nightmare🕳️

3.4K 380 12
                                    

Ponsel Rion yang ada di sakunya berdering. Rion segera mengeceknya. Ada panggilan telepon dari Mia. Rion mengangkat nya.

Rion: halo? Kenapa Mia?
Mia: gapapa pi, hehe. Papi tau dimana mama cia kah?
Rion: loh? Emang ngga ada di rumah?
Mia: ngga ada pih. Ini aja aku lagi nyariin
Rion: eee, yaudah. Mia tidur dulu aja. Besok dicari lagii.
Mia: oh, oke. Mami udah sadar?
Rion: belum.
Mia: mm, yaudah. Papi juga tidur ya. Jangan begadang. Dada papi, love u. Muahh.
Rion: okay, love u too. Have a nice dream baby.
Mia: papi?
Rion: iya sayang?
Mia: kiss nya dong
Rion: oh iya lupa, muahh. Beruangnya jangan lupa di peluk ya? Babaii.
Mia: okayy~

(Telepon terputus)

"Kenapa pih?" tanya Gin. "Kata Mia, Alicia ilang" jawab Rion. "Loh? Bukannya tadi masih di rumah ya?" tanya Gin yang kebingungan. "Nah, itu dia" jawab Rion sambil menyandarkan punggungnya ke kursi.

"Yaudah, kita pikirin besok pagi aja. Kamu tidur sana" ucap Rion. Gin mengangguk dan menuju sofa penunggu pasien. Sementara Rion, ia duduk si kursi dan menaruh kepalanya di ranjang Caine. Rion mulai memejamkan mata dan memasuki dunia mimpinya.

Ia bermimpi sedang berdansa dengan Caine di sebuah ballroom besar nan luas.

Hanya ada dirinya dan Caine disana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hanya ada dirinya dan Caine disana. Dengan nuansa kerajaan yang kental. Iringan biola serta piano terdengar dari penjuru arah. Menambah kesan mewah. Caine tampak mempesona malam itu. Dengan jas putihnya juga rambut merahnya. Caine tampak tersenyum selama berdansa dengan Rion. Tak ada percakapan apa apa yang menghiasi dansa mereka, hanya ada iringan biola dan piano yang terdengar.

Tiba tiba ballroom yang tadinya hanya ada mereka berdua, mendadak ramai dan penuh orang. Juga penari wanita dengan dress beragam muncul dengan serentak membuat Rion kehilangan Caine.

Caine menghilang tiba tiba. Seperti tertelan kerumunan wanita tadi. Kerumunan wanita itu menghilang secara serentak. Dan ballroom menjadi sepi dan sunyi. Iring iringan piano dan biola juga perlahan sirna. Lampu di ballroom yang awalnya sangat terang, perlahan meredup. Hingga akhirnya menjadi gelap. Di ballroom itu berdiri Rion sendirian.

Dengan suasana gelap, sunyi dan sepi. Rion memanggil nama Caine berkali kali, namun tak ada yang menyahut. Rion berteriak teriak memanggil nama Caine. Ia berteriak layaknya orang yang tak waras.

Rion memeluk dirinya sendiri. Ia ketakutan, kebingungan juga khawatir. Air mata mulai menetes membasahi pipinya. Memori masa kelamnya lewat dan memenuhi otaknya. Ada satu suara yang terus menyalahkan keberadaan dirinya.

Ia memegangi kepalanya dan terduduk lemas. Tiba tiba dari luar ballroom terdengar sebuah musik yang mengiringi pernikahan. Rion segera berlari menuju sumber suara. Ia menuju satu ruangan tertutup. Suaranya berasal dari ruangan itu. Dengan kasar, Rion mendorong pintu itu.

Ketika pintu terbuka, ada sebuah acara yang sedang berlangsung. Acara pernikahan. Rion melihat satu persatu tamu undangan yang hadir. Wajahnya blur. Anak anaknya ada di sana. Menorehkan senyum paling bahagianya. Rion melihat Suster thia yang juga hadir di sana. Suster thia duduk di sebelah Gin.

Rion melangkah maju untuk melihat siapa pengantinnya. Keduanya sama sama laki laki. Caine memakai jas putih dengan wedding veil menutupi wajahnya. Rion benar benar tak bisa melihat siapa pasangan pengantin yang berdiri di samping Caine.

Wajahnya blur sampai leher. Dari lekuk tubuhnya, Rion juga tak bisa mengenali siapa pria itu. Caine terlihat sangat senang dengan senyum sumringah nya. Rion begitu sakit hati melihat Caine bergandengan dengan orang lain. Dan bukan dengan dirinya. Bahkan anak anaknya terlihat mendukung hubungan Caine dengan orang itu.

Rion perlahan mulai menjauh dari mereka. Rion tak lagi berdiri di tempat yang sama. Ketika Caine berciuman dengan pasangannya, mendadak pandangan Rion mulai gelap gulita. Rion memanggil nama Caine sekali lagi namun dengan suara pelan. Rion tak bisa melihat apapun. Rion tak bisa melakukan apa apa selain berharap dirinya bangun dari mimpi buruk itu. "Sekarang aku dimana Caine?" batin Rion sambil melihat ke sekelilingnya yang gelap.

Tiba tiba ada tangan yang terjulur dari lubang yang terang. "Pih, ayo pih" suara seseorang yang secara misterius hadir dan mengajaknya masuk ke dalam lubang terang itu. Rion mengenali suara itu, suara Key. Rion meraih tangan itu dan kemudian ia terseret masuk ke dalam lubang terang itu. Kemudian, Rion melihat Key di hadapannya. Kemudian ia memeluk anak perempuannya itu.

"Key, mami nikah key" ucap Rion dengan tangisnya. "Mana ada pih. mami kalo nikah pasti sama papi." ucap Key sambil menepuk punggung Rion. Key melepaskan pelukannya dan memegang kedua pipi Rion dan tersenyum. Kemudian, Key menghilang begitu saja dari pandangannya.

Lalu suara yang tak tau berasal dari mana. Hadir dan menyuruhnya bangun. "Yon, bangun yon" ucap suara itu dengan keras. Yang seketika membuat Rion terbangun dari mimpi anehnya.

Sekujur tubuhnya di penuhi keringat yang terus keluar. Dirinya masih di tempat yang sama ketika ia mulai memejamkan matanya. Ia juga masih melihat Caine yang belum sadar. Gin juga masih tidur dengan nyenyak di sofa nya. Rion menyentuh tangan Caine. Masih dingin. Ia merasakan nadinya, masih lemah. Dan belum ada tanda tanda Caine akan bangun. Rion menaruh tangan Caine ke pipinya. "Kamu mau nikah sama siapa Caine?" ucap Rion sambil menatap Caine.

Rion keluar dari ruangan dan berjalan lurus ke arah pos jaga. Terlihat Suster thia sedang memainkan komputernya. "Maaf sus, disini ada ruangan yang bebas asap gitu? Saya mau merokok bentar." tanya Rion. Suster thia tak terlalu terkejut karena sudah merasa ada seseorang yang menghampirinya.

"Oh, dari kamar bapak, bapak jalan lurus saja ke arah utara. Nanti ketemu pintu warna coklat. Bapak buka saja. Tidak di kunci kok." jawab Suster thia dengan ramah. Rion mengangguk berterimakasih lalu ia berjalan ke arah pintu yang dimaksud. Begitu Rion membuka pintu itu, alangkah indahnya.

Ia bisa melihat suasana kota malam yang indah. Dengan gedung gedung tinggi dan lampu yang menyala. Angin malam meniup leher Rion, sangat dingin dirasa. Ia duduk di kursi panjang yang memang di sediakan di sana. Ia mengeluarkan rokok serta koreknya. Mulai menyalakan dan menghisap rokoknya. Ia teringat ketika ia menghabiskan malam dengan Caine kala itu.

Menghembuskan asap yang mengepul. Menghabiskan beberapa menit untuk menikmati rokoknya. Rion merasa ada seseorang yang membuka pintu. Rion menoleh ke belakang. Suster thia mendatangi Rion yang sedang sendirian menikmati rokoknya. Rion hanya menyembunyikan rokoknya.

Suster thia datang dengan pakaian hitam lengan panjang dan celana jeans biru. Dirinya duduk di sebelah Rion namun agak jauh. Suster thia menggerai rambutnya yang awalnya di cepol. Rion cukup terkejut melihat penampilan Suster thia sekarang. Suster thia mengeluarkan kotak dari saku celananya. "Maaf Pak, saya tak bisa menahan diri ketika bapak tadi bilang ingin merokok." ucap Thia sambil mengeluarkan setangkai rokoknya.

Rion menyalakan korek apinya dan Thia menyulutkan rokoknya. Menghisap nya dan mengepulkan asapnya ke atas. "Jangan bilang siapa siapa ya" ucap Thia dengan tatapan serius. Rion mengeluarkan rokoknya dari persembunyiannya , dan mulai menghisap kembali rokoknya. Mereka canggung untuk beberapa menit.

- to be continue

Note:
~Still flashback~

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang