Bab 13 Non-stressful Personal Conversation

664 60 15
                                    

“Kalau Seng kembali, apa kamu akan membuangku?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kalau Seng kembali, apa kamu akan membuangku?”

“Aku tidak berharap dia kembali.”

Babe kembali teringat akan kalimat yang pernah dia tanyakan dan jawaban Billy saat itu. Terhenyak sesaat, ia menghempaskan punggung pada sandaran kursi selagi berpikir. Apa yang Billy harapkan sepertinya sudah terkabul. Seng, tidak akan pernah kembali.

Ya, tidak akan pernah.

Drrttt! Drrtt! Drrtt!

Babe melongok malas ke arah ponselnya, mengernyitkan dahi saat melihat nomor asing yang tertera pada layar. Babe menegakkan punggung, meraih ponsel dan menerima panggilan tersebut. “Hallo,” sapanya dengan nada dan raut wajah datar.

“Malam ini, bisakah kita bertemu.”

“Siapa?” Babe kekeh menanyakan identitas si penelpon.

“Ini aku, Fay. Carebaer Cafe, pukul delapan. Aku tunggu.”

Tanpa sempat menyahuti, panggilan sudah ditutup secara sepihak. Babe menghela napas kasar, kembali menghempaskan punggung dan berujar dalam hati. Siapa sangka akan secepat ini?

Fay,  jangan kamu pikir aku akan diam saja. Aku bukan Seng. Aku Babe, dan aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan.

***

Jika pertemuan ini awal dari pertempuran, maka itu salah. Babe yang sudah memulai pertempuran ini, itu artinya dia harus menyelesaikan dan membereskan semuanya hingga bersih.

Dengan langkah tegas dan arogan, Babe memasuki sebuah kafe tempat Fay membuat janji. Tidak ada ketakuatan atau kegelisahan yang dirasakannya sekarang, yang ada hanya semangat menggebu-gebu yang tersembunyi di balik kacamata hitam dan penampilan menawan.

“Atas nama Nona Fay.” Babe mengulas senyum tampan pada seorang wanita di balik konter yang tersipu.

“Mari Tuan, sebelah sini.”

Seorang pria tampan berseragam menyambut dan menggiringnya ke area private room. Berhenti di depan pintu bertuliskan angka 33 dan berkata, “Silahkan, Tuan. Nona Fay sudah menunggu Anda.”

“Terima kasih,” sahutnya tanpa lupa mengulas senyum cerah hingga matanya menyipit.

Clekk!

Begitu pintu tertutp, Babe disambut oleh wanita berbalut gaun merah menyala yang duduk tenang memainkan ponsel. Sosok itu menolehkan wajah ke sumber suara, bangkit dan tersenyum simpul. Bukannya tampak manis dan ramah, senyum itu justru tampak seperti seringai setan di mata Babe.

“Hai, aku pikir kamu tidak datang,” sapanya.

“Mana mungkin aku menolak undangan makan malam dari calon mantan istri priaku.”

Seducing Mr.P [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang