongjoong menangkap basah dirinya tengah melirik diam-diam. "Nanti saya parkir di teknik gimana? Atau mau diantar sampai pintu masuk FKIP?" tanya Hongjoong. 

"Gak usah mas, parkir aja di teknik. Nanti aku kan tinggal nyebrang. Biar gak muter-muter,"

Hongjoong mengangguki jawaban Seonghwa. Mobil Hongjoong memasuki gerbang kompleks kampus dan sampailah di parkiran fakultas teknik. "Sudah sampai Saga. Hati-hati di jalan ya, kan tadi lecet~ ADUH--"

Hongjoong mengaduh kencang ketika Seonghwa mencubit lengannya keras-keras. Hongjoong langsung meminta maaf melihat Seonghwa yang memelototinya ganas dan kembali memelintir cubitan di lengannya, "Maaf, Saga. Kan cuma bercanda. Sekarang lepasin ya? Sakit banget ini, aduduh~"

"Gamau." Cubitan Seonghwa makin ganas, "Sekali lagi bilang kaya gitu di tempat umum--"

"Sagara? Sayang? Ngapain disini? Apanya yang 'bilang kaya gitu di depan umum'?"

Seonghwa dan Hongjoong refleks menoleh ke arah suara. Badan Seonghwa refleks kaku, rasa panas dan juga dingin menjalari setiap bagian tubuhnya. Bulir keringatnya pun besar-besar, nampak membasahi wajahnya.

Love Shaker {JoongHwa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang