Bab 15 Discussion

587 56 3
                                    

Matahari di luar sana beranjak semakin tinggi, burung-burung gereja yang tadi masih asyik bernyanyi mulai kembali ke tempat bernaungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matahari di luar sana beranjak semakin tinggi, burung-burung gereja yang tadi masih asyik bernyanyi mulai kembali ke tempat bernaungnya. Sinar mentari yang cerah menerobos jendela kaca apartemen Babe yang terbuka, membawa serta embusan angin ringan, membelai lembut permukaan kulit sosok yang berdiri menyender pada gawang pintu geser sembari menyesap secangkir kopi.

Ekor matanya sesekali melirik ke kanan, memperhatikan Babe yang tengah disibukkan dengan peralatan dapur dan bahan makanan. Mondar-mandir dari dapur ke meja makan, membuat dan menyiapkan sarapan.

Di atas meja kotak berukuran sedang itu sudah tersaji 2 cangkir minuman yang masih mengepulkan asap tipis, tiga buah mangkuk kecil berisi sup dan 3 piring berisi roti panggang yang telah diolesi selai kacang.

Songjet sepenuhnya mengalihkan atensi, menatap lekat-lekat dan memperhatikan betapa telatannya Babe bertindak layaknya sosok yang sudah berumah tangga. Ini mengingatkan Songjet pada masa lalu, saat dirinya masih menjadi pengantin baru. Pertama kali menjadi sosok istri memang membuatnya bertindak serajin dan sebaik mungkin untuk melayani suaminya. Sayang, pernikahan tidak cukup hanya dengan modal cinta, uang, dan bentuk perhatian semata. Baik pria atau wanita sebenarnya sama saja, selalu saja ada yang didambakan dari sosok lain yang bukan miliknya.

“Kenapa Mae melamun seperti itu? Teringat sesuatu, huh?”

“Sok, tahu!” sahut Songjet sembari melegos mendengar tebakan Babe yang tepat sasaran.

“Ah, mumpung Mae sedang bernostalgia, aku jadi penasaran.” Babe melepas apron yang melingkari pingang, dan menyampirkannya pada sampiran di samping almari pendingin. “Ke mana pria tua sekarang?”

“Ayahmu?”

“Ya, siapapun itu yang sudah menyumbangkan spermanya untuk membuatku terlahir ke dunia ini.”

Songjet memutar bola matanya malas mendengar penuturan Babe yang seolah tidak peduli dengan ayah kandungnya. Kemudian menghampiri meja makan dan meletakkan cangkir kopi di atas permukaanya.

Ttak.

“Mae tidak tahu. Sejak perceraian itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Mungkin sudah menikah lagi, pergi ke luar negeri atau mungkin juga sudah mati.” Songjet mengedikan bahu.

“Mae sama sekali tidak mencari tahu tentangnya atau kabarnya?”

“Buat apa?!” sentak Songjet. Nada suaranya terdengar kesal, rautnya tampak bengis menahan emosi. “Aku bahkan sudah tidak peduli lagi dengannya. Dengan dia memilih kabur, sama sekali tidak menemui atau memberikan nafkah untukmu dan mae. Kamu pikir mae akan peduli padanya, hah? Tidak!"

“Kamu harus tahu Babe, di era saat ini pernikahan dan perceraian itu seperti mainan. Dengan mudahnya orang menikah, mudah pula berselingkuh, juga sangat mudah untuk mengatakan kita bercerai. Komitmen, sumpah-janji, ikatan yang pernah terjalin rasanya seperti seutas rambut. Panjang memang panjang, tetapi mudah patah, mudah rapuh dan rusak. Ini adalah zaman di mana kita mempertanyakan apakah masih ada cinta sejati? Apakah cinta yang tulus itu ada? Dan apakah kepercayaan, kesetian, dan komitmen yang dibangun oleh pasangan itu akan utuh dan terjaga?”

Seducing Mr.P [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang