flashback

3K 397 25
                                    

Selia membawakan buah segar. Niatnya ingin diberikan ke Rion. Namun melihat maminya sudah sadar, buah itu beberapa di berikan kepada maminya. Caine makan melon segar dengan di suapi Selia.
"Gimana ceritanya mami bisa sampe sini?" tanya Caine sebelum membuka mulutnya menyuap melon itu. "Jadi setelah mami ngobrol sama mama cia waktu itu.....

Flashback on:

Caine memejamkan matanya. Riji menyadari ada sesuatu yang aneh. Caine tampak tersenyum saat matanya terpejam. Riji duduk di samping Caine, dan merangkulnya. "Mami, mami ngga papa kah?" tanya Riji. Namun, Caine tak menyahut. Senyum tetap terlukis di wajah Caine. Tak berselang lama, tubuh Caine melemah dan tumbang. Caine tumbang dengan kepala yang bersandar di pundak Riji. "Mami!!! Mami!!! Bangun mih!" ucap Riji sambil menggoyang goyangkan tubuh Caine. Senyum mulai hilang dari wajah Caine. Dan nadi Caine melemah.

Semua orang disana terkejut sekaligus panik mengetahui keadaan Caine. "PAPII!!!, mami pih!" teriak Echi sambil berlari menuju kamar Rion. Semua orang panik, mereka tak menghiraukan keberadaan Alicia. Hingga ketika semua orang sibuk dengan Caine, ada portal putih muncul dan menyeret Alicia ke dalamnya. Orang orang masih belum sadar. Rion keluar kamar dengan panik. Detak jantung Caine kian melemah. Mereka segera membawa Caine ke rumah sakit. Semua anak anak ikut. Mereka masih belum menyadari bahwa Alicia menghilang.

Rion terus menggenggam tangan Caine yang mulai memucat dan dingin. "Sayang, tahan dulu. Sebentar lagi" ucap Rion. Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di rumah sakit. Caine langsung dibawa ke ruang IGD. Dokter dengan sigap langsung menangani Caine. Caine mendapat pasokan oksigen yang besar, karena tubuhnya kehilangan oksigen beberapa persen. "Untuk sementara, pasien tidak bisa langsung sadar. Kita harus menunggu beberapa waktu." ucap dokter yang menangani Caine.

Rion duduk di samping kasur Caine dengan perasaan khawatir. Ketika hari mulai sore, tak ada tanda tanda Caine akan sadar. Bahkan ketika perawat datang memasangkan infus ke Caine, dan menusuk tangannya menggunakan jarum. Caine tak bangun. Semua anak anaknya menunggu tak jauh dari kasur Caine. Dengan raut wajah panik dan khawatir.

Hari mulai malam dan IGD semakin ramai karena pasien gawat darurat lainnya terus berdatangan. Membuat anak anak tak mendapat tempat untuk menunggu sampai Caine sadar. "Kalian pulang aja. Disini banyak penyakit. Ngga baik kalo lama lama disini. Biar papi aja yang nunggu mami" ucap Rion sambil mengelus kepala Key. "Tapi, emang papi ngga papa sendirian disini?" tanya Echi. "Ngga papa, udah kalian pulang aja. Ntar kalo ada apa apa papi kabarin." jawab Rion.

Anak anak, bimbang meninggalkan Rion seorang diri menunggu Caine yang tak kunjung sadar. "Beneran pih?" tanya Echi sekali lagi. "Gapapa, kalian juga pasti ngga nyaman disini" ucap Rion sambil membelai Echi. Mereka menuruti kata Rion dan beranjak keluar dari ruangan. Mereka pulang ke rumah.

Keadaan IGD semakin ramai orang. Membuat Rion sedikit terganggu. Tiba tiba perawat mendatangi Rion. "Pak, maaf. Ruang IGD hari ini penuh. Jika pasien kurang nyaman, bisa di ajukan untuk pindah ke ruang inap pasien." ucap Suster yang menepuk pundak Rion dari belakang. Rion hanya mengangguk. Ia khawatir, jika ia mengurus Caine pindah kamar, siapa yang menunggu Caine.

Tiba tiba Gin datang. "Pih, aku ngga pulang hari ini. Aku ikut jaga mami disini. Siapa tau papi butuh apa apa. Biar aku aja yang ngurusin." ucap Gin dengan senyum tipisnya. "Yaudah, kamu tunggu mami disini dulu ya. Papi mau ngurus mami pindah kamar." ucap Rion sambil memegang baju Gin. Gin mengangguk. Rion segera menghilang di kerumunan banyak orang.

Gin duduk di kursi yang tadi di duduki Rion. Ia menatap wajah Caine yang tampak pucat. "Mami udah 3 kali kayak gini. Aku mohon ini yang terakhir ya mih" ucap Gin sambil mengelus tangan Caine yang dingin. Tak lama, Rion datang bersama satu Suster. Mereka bertiga mendorong ranjang Caine menuju kamar inap yang telah di pesan. Rion berjalan di samping ranjang, sementara Gin dan Suster itu mendorong belakang ranjang.

"Ee mbak, udah lama kah kerja disini?" tanya Gin berbasa basi dengan Suster di sebelahnya. "Oh, udah lama mas. Kebetulan disini udah 4 tahun." jawab Suster. "Oh, lama juga ya. Mbak nya udah nikah?" tanya Gin. "Belum mas, masih belum nemu yang cocok. Hehe" jawab Suster. "Kalo masnya udah nikah? Di liat dari penampilan nya kayaknya belum" tanya Suster. "Eh, belum kok. Mungkin kalo sama mbaknya boleh. Ehehe" jawab Gin sedikit menggoda Suster itu. "Bisa aja mas" jawab Suster sedikit malu malu. "Gin udah Gin. Ini malem. Jangan gangguin anak orang." ucap Rion yang sedari tadi menyimak percakapan mereka. Namun, Gin tak merespon.

"Itu papa nya? Mas?" tanya si Suster. "Iya mbak, kenapa?" tanya Gin balik. "Gapapa, ganteng. Hihi" jawab Suster itu sedikit berbisik. "Yaelah mbak, iya sih ganteng. Tapi dia tuh orangnya kaku banget." bisik Gin. "Diliat aja udah keliatan kok kalo orangnya kaku. Pasti kalo marah serem" bisik si Suster. "Wih, serem banget. Bisa bunuh orang dia mbak. Kalo saya, saya orang nya ngga kaku. Saya orangnya mah lemah lembut. Ngga gampang marah" goda Gin sambil nyengir. Suster itu membalas senyuman balik. "GIIIINN?!" tegur Rion. Lagi lagi Gin hanya membalasnya dengan senyum cengengesan. "Ini masih jauh kah ruangannya?" tanya Gin. "Lumayan mas" jawab si Suster.

Gin: ngomong ngomong, mbaknya namanya siapa nih kalo boleh tau?
Suster: saya biasanya dipanggil Suster thia.
Gin: oh yaudah. Kalo gitu, Aku panggil thia aja ya. biar lebih akrab. 
Suster thia: terserah masnya aja. Saya mah di panggil apa aja juga ngga masalah kok.
Gin: kalo dipanggil sayang aja gimana?
Suster thia: eh, aduh. Agak gimana gitu ya hehe. Jangan deh mas.
Gin: yaudah, thia aja. (Sambil senyum liatin Suster thia)
Suster thia: jangan diliatin gitu dong. Saya jadi malu. (Buang muka)

Rion: GIN!!. Udah Gin, gua gebuk lu abis ini. Gangguin anak orang aja lu.
Gin: iya iya pih.
Suster thia: udah, nanti papamu tambah marah loh
Gin: biarin, kan udah tua. Biar tambah tua.

Mereka berjalan melewati lorong lorong hingga sampai di depan kamar rawat inap dengan kode anggrek 212. Mereka mendorong ranjang Caine masuk ke kamar. "Yaudah, kalau begitu. Saya pamit dulu ya pak. Jika membutuhkan sesuatu, silakan pencet bel di sebelah ranjang pasien" ucap Suster thia sebelum meninggalkan kamar. Rion berterimakasih.

Ketika Suster thia berdiri di ambang pintu, bersiap untuk pergi. Gin berlari menahan thia. "Iya? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Suster thia. "Kamu abis ini masih jaga di sini apa pulang?" tanya Gin. "Aku hari ini shift malam, aku jaga di pos depan sana. Besok aku pulang jam 5 pagi. Ada apa?" jawab Suster thia dengan sopan. "Oh, gapapa. Nanya aja. Yaudah, Semangat ya" ucap Gin dengan senyum manisnya. "Iya, terimakasih. Selamat beristirahat." jawab Suster thia membalas senyum Gin.

Kemudian Thia berjalan menuju pos jaganya, ketika mulai jauh. Gin menutup pintu. "Aduh, manis banget senyumnya." ucap Gin sambil menyentuh dada sebelah kirinya. "Yeu, gitu doang. Seneng lu?" tanya Rion dengan muka sinisnya. "Yeu, sirik ae bapak tua" ucap Gin dengan muka sinis nya balik. Setelah itu Gin kesenengan tidur guling guling di sofa. Rion hanya geleng geleng kepala melihat kelakuannya.

- to be continue.

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang