waiting nasi uduk

802 186 8
                                    

Malam berganti pagi, matahari memulai tugasnya menggantikan bulan. Burung berkicau menyambut datangnya pagi yang indah.

Mia membuka matanya, dan mendapati dirinya berada di kamar Caine. Sendirian. Ia segera bangun dan melakukan peregangan kecil. Ia melihat ke sekeliling. Terasa sangat sunyi. Padahal yang biasanya selalu terdengar suara ricuh dari dapur.

Mia turun dari kasur dan berjalan ke ruang tengah. Tak ada siapa siapa. Ia berjalan ke kamarnya, mengambil handuk dan pergi mandi.

Tak butuh waktu lama untuk Mia membersihkan badannya karena mengingat dirinya harus mendatangi suatu tempat. Mia menyisir rambutnya. Setelah selesai, Mia keluar dari kamar dengan menenteng tas kesayangannya.

Hanya sepi yang dirasakan Mia sekarang. Seperti hanya ada dirinya di rumahnya yang luas itu.

"Kak gin," ucap Mia sambil mengintip ke dalam kamar Gin. Kosong. "Ini orang orang pada kemana dah?" gumam Mia sambil menggaruk kepalanya.

Mia mengintip kamar Jaki yang berada di sebelah kamar Gin. Biasanya jaki pasti belum bangun. Dugaan nya ternyata salah. Kamar jaki bahkan sudah rapi. Mia keluar dari kamar Jaki sambil menggaruk kepalanya kebingungan.

"Loh? Kak Jaki juga ngga ada. Biasanya aja masih ngorok." ucap Mia terheran heran. "HALOOO?!" ucap Mia yang saking sunyinya, membuat suaranya sendiri menggema.

"Buset, ini serius. Aku ditinggal sendirian?" ucap Mia yang mulai melangkahkan kakinya keluar rumah.

Ketika Mia berjalan, ia melewati taman mansion. Disana orang orang berkumpul. Dengan tikar kotak kotak berwarna merah dan putih. Yang digelar di tengah rerumputan.

Mereka tengah asyik menyeduh teh hangat nya dan memakan beberapa camilan. Mereka tampak tak seperti biasanya. Jaki duduk bersimpuh dengan rambut rapi dan syal warna pink juga sapu tangan yang menempel di kerah bajunya. Ia sedang menyeduh teh dengan anggunnya. Begitu juga dengan yang lain. Mereka tak jauh beda.

Disana ada Elya, Key, Echi, Jaki, Gin, Riji dan Makoto. Mereka berpakaian sama, dengan syal berwarna sama dengan rambut mereka. Dan sapu tangan di kerah mereka.

Mia tak kuasa menahan tawanya. Hingga ia melepaskan tawanya saat itu juga. Membuat mereka yang berkumpul, langsung menoleh. "HAHAHAHAHA, kalian ini lagi ngapain sih? Ngga ngajak Mia lagi" ucap Mia sambil melangkahkan kakinya masuk ke area taman.

"Hidup di dunia fana memang sulit, apalagi kekurangan dana" ucap Jaki dengan lemah lembut sambil menyeruput tehnya. "Betul, sangat susah kita merasakan kedamaian disini. Berbeda sekali dengan kehidupan kita yang dulu." ucap Key sembari menggigit cookies.

Mia semakin tertawa terguling guling.
"Melihat kondisi alam yang indah juga Damai membuatku bisa kentut dengan tenang." ucap Makoto setelah menghela nafasnya. Mia tak henti henti tertawa, ntah apa yang ia tertawakan. Mia memegangi perutnya yang kram karena tertawa.

Mia ikut duduk disana dan mengambil 1 cookies. "Betul itu, pak Mako. Saya bahkan mulai ingin berak" ucap Riji dengan suara yang dibuat buat agar terdengar anggun. Mia hanya tertawa kecil.

Mereka menyeruput teh nya secara bersamaan dan dalam sekali teguk, teh mereka habis. Karena memang mereka menggunakan cangkir yang kecil dan imut. "Susah ya, biar keliatan anggun. Harus duduk gini, ngomong alus" ucap Riji setelah menghela nafasnya.

"Udah udah, kembali ke setingan awal. Nasi uduk nya udah dateng" ucap Key sambil berdiri. "Ngga susah kok. Cuman kurang terbiasa aja kamunya" ucap Jaki sambil menatap genit ke Riji. Mia berdiri dan turun dari tikar itu. Begitu juga dengan yang lain. Mereka membereskan semuanya.

"Emang tadi ngapain sih?" tanya Mia yang kebingungan. "Lagi mesen nasi uduk. Biar ngga gabut nungguin nasi uduk, ya kita buat gini aja. Buat seru seruan aja sih" jawab Elya.

"Ihh, hoeekkk. Ini cookies basi ya?. Kok rasanya apeg?" ucap Echi. "Eh, emang rasa apeg tuh gimana? Kirain cuman ada di baju doang" ucap Makoto. "Jangan salah, spesies Echi tuh pernah makan baju. Benang nya aja di sruput kek mie" ucap Gin.

"Buset, kagak ye. Emang bener kok. Apeg. nih" ucap Echi sambil menyuapkan cookies ke mulut Gin dengan kasar. "Iya weh, kek gulingnya Krow. Ngga enak. Huekk" ucap Gin sambil memuntahkan cookies tadi. "Udah kadaluwarsa kali" ucap Makoto.

"Ngga tau sih, tadi ada di rak paling atas. Ngga ada makanan lain. Yaudah pake yang ada aja" ucap Key. "Udahlah, gua cabut. Pen boker. Tadi gua makan banyak lagi." ucap Riji sambil memegangi perutnya. "Yaudah sono. Daripada njebrot disini" ucap Elya. Mereka semua berjalan keluar taman dan menuju meja makan.

Selia ada di sana menyiapkan nasi uduk yang baru di pesan Jaki tadi. "Wah, nasi uduk. Mantap inih" ucap Gin sambil menggeser kursi.

Ketika mereka sarapan, Selia melirik Mia dan memberi isyarat untuk berbicara 4 mata dengannya. Selia berjalan menuju kamarnya, Mia hanya mengikuti dari belakang.

"Habis ini kita langsung otw ya. Aku dapet sinyal dari mama Cia buat cepetan ke laut" ucap Selia sambil menyisir rambutnya sambil berkaca. "Oke, kita berangkat sekarang" ucap Mia yang berdiri di daun pintu. "Kakak aja yang nyetir" ucap Mia sambil tersenyum lebar.

Selia selesai bersiap dan keluar dari kamarnya. "Nanti pamitnya gimana?" tanya Mia. "Bilang aja mau ke rumah sakit. Gantian sama Krow" ucap Selia yang menutup pintu kamarnya. Mia mengangguk. Mereka berdua berjalan menuju tuang tengah.

Ketika sampai disana, sebagaian sudah selesai memakan sarapannya. "Eh, mau kemana nih?" rapi rapi, cantik cantik" ucap Gin yang mulai menyulut rokoknya "mau ke rumah sakit. Gantiin kak Krow. Biar dia pulang. Pasti bau ketek semalaman di sana" ucap Mia. "Eh, kakak ikut dong" ucap Gin sembari mengepulkan asapnya. "Nggak, jangan. Kakak di rumah aja duduk ganteng. Nanti kalo Mia udah pulang, giliran kakak yang kesana." ucap Mia.

Gin mengangguk setuju. Setelah berpamitan, mereka bersiap pergi.

- to be continue

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang