gagak item

2.5K 352 19
                                    

Sinar mentari menembus pintu balkon yang terbuat dari kaca. Membuat Caine kesilauan. Ia segera bangun dan melakukan peregangan kecil. Lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Hari ini Caine mengenakan kemeja putih dengan vest hitam, celana hitam dan sepatu hitam. Caine berkaca sebentar tak lupa menyisir rambutnya. Setelah selesai, Caine segera keluar dari kamar dan menuju dapur untuk sarapan. Disana ada Krow yang sibuk memasak dengan celemek coklatnya.

Juga ada anak anak lain yang sudah menunggu di meja makan. Siap menyantap sarapan. Riji sedang duduk di salah satu kursi dengan pakaian serba rapi. Caine duduk di sebelah Riji. "Hari ini jadi kan mih?" tanya Riji. "Jadi dong. Habis sarapan. Kita berangkat" jawab Caine dengan senyumnya.

Krow memasak nasi goreng untuk sarapan. Setelah jadi, Krow langsung menyajikan di piring piring. "Ini spesial buat mami" ucap Krow sambil menaruh piring di hadapan Caine. Echi melihat piring maminya, lalu melihat ke piringnya. "Emang apa bedanya? Sama aja perasaan" ucap Echi. "Mami pake telur. Lu kagak" ucap Krow.

"Jahat banget, pakein telur lah" ucap Echi. "Ngga ada, telurnya abis" ucap Krow. "Chi, kalo ngga pake telur ngga papa. Aku juga ngga dikasi. Krow itu perhatian sama kita. Biar muka kita kinclong, ngga ada bisul" ucap Selia yang memperlihatkan piringnya. "Yeuu, emang abis jir telornya" ucap Krow sambil memegang wajan.

Mereka semua sarapan di meja makan. Namun, Rion tak hadir pagi itu. Membuat Caine bertanya tanya. "Papi kemana? Kok ngga keliatan pagi ini?" tanya Caine. "Katanya ada kepentingan tadi, berangkat bareng pa Makomi tadi" ucap Key sembari menyuapkan nasi terakhir ke mulutnya. Caine mengangguk dan ia segera menyelesaikan sarapannya.

Riji sudah selesai, dan menunggu Caine di depan rumah. "Yaudah, mami pergi dulu yah" ucap Caine berpamitan. "Oke mih, hati hati ya" ucap Selia. Caine berjalan keluar dan menuju halaman depan. Riji sudah menyiapkan mobil yang akan digunakan.

Ketika Caine bersiap masuk ke mobil, tiba tiba Porsche hitam seri 911 GT3RS. Datang menghampiri Caine. Keluarlah Rion dari dalam nya. "Selamat pagii sayangkuu. Mau berangkat sekarang kah?" tanya Rion. Caine hanya mengangguk. "Oh, okaii. Hati hati ya sayangkuu. Cium dulu sini" ucap Rion sambil memegang kedua lengan Caine. "Mwa mwa mwahh" cium Rion ke kedua pipi Caine. Tak lupa keningnya. "Hati hati ya sayang" ucap Rion.

Caine merespon dengan senyuman. Dan segera masuk ke dalam mobil. Caine tak lupa mengencangkan seatbelt. Riji mengemudikan mobilnya keluar dari mansion.

Caine melihat dari spion, Rion melambaikan tangan sampai Caine keluar dari pagar. Caine menghela nafas dan tersenyum. "Perasaan aku doang, apa emang papi jadi lebih manis ya tingkahnya ke mami" ucap Riji. "Iyakah? Biasa aja kok kami liatnya" jawab Caine.

"Btw, ini arahnya kemana mih?" tanya Riji. "Ini ke arah gereja yang ada lonceng emasnya. Makamnya di belakang gereja" ucap Caine sambil menunjuk menara gereja dengan lonceng emas di atasnya. Yang mulai terlihat walau belum terlalu dekat dengan lokasi.

"Disekitar sini, ada toko bunga gitu kan ya?" tanya Riji. "Ada kok, ada. Jelas banget, nanti ngga mungkin kelewatan." ucap Caine. Tak lama, mereka menemukan toko bunga yang baru buka. Penjual bunga masih menata bunga bunga untuk di jual. Riji menepikan mobilnya, dan turun dari mobil.

Sementara Caine, hanya menunggu di dalam mobil saja. Tidak perlu waktu lama untuk Riji membeli bunga itu. "Mawar yang masih kuncup jarang banget. Adanya yang hampir mekar gini" ucap Riji. "Yaudah, gapapa. Emang bunga tuh kadang dipanen kalo udah mekar." jawab Caine.

Riji kembali mengemudikan mobilnya ke arah gereja. Ketika sampai tepat di depan gereja, Riji memarkirkan masuk ke parkiran gereja. Dan memutuskan jalan kaki memasuki wilayah pemakaman. Riji berjalan di belakang Caine dengan membawa buket di tangannya. Caine memasuki pintu makam dan langsung menuju nisan yang berwarna hitam. Caine berhenti tepat di sebelahnya.

Riji menengok nisan hitam dengan tulisan berwarna putih itu. "Reina Cassandra". Riji meletakkan buket di depan nisan. Caine menepuk pundak Riji, "take your time for her. Mami tunggu di depan pintu yaa" ucap Caine. Riji mengangguk.

Caine berjalan menjauh dari Riji. Ia memantau Riji dari kejauhan. Caine berdiri tegak di sebelah pintu makam.

Langit kala itu cerah, namun tak berawan. Burung gagak hitam menghampiri Caine dan hinggap di pundaknya. "Dia datang menjengukmu, Reina. Kau tak ingin menghampirinya?" tanya Caine sambil menatap gagak itu. Terjadi kontak mata antara Caine dan gagak itu.

Gagak itu mulai terbang menjauh dari Caine dan mendekat ke nisan. Gagak itu bertengger di atas nisan. Riji yang menunduk seketika mendongakkan kepalanya karena mendengar suara kepakan sayap. Gagak itu menghampiri buket yang di bawa Riji tadi. Dan mencabut 1 tangkai mawar darinya. Menaruhnya di atas tangan Riji.

Gagak itu menatap Riji dengan tatapan tajamnya. Riji tak mengerti apa maksudnya. Riji meletakkan mawar itu ke buket kembali. Namun Gagak itu mencabutnya lagi. Dan kini meletakkannya di atas kepala Riji. Seolah, Gagak itu menyuruh Riji untuk menyimpan 1 tangkai bunga untuk dirinya.

Gagak itu terus memperhatikan kegiatan yang Riji lakukan. "Mama ngga usah khawatir, Riji baik baik aja di sini. Riji punya mami baik banget, perhatian sama Riji." ucap Riji. Ia menoleh ke Gagak itu yang terus memandangi nya. Riji menyentuh kepala Gagak itu. "Makasih mama, Riji pulang dulu yaa" ucap Riji sambil menatap nisan Reina.

Ketika Riji akan beranjak pergi, Gagak itu mencabut 1 bulu menggunakan paruhnya. Dan memberikannya kepada Riji. Riji terlihat kebingungan, namun tetap berterimakasih kepada Gagak itu. Riji mengucapkan selamat tinggal ke Gagak itu.

Riji berjalan menjauh dari nisan Reina. Gagak itu hanya menatap kepergian Riji. Riji tak tau sama sekali, bahwa Gagak yang sedari tadi bersamanya. Adalah Reina. Mama nya.

Riji berjalan menghampiri Caine yang masih setia menunggunya di sebelah pintu masuk makam. "Mami nunggu lama kah?" tanya Riji. "Oh, ngga kok." ucap Caine dengan senyumnya. Riji mengajak Caine pulang.

Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di rumah. Riji menurunkan Caine di halaman rumahnya. Sementara ia memasukkan mobilnya ke garasi. Rion langsung keluar dan menemui Caine. Ia memeluk Caine seperti sudah lama tak bertemu. "Sayaaanggg, cepet banget kamu pulangnya? Kamu kangen aku yaa?" tanya Rion.

Rion memeluk Caine dan menciumi nya. Benar benar seperti lama tak bertemu, karena sekian lama berpisah. Ntah kenapa Caine memiliki firasat buruk. Tak biasanya, Rion begitu dengannya. Jika memang ada niat lain di balik nya. "Kamu minta apa?" tanya Caine tanpa basa basi. "Ngga adaa sayaangg, pengen aja ciumin kamuu" ucap Rion dengan senyum lebarnya.

"Pak, jangan banyak banyak pak. Ntar keterusan loh. Masuk dulu kek. Masa di luar. Malu ama belalang lewat" ucap Riji sambil memainkan kunci mobil di tangannya. "Apasih, sirik ae kamu" ucap Rion sambil merangkul pinggul Caine. Riji hanya geleng geleng kepala dan segera masuk ke dalam karena sudah tak tahan dengan tingkah bapaknya.

"Kok, kamu masih rapi. Mau kemana lagii?" tanya Caine. "Dih, lupa ni pasti. Kan aku mau pergi sama kamu. Gimane si" jawab Rion dengan sedikit mengernyitkan alisnya.

- to be continue

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang