pantai with bakwan🌽

3.2K 414 30
                                    

Caine berlari keluar mansion tanpa mengenakan alas kaki. Caine terus berlari menuju pantai. Rion tentu saja mengejar Caine dari belakang. Elya yang sibuk dengan bakwan nya, sempat bingung dengan perilaku maminya. Namun ia akan menanyai maminya nanti ketika sudah kembali. Caine berlari dan terus berlari. Jarak pantai tak terlalu jauh, hanya sekitar 300 m. Ia terus berlari tanpa menoleh ke belakang.

Akhirnya Caine sampai di wilayah pantai. Caine memang melihat mereka. Caine menunduk memegangi lututnya dengan nafas ngos ngosan. Salah satu wanita, tak lain Alicia. Menghampiri Caine dan mengelus punggung Caine. Membuat Caine seketika terkejut dengan belaian hangat Alicia. Caine mendongak ke atas. Untuk melihat siapa yang mengelus punggungnya.

Alicia menatap Caine dengan mata sayunya juga senyum termanis nya. "Kenapa lari lari ke sini? Kan kamu bisa panggil aku buat dateng ke sana." ucap Alicia. "Ngga papa kok... Cuman mastiin aja... Aku pikir, aku halu" ucap Caine dengan nafas ngos ngosan nya. "Kalian ngapain di sini?" tanya Caine menatap semua wanita yang berdiri memperhatikan Caine.

"Yaaa, pengen aja main main ke sini. Kamu mau ikut main?" tanya Bianca. "Ini udah sore, biasanya sore gini. Air laut mulai pasang. Aku takut keseret." ucap Caine. "Aman kok sama kita. Air pasang itu bukan apa apa. Kalo kamu mau, kamu boleh main sama kita" ucap Bianca meyakinkan Caine. Leona mendatangi Caine. "Ayolah, kan kemaren kamu yang main ke rumah kita. Sekarang gantian." ucap Leona membujuk Caine.

Caine tak yakin, ia takut dengan ombak. Apalagi ketika ia mengingat peristiwa kelam nya di masa lalu. Helena menatap Caine dan mendongak ke atas. Caine ikut mendongakkan kepalanya ke atas. Makhluk setinggi 3 meter dengan rambut berwarna kuning keemasan. Makhluk yang sama. Yang Caine temui di dunia mereka tempo hari.

Kaki Caine tersapu ombak. Membuat Caine tertawa kecil. "Iya, boleh deh sekali kali." ucap Caine dengan senyumnya. Caine berlarian di tepi pantai dengan gembira.

Caine bermain main seperti anak kecil. Berlarian, membuat istana pasir, dan mengumpulkan kerang kerang di pasir. Sesuatu yang belum pernah Caine lakukan ketika masih kecil. Disisi lain, Rion sedari tadi hanya melihat Caine dari jauh. Rion duduk di sebuah tangga yang langsung menuju ke pantai. Yang jauh dari laut.

Rion mengambil ponselnya dari sakunya dan mengambil beberapa gambar. Tiba tiba Elya duduk di sebelah Rion. Sambil membawa nampan berisi bakwan hangat. Elya menyodorkan bakwan hangat ke Rion. Rion mengambil 1 dan menggigitnya. Renyah juga manis. Membuat Rion tak berhenti mengunyah. "Pinter kamu bikinnya, enak. Papi suka. Sering sering ya gorengnya" ucap Rion sambil mengelus rambut Elya.

"Iyalah, ini kan resep dari mami. Aku tinggal masak aja. Aku kan juga suka bakwan jagung. Aku minta mami bikinin resepnya. Hehe" ucap Elya setelah menelan bakwan di mulutnya. Elya melihat sekumpulan wanita sedang berlarian dan bermain di pesisir pantai. "Pih, mami mana?" tanya Elya sambil menyipitkan pandangannya. Mencari cari sosok maminya.

Rion memonyongkan bibirnya. Memberi tau dengan isyarat bibir. Elya melihat Caine sedang sibuk membuat istana pasir dengan ditemani Bianca dan Leona yang menempelkan kerang sebagai hiasan istananya. Elya mengamati satu persatu wanita wanita itu.

Elisa, mama Elya. Sedang berjongkok ditepi pantai. Sedang mencuci sesuatu di dalam bakul. Setelah beberapa menit ia selesai mencuci sesuatu itu dan berdiri. Membuat setengah dress nya basah karena air laut. Rupanya bakul itu berisi kerang kerang. Elya mengamati kegiatan yang di lakukan Elisa.

Elya berdiri dan menaruh nampan berisi bakwan itu di tempat ia tadi duduk. Elya mulai berjalan perlahan. Elya merasa mengenali wanita berambut merah juga mengenakan dress putih itu. Elisa sedang mengumpulkan kerang untuk di cuci menggunakan air laut. Namun pundaknya di pegang oleh Elya, yang seketika membuat Elisa menoleh.

Elya menatap Elisa dengan tatapan tak percaya. Seketika, mata Elya berkaca kaca. "Ma-mama?" tanya Elya dengan mata berkaca kacanya. Elisa menaruh bakul berisi kerang. Dan menatap Elya dengan mata sayu. "Anak mama udah besar yah sekarang. Udah setinggi mama" ucap Elisa sambil memegang kedua pipi Elya. Mendengar ucapan Elisa, membuat Elya semakin banjir air mata. Elya memeluk mamanya, Elisa membalas pelukan itu dan mengelus rambut Elya.

"Elya kangen mamaa" ucap Elya diiringi tangisnya. Ia masih belum melepaskan pelukannya. Semuanya hanya bisa melihat dari kejauhan. Termasuk Caine. Ia terharu melihat hubungan ibu dan anak itu.

Elya perlahan melepaskan pelukannya. "Nah, mumpung mama ketemu Elya disini. Kita habiskan waktu kita berdua. Disini. Karna mama ngga tau, kapan lagi bisa ketemu anak mama yang cantik ini" ucap Elisa sambil mencubit pelan pipi Elya. Elya tertawa dan mengangguk. Elisa kembali mengambil bakul kerang yang ia letakkan tadi.

Elya berjalan mengikuti Elisa. Elya mengenal berbagai jenis kerang, Elya juga belajar banyak tentang laut.

Rion mengamati dari jauh sambil mengunyah bakwan jagung. Matahari menampakkan wujudnya dengan warna kuning telur asin. Dengan warna langit kuning jingga yang cantik. Ketika matahari sudah hampir tenggelam seutuhnya. Segera, para wanita menghentikan aktivitasnya. Caine berdiri di sebelah Elya dengan di rangkul Elya.

"Mama pulang dulu ya. Jagain adek adek. Juga mami." ucap Elisa sambil melambai ke Elya. Elya mengangguk dan tersenyum tipis. Satu persatu wanita memasuki portal putih. Dan yang terakhir masuk adalah sangat dewi berambut kuning keemasan. Dewi memberikan salam perpisahan lalu segera masuk. Portal itu seketika menghilang. Elya menoleh ke Caine dan tersenyum. Caine membalas senyuman Elya dengan air mata yang berlinang. "Mami kenapa??" tanya Elya sambil mengusap pipi Caine.

"Mami ngerasa kalo mami ngga pantes di panggil mami. Liat kalo kamu tadi akrab banget sama Elisa." ucap Caine dengan sesenggukan. "Noo mami. Ngga kok. Mami tetep mami buat aku. Mami tentu ngga sama, sama mama. Elya tau, emang yang ngelahirin Elya itu mama. Tapi, yang bikin Elya jadi Elya yang sekarang itu mami. Mama sama mami itu ngga sama buat Elya. Sekarang mama bukan lah sosok yang bisa selalu ada di samping Elya. Tapi mami, mami bisa. Mami bisa jadi sosok yang selalu ada disamping Elya. Kalo bukan karena mami yang dateng ke kehidupan Elya. Mungkin sekarang, Elya ngga akan tau warna selain hitam, putih, dan abu abu. Mami bawa warna cerah. Dan kalau mami ngga dateng ke kehidupan Elya. Elya ngga akan pernah ngerasain keluarga yang harmonis dan hangat seperti sekarang ini. Elya bersyukur ketemu mami. Mami segala nya buat Elya." ucap Elya sambil menatap Caine penuh makna.

Elya memeluk Caine. Membuat Caine terharu. Ia tak tau lagi harus mengekspresikan dirinya bagaimana. Caine semakin terisak isak. "Maaf El. Mami jadi cengeng gini" ucap Caine sambil menghapus air mata yang akan turun membasahi pipi.

Rion menghampiri Caine yang sedang mengusap usap wajahnya. Rion memeluk Caine secara tiba tiba. "Ion? Kamu kok disini?" tanya Caine. "Ya kalo aku dirumah, aku jahat dong. Ngebiarin kamu lari kesini sendirian" jawab Rion sambil perlahan melepaskan pelukannya. "Kita jalan bentar yuk. Sunset nya lagi bagus banget." ucap Rion sembari menggenggam tangan Caine.

"Pi, bakwan aku mana?" tanya Elya. "Di tempat tadi dong. Nanti bikin lagi ya El." ucap Rion sambil berjalan menjauh dari Elya.

Elya segera berlari menuju tempat ia duduk tadi. Ia menatap nampan kosong dengan tatapan kecewa. Elya menengok Rion yang mulai berjalan lebih jauh. Hatinya kecewa karena bakwan kesukaannya habis terlahap tak tersisa.

- to be continue


(Mat malemm. Jangan begadang yee. Tetap jaga kesehatan. Akhir akhir ini banyak banget nyamuk. Jangan lupa bakar obat nyamuk atau pake lotion nyamuk. Takut kena demam berdarah... Makasyiii, muahhh)



Oh iya, jangan lupa makan bakwan jagung. Ehehehehe

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang