"Selamat, Babe!!"May berlari dengan menyincing bagian bawah gaunnya yang panjang. Beruntung, tidak terseripet dan membuatnya jatuh terjerembap. Kalau sampai itu terjadi, pasti akan sangat memalukan.
Seruannya yang melengking, menggema di seluruh aula gereja. Dengan senyum cerah tersemat di wajah, dia mendekap Babe. Berusaha menenggelamkan perawakan ramping dan tinggi menjulang itu meskipun akhirnya gagal total.
"Sialan! Sejak kapan kau jadi setinggi ini. Perasaan dulu, aku masih bisa memasukkanmu ke dalam kantungku."
"Apa saat datang kemari gaunmu itu melilit kaki, membuatmu jatuh dan kepalamu membentur lantai dengan kuat sampai-sampai kau lupa ingatan?" Babe berujar sarkas sembari memutar bola matanya malas. Dia kemudian lanjut berkata, "Sejak kapan aku sekecil yang ada di bayanganmu? Sudah gila kau memang."
"Ya, sepertinya aku sudah gila. Setelah gagal menjadikanmu suamiku, sekarang aku harus kehilangan anak kesayanganku. Anakku sudah tumbuh besar, sudah pintar memainkan penis orang dan sudah terlalu sering dibobol orang. bagaiman-hummppphh!!!"
Tidak tahan mendengar ucapan ngelantur penuh drama yang dilontarkan May, cepat-cepat Babe membungkam bibir wanita itu dan berkata dengan nada menekan, "Diam."
"Ini hari pernikahanku, berhenti bicara yang tidak-tidak."
May melepaskan tangan Babe dan menatap tajam. "Mana mungkin aku diam saja. Kau kejam Babe. Kau sudah menikah, dan aku masih sendiri. Mana janjimu yang katanya akan menemaniku single seumur hidup?"
"Aku tidak pernah berjanji seperti itu!"
"Oh! Sekarang siapa yang lupa ingatan aku tanya?" Sudut bibir May berkedut. Menyematkan senyum sinis.
"Lupakan. Kita sudah bukan anak-anak lagi. Sekarang giliranmu. Cepat sadar! Berhenti menghalu dan berkhayal tentang kekasih animemu. Mau sampai kapan kau begini?"
"Masalahnya aku ingin punya suami yang kaya raya seperti Presdir Ounsa-ard," ujar May sambil melirik Billy yang hanya menatap interaksi keduanya dengan raut datar.
"Hey, Babe. Carikan aku yang seperti suamimu," May berbisik penuh harap. Ekspresi memohonnya tampak sangat kentara hingga membuat Babe hanya dapat mendengus sebal.
"Kau ini."
Sejenak Babe mencubit dahi mendengar permintaan dengan nada dan ekspresi memohon yang ditunjukan May, tetapi sesaat kemudian rautnya cerah kembali. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling dan tersenyum saat maniknya menangkap siluet seseorang yang berdiri tak jauh darinya.
"May, mau kukenalkan dengan seseorang?"
"Siapa?"
"Dia pria tampan dan mapan. Memang bukan seorang CEO atau Presdir, tetapi dia memiliki pekerjaan dan penghasilan yang sangat bagus. Selain itu dia juga sudah memiliki rumah pribadi. Bagaimana, kau mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr.P [Complete]
Fiksi PenggemarKatanya hidup itu kadang di atas kadang di bawah, tapi kalau Babe Tanatat kalau tidak di bawah, ya nempel di dinding kayak cicak. Karena terus-terusan ditanya 'kapan menikah?' oleh sang ibu dan dipaksa untuk menghamili anak orang untuk mendapatkan...