"Ah iya, kamu kenal Christopher dari mana? Kalian sepertinya dekat sekali waktu itu."
Seonghwa meneguk ludahnya, wajahnya sedikit memucat. Tangannya mendadak terasa dingin dan gemetar. Hongjoong yang menyadari perubahan pada Seonghwa langsung meraih tangan Seonghwa, "Hei? Apa pertanyaan saya salah? Tangan mu dingin sekali. Saya minta maaf kalau salah, ya?"
Seonghwa menggeleng, "Nggak pak, saya nggak apa-apa. Hanya saja, saya-- Saya--" . "Jika tidak bisa diceritakan, jangan diceritakan, Saga. Saya sepertinya juga tidak berhak menanyakan hal seperti itu. Saya minta maaf," sesal Hongjoong.
Perlahan, Seonghwa balas menggenggam tangan Hongjoong dan menatap lelaki itu, "Kalau saya cerita ke bapak, bapak tidak akan mengolok-olok saya kan?"
"Tidak Sagara. Jika kamu nyaman dan mau, boleh ceritakan. Biarkan semua masalah mu hilang dan hatimu menjadi lega--"
~~~
"Ini tidak bisa dibiarkan, Saga. Kamu harus melaporkannya, apapun alasannya. Tidak peduli dia anak rektor, dia anak pejabat, anak presiden, jika masalahnya sudah seperti itu, kamu harus melapor." Ujar Hongjoong.
Seonghwa mengusap matanya yang basah karena air mata, "Tapi saya nggak berani pak. Dia backingannya besar, rektorat. Sedangkan, saya ini apa? Saya ini orang biasa, tidak ada apa-apa nya dengan orang itu."
Hongjoong menghela napas. Ia membuka lengannya lebar-lebar dan membiarkan Seonghwa menubruk dirinya, memeluknya erat-erat. Tangan Hongjoong mengelus pelan punggung Seonghwa yang tak lagi mampu menahan semua tangisannya.
Rasa nyaman yang diberikan Hongjoong membuat dirinya lega, jantung Seonghwa perlahan mulai berdetak tak karuan.
Tapi persetan. Pelukan hangat seperti yang diberikan Hongjoong memang yang paling ia butuhkan saat ini.
Krincing...
"Ayah?"
Keduanya refleks melepas pelukan satu sama lain begitu mendengar suara bel pintu dan suara anak-anak yang memanggil 'ayah'.
Di dekat pintu, berdiri seorang anak laki-laki dan perempuan yang kurang lebih berusia 5 tahun. Mereka membawa tas ransel masing-masing di pundak.
Hongjoong beranjak dan menghampiri mereka berdua, "Kalian sudah pulang. Kalian tidak nakal pada nenek kan?"
"Tidak ayah~ Kami tidak nakal~"
"Kami anak baik! Kami membantu nenek membuat kukis jahe tadi! Kami membawakan satu toples untuk ayah!"
Seonghwa terbatuk-batuk begitu mendengar kata ayah yang terus keluar dari bibir kedua anak tersebut. Hongjoong yang mendengar suara batuk Seonghwa langsung menggendong kedua anak tadi mendekat ke meja Seonghwa.
"Kamu tidak apa-apa, Saga? Ada yang sakit?" Tanya Hongjoong memastikan. "Ti-tidak. Tidak ada, tenggorokan saya gatel-- Biasa, hehe... Lemon kan asem pak, kadang suka bikin gatel tenggorokan."
"Ayah, siapa om ini?"
Tambah tersedak lah Seonghwa begitu mendengar kata 'om' keluar dari si bocah laki-laki di gendongan Hongjoong.
"Bukan om, Devon. Ini Kak Sagara, mahasiswa nya ayah." jelas Hongjoong pada bocah laki-laki bernama Devon tersebut. "Sagara, ini anak-anak ku. Mereka kembar, baru umur 5 tahun. Yang laki-laki namanya Devon, yang perempuan namanya Danica. Devon sama Danica turun dulu ya, salim ke Kak Sagara, kenalan,"
Dua bocah itu turun dari gendongan Hongjoong dan langsung menyalami tangan Seonghwa dengan manis. "Halo kak, aku Elias Devon Wijaya dan ini kakakku--". "Namaku Emily Danica Wijaya kak!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shaker {JoongHwa}
Fanfiction‼️Republish - New version‼️ Seonghwa adalah mahasiswa semester akhir yang sedang stress ngerjain skripsinya. Suatu hari, Seonghwa lagi mentok-mentoknya ngerjain skripsi dan kena masalah, eh dia malah nemu coffeeshop yang murce dan enak banget. Seong...