Seonghwa melangkahkan kakinya riang. Malam ini, ia akan menggarap skripsinya di cafe. Persetan akhir bulan, uang tabungannya juga masih ada.
Daripada dia mati stress di dalam kosan.
Ngomong-ngomong, kita belum berkenalan sejauh itu dengan Seonghwa. Galih Abimanyu Sagara, itulah nama lahirnya. Kini ia adalah mahasiswa akhir di jurusan PG-PAUD, Universitas KQ, sedang mengurusi skripsi nya. Seonghwa sebenarnya berasal dari kota sebelah dan ia hanya tinggal bersama kakeknya yang seorang buruh tani.
Berat hati Seonghwa meninggalkan kakeknya tinggal sendirian, tapi berkuliah adalah permintaan dari sang kakek yang tidak tega membiarkan sang cucu turun ke sawah. Setidaknya sang cucu harus bisa menjadi orang yang lebih berhasil daripada dirinya yang hanya mengurusi sawah orang.
PG-PAUD menjadi jurusan yang dipilih oleh Seonghwa karena dulunya, sang mendiang ibu adalah seorang guru TK. Kakeknya pun mendukung penuh keputusan Seonghwa masuk ke jurusan tersebut.
Seonghwa termasuk mahasiswa yang berprestasi, ia bahkan kuliah tanpa mengeluarkan sepeserpun biaya karena beasiswa yang ia terima dan berbagai lomba lain yang diikuti olehnya. Jika ia bisa menyelesaikan skripsinya semester ini, ia bisa lulus hanya dalam waktu 3,5 tahun.
Kehidupan Seonghwa memang baik-baik saja, kecuali karena lelaki yang beberapa waktu ini gigih mengejarnya -- Jason Christopher Bagaskara, dan meminta balikan dengan berbagai alasan dan bujuk rayunya yang Seonghwa yakini semua palsu.
Ia selama ini bisa menutupi kasus Chris yang kala berpacaran dengannya malah bermain serong dengan 3 orang perempuan yang berbeda, bahkan salah satu nya hamil dan brengseknya, Chris meminta untuk mengaborsi nya. Seonghwa masih bisa bungkam, tapi Chris yang terus menerus mengganggu nya membuat dirinya geram dan mau tak mau mengancam Chris akan menaikkan kasus ini sampai ke rektorat -- tempat kakeknya berada.
Sebenarnya, apa yang lelaki brengsek itu harapkan dari nya?
Krincing...
"Selamat datang di MEdrink-- Oh, Sagara."
Seonghwa melambaikan tangan nya pada Hongjoong yang menyambutnya dengan senyuman manis, "Padahal kamu sudah meminta nomorku untuk layanan pesan antar, ujungnya kamu tetep kesini juga?"
"Pengen perubahan suasana pak, gampang ngantuk kalo ngerjain di kosan," timpal Seonghwa. "Lagipula saya lagi pengen hazelnut frappe nya. Pesan satu ya pak, sama strawberry cheesecake satu."
Hongjoong menggeleng kecil sambil menghela napasnya, "Kamu ini gak takut kena diabetes apa? Hampir tiap hari minum frappe terus. Nanti kakinya dipotong, tahu rasa." Sindir Hongjoong.
Seonghwa meringis, "Masa bapak ngusir pelanggan gini sih?" . "Siapa yang ngusir kamu, Saga? Saya mau nawarin minuman lain selain frappe, biar kamu nggak minum yang manis-manis melulu. Tau nggak, kamu itu sudah manis, buat apa cari yang manis-manis lagi, hah?"
Semburat merah mulai terlihat di wajah Seonghwa dan sepertinya, Hongjoong menyadari perubahan di wajah Seonghwa. Terbukti karena tawa khas nya yang renyah itu terdengar, "Hahahaha... Lucu sekali kamu ini. Bagaimana kalo hot lemon earl grey tea? Lumayan seger-seger tapi anget. Gak bikin kantong bolong apalagi kaki dipotong," saran Hongjoong.
Seonghwa tak menjawab, tapi anggukan kepalanya memberi pertanda pada Hongjoong bahwa Seonghwa menerima sarannya, "Dah. Kamu duduk sana. Nggak usah bayar, saya yang traktir hari ini."
~~~
Tau nggak, kamu itu sudah manis, buat apa cari yang manis-manis lagi, hah?
Entah sudah berapa ratus kali kalimat itu terus terputar di otak Seonghwa, sampai-sampai skripsi di laptopnya lah yang menonton dirinya. Mata Seonghwa terfokus pada Hongjoong yang tengah menyiapkan pesanannya di cafe bar.
Andai bisa, Seonghwa ingin jumpalitan sekarang juga saking salting nya.
Saat Hongjoong keluar dari cafe bar dan membawakan pesanannya, Seonghwa gelagapan -- berpura-pura mengedit file skripsinya. Sesekali ia menggaruk kepalanya, menambah kesan pusing karena menggarap skripsi.
Hongjoong meletakkan dua mug lemon earl grey tea, satu piring strawberry cheesecake, dan satu piring vanilla roll cake. Seonghwa melotot, siapa yang pesan sebanyak ini? Perasaan tadi cuma pesan untuk diri sendiri?
"Pesanan datang. Saya sekalian temenin kamu ngobrol, biar ga terlalu pusing sama skripsi juga." Ucap Hongjoong. Ia duduk di hadapan Seonghwa, "Pak, tapi siapa yang jaga cafe nya?" Tanya Seonghwa.
Hongjoong menunjuk papan di pintu yang sudah terbalik -- menunjukkan tulisan closed ke arah luar. Kapan orang ini membalik papan tersebut? Perasaan daritadi ni mata juga ke arah dia mulu?
"Sampai bab berapa skripsinya, Saga?" Tanya Hongjoong berbasa-basi sambil meregangkan otot-otot tubuh nya. Seonghwa makin melongo begitu melihat tatto di lengan kanan Hongjoong yang tampak mencolok. "Hayo, kamu itu. Ditanyain kok, malah ngeliat apa kamu?" Seloroh Hongjoong.
Seonghwa terbatuk kecil, "Em, saya sampai bab 3, pak. Maaf, saya tadi salfok sama tattonya bapak, bagus. Hehehe..."
Hongjoong tersenyum lalu mengangkat lengan baju bagian kanan dan menunjukkan lengan berbisep dengan hiasan tatto yang berukuran lumayan besar, "Ini?"
Wajah Seonghwa memerah. Cepat-cepat ia meraih mug nya dan meneguk lemon earl grey tea pesanannya -- bukan pesanannya sih. "Saya boleh lihat skripsi kamu?"
Hampir saja minuman Seonghwa tersembur, "Bapak mau koreksi? Bapak mau ikutan ngebantai saya?" Sosor Seonghwa.
"Tenang, relax. Saya dosen teknik elektro, mana ngerti soalan anak PAUD. Tapi semoga saya bisa bantu sedikit-sedikit," Seonghwa manggut-manggut mendengar ujaran Hongjoong. Ia membalik laptopnya menghadap ke arah Hongjoong.
Seonghwa mengawasi perubahan raut dan gerak-gerik Hongjoong sambil melahap cake nya. Tegang, tapi entah kenapa sangat candu melihat ekspresi serius Hongjoong ketika membaca skripsinya.
"Bagus nih. Saya suka. Pembahasannya juga nggak bertele-tele. Tinggal beberapa bagian saja yang mungkin perlu penyesuaian, penyederhanaan, dan kawan-kawannya yang gak bisa saya ubah-ubah karena saya bukan dosbingmu. Tapi semua udah mantap, lanjutkan!"
Mata Seonghwa otomatis berbinar mendengar ucapan apresiasi dari Hongjoong yang approve pada tulisannya. Ya... Meski itungannya bukan penyetujuan resmi, kan bukan Hongjoong dosen pembimbing nya?
"Saya bantu deh buat beberapa hal yang kurang tadi," Hongjoong menyeret kursinya mendekat ke Seonghwa. Lelaki itu benar-benar membantu dan membimbing Seonghwa dengan baik saat mengerjakan skripsinya.
Sesekali, Seonghwa curi-curi pandang ke lelaki disebelahnya. Makin dekat, rasanya makin tampan. Bau nya juga wangi meski ada sedikit hint bau rokok. Kehadirannya pun membuat Seonghwa nyaman, tidak seperti-- ya, kalian tahu lah.
"Kamu ngerti kan? Sekarang diubah dulu. Nanti saya koreksi lagi," . "Kalo Pak Haidaar sebaik ini, kenapa Kak Chris kabur-kaburan terus dari bapak? Padahal enak banget loh, beneran dibimbing." Celetuk Seonghwa sambil tetap fokus pada laptop nya.
Hongjoong mengendikkan bahunya, "Entah. Berandalan satu itu sudah cukup menjadi beban pikiran saya beberapa tahun. Mentang-mentang cucu dari rektor, ia bisa berbuat seenaknya. Padahal tahun ini kalau tidak menyelesaikan skripsi, bisa di dropout. Saya juga capek mengejar mahasiswa seperti dia." Tandas Hongjoong.
"Ah iya, kamu kenal Christopher dari mana? Kalian sepertinya dekat sekali waktu itu?"
Yah... Dari sekian banyaknya topik, kenapa harus bahasan ini yang harus keluar dari belah bibir nya~?
- To Be Continued -
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shaker {JoongHwa}
Fanfiction‼️Republish - New version‼️ Seonghwa adalah mahasiswa semester akhir yang sedang stress ngerjain skripsinya. Suatu hari, Seonghwa lagi mentok-mentoknya ngerjain skripsi dan kena masalah, eh dia malah nemu coffeeshop yang murce dan enak banget. Seong...