“Billy, nama yang terdengar seksi.”
Babe menyandarkan tubuh di samping wastafel tempat Billy mencuci tangan. Menatap lekat-lekat dari ujung kaki ke ujung kepala dan sebaliknya sampai kemudian terhenti di bagian depan celana yang dikenakan pria tersebut, tepatnya di area bawah pinggang. Senyum miring tidak hilang dari sudut bibirnya sejak beberapa menit lalu, dan semakin tertarik ke atas ketika mendapati respons Billy yang tampak tidak ditutup-tutupi.
“Apa kamu sedang berusaha menggodaku?”
“Apakah aku berhasil?” Babe mengedipkan sebelah mata.
“Belum.” Billy balas mengedipkan mata, lalu melanjutkan, “Sepertinya kamu harus berusaha lebih keras lagi ... Babe.”
“Oh, apakah ini sebuah penolakan?”
“Aku tidak bilang kalau aku menolakmu,” Billy menyeringai, “aku hanya bilang ... kamu harus berusaha lebih keras lagi.”
Kalimat itu sedang berusaha Babe pahami ketika Billy memutar badan dan mengambil langkah untuk keluar dari kamar mandi. Namun, belum sempat Billy meraih gagang pintu, tangan Babe mendarat di pundak, membuat pria tersebut kembali menghadap ke arahnya.
Babe menarik dasi yang dikenakan Billy, membuat jarak di antara mereka semakin terkikis. “Begitukah?” bisiknya tepat di depan bibir pria tersebut diikuti sebuah kecupan lembut.
Kedua manik kelam itu tetap sama, sorotnya tidak berubah, ekspresi wajahnya juga tampak biasa saja. Padahal Babe sudah menunggu dengan antusias reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan pria ini. Babe kembali memajukan wajah, sekali lagi dia ingin membubuhkan kecupan di atas bibir tipis tersebut, tetapi ....
“Mmmph!”
Dia kalah cepat dari Billy. Pria yang semula tampak tenang seolah tidak terpengaruh oleh godaannya itu tiba-tiba menyerang, mencium dan menghisap bibir Babe dengan kalap.
Tangan kanan Billy terangkat, mencengkeram erat-erat tengkuk Babe, selagi memiringkan kepala ke kiri dan kanan, memperdalam tekanan kedua belah bibir yang menyatu. Sementara tangan lainnya yang bebas sudah bertengger di atas pantat sintal Babe. Sesekali mengusap, sesekali meremas-remas ringan.
Ciuman yang terkesan terburu-buru itu membuat Babe kesulitan mengambil napas. Dia menepuk-nepuk dada Billy, memberitahu sosok yang tengah mendominasi bibirnya itu untuk melepaskan tautan, tetapi Billy justru menggigit belah bibir Babe bagian bawah dan melesakkan lidahnya.
“Eummhh ....”
Lenguhan ringan yang lolos menyadarkan Billy. Dia segera menurunkan intensitas ciuman, menghisap sekali lagi kemudian melepaskan tautan.
Napas keduanya terengah-engah, saling melemparkan tatapan intens di antara embusan napas panas yang saling bertubrukan. Babe mengulas senyum lebar, memiringkan kepala dan memasang ekspresi cerah. “Mau ke hotel atau ke apartemenku?” tanyanya to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr.P [Complete]
FanfictionKatanya hidup itu kadang di atas kadang di bawah, tapi kalau Babe Tanatat kalau tidak di bawah, ya nempel di dinding kayak cicak. Karena terus-terusan ditanya 'kapan menikah?' oleh sang ibu dan dipaksa untuk menghamili anak orang untuk mendapatkan...