Tok! Tok! Tok!
"Ada yang ingin bertemu dengan Anda, Tuan?"
"Siapa?" tanya Billy tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop di hadapannya.
"Tuan Babe, putra tunggal Nyonya Songjet."
Billy mengangkat dagu ketika ingat bahwa semalam dia meminta Babe untuk datang ke kantor. Ekor matanya melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan, lalu mengulas senyum tipis dan berkata, "Suruh dia masuk."
"Baik."
"Oh iya Nam," panggil Billy menghentikan sekretaris pribadinya yang berdiri di ambang pintu. "Kalau sudah selesai, kamu bisa pulang lebih dulu. Aku masih ada beberapa urusan yang harus aku selesaikan."
Meskipun tampak ragu dan bingung karena tiba-tiba diminta untuk pulang terlebih dulu, tetapi wanita yang memiliki raut judes alami itu tetap mengangguk dan menjawab, "Baik, Tuan."
Aneh. Biasanya dia akan marah-marah kalau aku tidak menungguinya lembur dan membantu pekerjaannya, kenapa sekarang dia malah menyuruhku pergi? Nam penasaran dan bertanya-tanya dalam hati. Namun, akhirnya dia memilih bersikap masa bodoh dan segera pergi. Mumpung bisa pulang lebih awal, pikirnya.
Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu. Billy mengangkat dagu, mengulas senyum mengetahui siapa pelaku yang mengetuk pintu kantornya kemudian berseru, "Masuk!"
"Selamat sore, Mr.P. Ups! Maksudku, Mister Patchanon Ounsa-ard."
"Kupikir kamu tidak akan datang?" Billy menutup laptop dan bangkit dari kursinya. Melangkah menghampiri Babe yang baru saja menutup pintu ruangan.
"Mana mungkin akh-"
Brak!!!
Ucapan Babe terpotong saat tiba-tiba Billy mendorong tubuhnya hingga membentur pintu, membungkam bibir Babe dengan bibirnya dan membubuhkan kecupan-kecupan singkat beberapa kali. Billy menarik diri, memberikan jarak cukup lebar di antara kedua wajah untuk mengulas senyum puas.
Tidak dapat dipungkiri, Babe memang menarik. Sejak pertama kali bertemu tatap, Billy dapat melihat kalau Babe tertarik padanya. Mengingat dirinya sudah berumah tangga dan memiliki seorang putra, Billy sempat berpikir Babe tidak akan meneruskan rasa ketertarikannya. Namun, perkiraannya salah. Babe justru menggodanya lebih dulu secara terang-terangan, dan Billy suka caranya itu.
Agresif dan atraktif ....
Perpaduan yang sempurna.Billy memajukan wajah berniat untuk meraih kembali bibir yang sejak semalam membuatnya candu itu. Namun, Babe tiba-tiba meletakkan kedua tangan di dada, dan menahan tubuhnya.
"Hei, calm down Mr.P ... don't be rush. I'm yours, you know. But,"---Babe menyipitkan mata---"how about you?"
Pertanyaan itu terkesan singkat dan sepele, tetapi Billy justru dibuat bingung memilih kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Ada perasaan aneh ketika tubuhnya bersentuhan dengan tubuh Babe. Tidak bisa disangkal pula, bahwa semudah itu Babe menyusup masuk ke dalam hati dan pikiran. Sayangnya, semua tidak semudah yang dibayangkan. Andai saja Billy saat ini tidak berstatus sebagai suami dan ayah dari seorang putra, mungkin dia dapat dengan mudah menjawab pertanyaan simpel tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seducing Mr.P [Complete]
FanfictionKatanya hidup itu kadang di atas kadang di bawah, tapi kalau Babe Tanatat kalau tidak di bawah, ya nempel di dinding kayak cicak. Karena terus-terusan ditanya 'kapan menikah?' oleh sang ibu dan dipaksa untuk menghamili anak orang untuk mendapatkan...