9. Play With Me!

214 31 21
                                    

Seonghwa membanting tasnya ke meja gazebo perpustakaan yang sudah di duduki oleh Wooyoung -- membuat lelaki itu terkejut bukan main. "KAK APA APAAN SIH?!?!"

Yang baru saja membanting tas langsung duduk di samping Wooyoung dengan wajah tanpa dosanya. Bahkan Seonghwa dengan sengaja memepetkan badannya ke Wooyoung, "Apaan si kak???" tanya Wooyoung dengan kesal.

"Tahu nggak Wil-- Kayanya aku nggak sengaja masuk kandang singa." Bisik Seonghwa. Tangan Seonghwa iseng meremas-remas lengan Wooyoung, "Tolonglah Wil-- Perasaan ku nggak enak. Besok-besok kalau kamu terima undangan, jangan kaget ya?"

Wooyoung mendorong Seonghwa menjauh darinya. Tatapan tajam dilayangkan pada Seonghwa yang sedang mode cemas-waspada-gemas, "Undangan apasih. Ngomong nya yang bener dong? Lu jadi simpenan om-om?"

"Nggak simpenan juga sih. Tapi yaa~ sama om-om." Cicit Seonghwa. Wooyoung menepuk dahinya, "Lu belom selesai kena masalah sama kak Chris, sekarang lu malah jadi simpenan om-om. Apa maumu kak? Gua takut ntar lu tiba-tiba masuk lamtur gegara dilabrak istri nya,"

"Aku bilang aku bukan simpenan, Wil, tapi aku emang berurusan sama om-om. Pun orangnya udah cerai sama istrinya. Aku akhirnya nggak bisa denial lagi sama masalah ini. Kayanya aku juga punya rasa ke orangnya~"

"Fak mennnn-- Gua ga habis pikir. Jadi dia duda kan? Bukan suami orang?" 

"Duda~ Buntut dua,"

Kali ini, Wooyoung lah yang menggebrak meja -- membuat orang-orang disekitar mereka menoleh, tapi Wooyoung tak peduli. Yang ia pedulikan sekarang adalah seorang pria yang berada disampingnya, duduk dengan penuh rasa cemas dan gusar. Telunjuk Wooyoung menunjuk-nunjuk ke wajah Seonghwa, "Gila lu kak. Lu kalo ada masalah, ngomong sama gua. Bukan malah deket sama duda~ 

Sekarang bilang ke gua, lu udah ngapain aja sama duda itu hah?" cecar Wooyoung.

Seonghwa menggeplak lengan Wooyoung, "Nggak sampai situ juga kali, ah. Lebay kamu ini. Kita cuma ngobrol, tapi aku ngerasa ada love spark diantara kita. Orangnya juga sweet, loyal banget. Aku sekarang udah 4 hari kerja di dia, jadi pengasuh anak-anaknya. Kita nggak ada apa-apa kok, suerrr..."

Wooyoung melengos, tangannya kembali mengusap wajah dengan frustasi, "Gua nggak suudzon ke elu kak, nggak usah ngotot gitu dah~" . "Aku nggak ngotot, kamu aja yang nuntut banget!" Seru Seonghwa. 

Mata Wooyoung mendelik tajam, ia semakin penasaran dengan siapa duda buntut dua yang dimaksud oleh sang kawan. Wajah Wooyoung semakin mendekat ke wajah Seonghwa dan mengamati setiap inci nya, membuat Seonghwa meneguk ludahnya kasar.

"Siapa. Duda. Itu. Jawab. Jujur."

Takut-takut Seonghwa mengangkat kepalanya, menjatuhkan tatapan pada kedua bola mata Wooyoung yang terlihat makin tajam -- meminta jawabannya. Seonghwa mengangguk pelan lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kanan Wooyoung dan membisikkan satu nama yang sukses membuat seluruh badan Wooyoung meremang.

"Pak Haidaar."

~~~

Seonghwa baru selesai membersihkan dapur ketika Hongjoong baru pulang bekerja. Mata Seonghwa melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan malam. "Malam banget pak pulangnya?"

"Iya, saya sama sekalian ke cafe tadi. Barista baru nya kan sudah mulai kerja hari ini, ngawasin bentar." Jawab Hongjoong. "Wah, udah ada barista baru pak? Ih mau kesana ah, siapa tau ganteng. Lumayan,"

Mata Hongjoong melirik tajam ke Seonghwa, "Maksud kamu? Barista yang kemaren kan juga ganteng, gak dipuji nih? Gak diapel?"

"Lah kalo Yogi mah aku tiap hari juga ngapel pak. Sampai hapal tuh orangnya," ujar Seonghwa sambil terkekeh geli. Makin tertekuk wajah Hongjoong mendengar jawaban Seonghwa, "Bukan. Barista yang habisnya Yogi keluar--"

Seonghwa menyengir, "Siapa emang? Kan nggak ada." Goda Seonghwa.

Ujaran Seonghwa membuat Hongjoong mendengus kesal, kedua tangannya ia lipat di depan dada, "Wah, banyak alasan kamu. Gak mau muji saya juga nih?

"Gak. Udah tua. Males."

Hongjoong melotot mendengar jawaban Seonghwa. Sementara itu Seonghwa tertawa puas-puas. Menggoda Hongjoong mungkin bisa menjadi hobi baru nya sekarang.

Wajah lelaki yang lebih tua terlihat kesal. Tak henti bibirnya mencibir, mungkin sampai maju dua senti?

Hongjoong membereskan tas kerjanya dan masuk ke kamar -- untuk mengganti baju. Kakinya melangkah sambil dihentak, membuat Seonghwa kembali terkikik.

Dih apaan, digituin doang marah. Tapi marahnya lucu, seperti Danica. Begitulah isi batin Seonghwa.

"Saga, ini tadi kamu yang membereskan kamar saya kah?!?! Dimana kolor yang saya taruh di kursi?!?!"

Seonghwa sengaja tak menjawab karena tahu Hongjoong akan tambah marah bila tahu bahwa kolor kesayangannya dicuci oleh Seonghwa tadi siang sepulangnya dari kampus.

"SAGARA. DIMANA KOLOR SAYA?!?!"

Astaga, sebenarnya Seonghwa ini jadi pengasuhnya siapa?

Bapaknya atau kedua anak kembarnya?

Kok ia merasa menjadi pengasuh bapaknya si kembar begini?

"GALIH ABIMANYU SAGARA. SEKALI LAGI TIDAK MENJAWAB, SAYA POTONG GAJINYA."

"Iya pak, ya tuhan. SABAR. LAGI JALAN KESITU!!!"

~~~

"Kak, tadi daddy kenapa teriak-teriak gitu sih?" Tanya Devon.

Seonghwa kini sedang menemani si kembar belajar setelah menghadapi ocehan Hongjoong yang makin kesal setelah tahu kolor kesayangannya dicuci oleh Seonghwa.

"Biasa. Tantrum bapakmu~" seloroh Seonghwa -- menjawab pertanyaan Devon.

Seonghwa selalu menggeleng heran jika mengingat semua yang terjadi selama sebulan lebih ia ikut tinggal bersama keluarga Wijaya. Sifat-sifat asli Hongjoong mulai terlihat satu persatu.

Padahal di awal, aura Hongjoong sangat kebapakan. Tapi, lambat laun, sifat Hongjoong yang manja mulai terlihat. Bahkan lebih manja daripada anak-anak nya. Sebenarnya, Seonghwa heran tidak heran. Hongjoong juga lucu ketika sifat manjanya terlihat saat bersama nya.

Seonghwa tidak protes, dirinya saja menyukainya.

"Emang kakak nggak risih ya? Nggak takut? Daddy tidak biasanya seperti itu--" ujar Danica. Seonghwa menggeleng kecil, "Nggak kok, bukan masalah besar. Asal daddy mu nggak makan kakak, nggak takut," timpal Seonghwa sambil menepuk-nepuk dadanya.

"Emang kamu mau di makan sama saya, Saga?"

Seonghwa terlonjak ketika mendengar suara Hongjoong. Lelaki itu berdiri bersandar di pintu kamar si kembar, lagi-lagi dengan muka datar dan tangan yang terlipat di dada. Ah, jangan bilang ia masih marah pada Seonghwa.

"Dih apa maksud, orang bercanda doang. Emang bapak kanibal? Nggak kan, makanya aku nggak takut sama bapak. Takut tuh sama Tuhan!" Ucap Seonghwa sembari membuat gestur menunjuk ke atas.

Seolah mendapat ide, Hongjoong menyengir. Tiba-tiba ia menggeram dan melolong seperti seekor serigala, membuat tiga orang lainnya kebingungan, "Tapi sekarang serigala ini lapar. Saya ingin makan seekor kelinci. Saya ingin yang paling besar, agar saya kenyang!"

Hongjoong mengedipkan sebelah matanya -- memberi sinyal kepada Seonghwa untuk membantunya. Seonghwa yang mendapat maksud sinyal Hongjoong langsung memekik dan merangkul si kembar untuk berlari menjauh dari Hongjoong,

"AAA... Ada serigala, dia mau memakan kita! Ayo cepat lariiii!!!"

- To Be Continued -


Hai guys, sorry for being late and kinda inactive huhu... Aku lupa hehehe :)

Jadi aku lupa karena agak hectic ya gais. Karena liburan semester udah mau habis dan aku bakal sibuk ngampus sama ngurus ospek jurusan, jadi aku bilang dari sekarang kalau aku nggak janji upload rutin ya gais. Mungkin ada kejeda banyak hari karena ga sempet, etc.

Tapi aku usahain bakalan terus update sampai selesai. I'm so sorry ;(.

Sorry and thank you for understanding ❤️

Love Shaker {JoongHwa}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang