menanti

2.9K 387 23
                                    

Hari mulai sore. Kurang 20 menit sebelum kunjungan dokter. Mia dan Selia pulang ke rumah dan bergantian  dengan anak yang lain. 10 menit setelah Mia dan Selia pulang, dokter berkunjung untuk memeriksa keadaan Caine.

"Selamat sore menjelang malam. Dengan pasien atas nama Caine." ucap Suster yang mendampingi dokter. Ternyata Suster thia. Dokter memeriksa keadaan Caine. Masih sama.

Detak jantung yang lemah. Denyut nadi yang lemah. Namun aliran darahnya terbilang stabil. Caine masih harus mengenakan selang pernafasan karena pasokan oksigen di dalam tubuhnya yang terbilang cukup lemah. "Pasien atas nama Caine, mengalami koma. Saya belum tau pasti pasien akan bangun kapan. Kita harus tetap terus berdoa untuk kelancaran pasien. Keadaannya tak ada perubahan sejak pasien masuk ke ICU. Kita tunggu kabar baik dari pasien" ucap dokter itu kepada Rion.

Sementara dokter berbincang bincang dengan Rion, Gin dan Thia sibuk berbincang di belakang.

Gin: hari ini kamu pulang jam berapa?
(Yeuu, mulai nih basa basi bangsat( •̀_•́ ))
Thia: ya, kaya kemarin. Jam 5 pagi. Emang kenapa?
Gin: gapapa sih, nanya aja. Kamu udah makan apa belum?
Thia: belum sih, abis ini mungkin.
Gin: kamu hari ini wanginya beda. Parfum baru ya?
Thia: kok tau? Hari ini aku pake yang beda sama kemarin. Pengen cari sensasi baru aja.
Gin: kamu suka parfum yang wanginya gimana?
Thia: eee, menyesuaikan suasana hati aja sih. Hari ini aku pake yang wanginya manis gitu.

Tak lama, dokter mengakhiri kunjungannya. Yang otomatis Thia mengikuti dokter itu kemana pun dia pergi. Gin melambaikan tangan kepada Thia di daun pintu. Thia hanya tersenyum namun tak melambaikan tangan balik kepadanya.

Malam hari datang, kesunyian menyelimuti ruangan. Rion masih setia duduk di kursi nya di sebelah ranjang Caine. Menunggu Caine bangun. Waktu terasa sangat lama. Baginya. "Pih, ini udah malem. Papi juga harus istirahat. Biar besok bisa full energinya." ucap Gin sambil mengusap usap punggung papinya.

Rion tak menjawab apa apa. Ia menatap Caine  dengan tatapan yang dalam. Gin melihat langit malam dari jendela rumah sakit. "Mami sekarang lagi ngapain yaa? Emang mami ngga haus? Atau lapar?" batin Gin.

Hari hari terus berlanjut hingga 2 bulan lamanya.

Rion tak tau lagi harus melakukan apa. Ia membuang jauh jauh harapannya. Harapan agar Caine bangun dari tidur panjangnya. Key mengelus punggung papinya. "Mami pasti bangun, kita harus sabar pih" ucap Key. "Papi udah ikhlas Key. Kalo misal mami udah ngga ada harapan lagi buat bangun." ucap Rion yang kehilangan sebagian semangat hidupnya.

"Ngga ada yang ngga mungkin di dunia ini pih. Echi yakin kok. Mami pasti bangun. Mami pasti kangen Echi tantrum" ucap Echi sambil memeluk punggung Rion.

Rion menatap ke arah Caine yang sedang terbaring lemah. Dan untuk kesekian kalinya, ia menangisi keadaan Caine yang tak kunjung sadar. Tak banyak yang bisa anak anak lakukan selain memberinya dukungan.

Tepat bulan ketiga sejak Caine koma,

Hari itu, Rion sendirian menunggu Caine bangun dari tidur panjangnya. Dia duduk di sebelah Caine dengan menunduk. Mata sembab, hidung merah. Rambut berantakan. Ia terlihat murung seperti sebagian jiwanya hilang entah kemana...

Ia memegang tangan Caine yang pucat dan dingin itu. Mengelus punggung tangan Caine. Ia meletakkan kepala di ranjang Caine. Ia masih menanti Caine sadar dari koma nya. "Sayang, aku bosen makan mie instan terus. Aku kangen masakan kamu. Kamu emang ngga mau pulang buat masakin makanan kesukaan aku?" ucap Rion sambil mengelus punggung tangan Caine.

Ia terus menanti tanpa kepastian apakah Caine benar benar bangun. Hatinya bahkan sudah menolak untuk menunggu. Hatinya sudah siap jikalau Caine pergi hari itu juga.

Hingga sesuatu yang tak terduga terjadi. Caine benar benar bangun dari tidur panjangnya.

- to be continue


Note:
~flashback ends~

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang