04

388 46 0
                                    


"Neng, ini kita mau jalan sampe mana neng?" Suara Hazel berhasil membuyarkan lamunan Rafa.

"Gua lanang"

"Tapi cantik"

"Ck" Rafa hanya berdecak malas, energinya seperti sudah habis karena perutnya sangat lapar. Ditambah ia terpaksa harus menaiki motor si makhluk halus ini.

Di depan Rafa melihat ada pecel lele yang kebetulan masih buka, dengan cepat ia menepukkan bahu Hazel "pecel lele pecel lele"

Hazel yang paham segera berhenti di tempat yang di maksud. Rafa segera masuk kedalam dan memesan 2 porsi pecel lele tanpa sepengetahuan Hazel.

Ia duduk diam tak sabar menunggu makanan datang, perutnya sudah sangat lapar, ia harap cacing-cacing di perutnya bersabar sedikit lagi.

5 menit kemudian, Rafa baru sadar Hazel dari tadi juga belum masuk kedalam tenda. Apa bocah itu pulang duluan?

Belum sempat ia berdiri untuk mencari Hazel, orang nya muncul dengan wajah tak bersalah sambil memegang 2 buah eskrim berbentuk jagung yang tampak sangat enak.

Hazel menyerahkan satu eskrimnya ke Rafa "nih"

"Lu beli eskrim dimana?"

"Di sebelah ada warung"

Rafa hanya menggangguk paham, lalu mengambil eskrim tersebut. Rezeki mana boleh di tolak, tentu saja ia akan mengambilnya.

"Udah pesen makan?"

Rafa membalasnya dengan anggukan lagi, Hazel yang melihat itu sambil tersenyum gemes, memandangi seluruh wajah cantik Rafa, matanya yang berkilau, hidungnya yang mancung dengan bibir tipis berwarna merah membuatnya terlihat sangat manis. Hazel ingin sekali mencicipinya. Ohh, jangan lupakan lidah kecil Rafa yang saat ini sedang fokus menjilati eskrim ditangannya.

"Gua colok mata lu, ngeliatin mulu"

"Bibir lu, boleh gua cicipin ga?" Hazel masih terus memandangi bibir Rafa.

Rafa menoleh kaget, ia sudah sering di puja oleh berbagai kalangan. Tua, muda, perempuan bahkan laki-laki, tapi tidak ada yang mengatakan hal brutal macam Hazel.

"Gua hajar lu"

"Hajar dong manis" Hazel membentuk smirk diujung bibirnya.

Rafa semakin speechless oleh kata-kata Hazel, ditambah dengan tatapan hyper milik Hazel yang seolah-olah akan memakan bibirnya saat ini juga.

Tapi ini tidak membuat Rafa takut, ia justru semakin memajukan wajahnya "catch me if you can, Mr.Hazel"

"challenge accepted" Ujar Hazel sambil terus menatap bibir Rafa dengan lapar, tanpa sadar ia menjilat bibir bawahnya sendiri dan menelan saliva nya dengan kasar.

Melihat itu Rafa sedikit terkekeh, orang yang didepannya ini memang tidak main-main, ia seperti binatang buas yang sedang menunggu untuk menyantap dirinya.

"Pecel lele nya 2 porsi ya" Ucap mamang penjual yang menaruh 2 porsi pecel lele. Ia tidak sadar ada dua orang yang sedang salah tingkah tingkah sekarang.

"Ekhem" Hazel berusaha untuk bersikap senormal mungkin, begitupun dengan Rafa.

Mereka makan dengan tenang tanpa ada yang bersuara, keduanya sama-sama canggung untuk mengeluarkan suara.

Saat sedang asik makan, telefon Rafa bergetar. Ohh Tuhan, kesialan apa lagi yang menghampiri Rafa kali ini.

Rafa melihat nama yang tertera 'Javas'

Sebelum mengangkat, Rafa menoleh ke Hazel yang ternyata sedang menatapnya
"angkat aja"

Rafa menggeleng lalu mematikan telefonnya. Ia mengetikan pesan kepada Javas.

Javas

"Knp?"

"ketua balik bulan depan"

Melihat pesan Javas, Rafa Terlonjak kaget. Tanpa sengaja menjatuhkan sendoknya. Tidak tidak, kenapa ketua memutuskan untuk pulang lebih awal dari jadwal yang seharusnya.

Ini tidak mungkin, ini tidak boleh terjadi. Rafa menggigil membayangkan hal apa yang ia dapat setelah ketua pulang nanti. Hanya satu yang tersisa, wakil ketua Hacov. Jika ia bisa menemukannya, maka ia akan selamat.

Tanpa Rafa sadari, seseorang yang ia cari berada tepat disampingnya, sedang menatap aneh seolah membaca setiap gerak-geriknya.

Rafa menelefon supirnya untuk menjemputnya sekarang juga. "Gua cabut duluan"

Hazel menahan tangan Rafa dengan keras "Tapi makanan lu belum abis"

Rafa menatap dengan dingin kearah Hazel "lepas, atau gua patahin tangan lu"

Hazel menyadari dirinya sudah keterlaluan akhirnya melepaskan cengkramannya "maaf"

Rafa menyerahkan duit lembar 100ribu dan menaruhnya dimeja, Hazel yang melihat itu tampak tersinggung.

"Gua keliatan miskin banget sampe lu ngeluarin duit?"

"Ohh nyadar?"

"Ambil duit lu"

"Gua bayar makanan gua sendiri, terserah sama makanan lu" Ucap Rafa lalu bergegas pergi.

Hazel mengepalkan tangannya untuk menahan emosi 'kehed sia anying'
*
*
*
*
*
Rafa melangkah masuk kerumah besar berlantai 3 dengan cat berwarna putih dan berlantai marmer. Rumah itu tampak sangat luas dan mewah, selamat datang di rumah keluarga Biantara.

Rafa merupakan anak tunggal dari sepasang pengusaha sukses. Namun hal itu juga menjadikannya tumbuh sebagai anak yang kurang kasih sayang orang tua, tapi faktor itu tidak membuat ia menjadi anak yang bodoh.

Justru semasa ia sekolah, ia selalu ranking 3 besar disekolahnya. Selain itu, Rafa juga pernah memenangkan lomba catur, rubik, dan IPA tingkat nasional. Dibidang non akademik pun, Rafa menjuarai lomba karate dan taekwondo.

Posisi wakil ketua dan julukan yang tidak pernah terkalahkan bukan omong kosong belaka. Rafa pernah berkali-kali memimpin pasukan penyerangan dan selalu berhasil dengan kemenangan membuatnya di percayai posisi wakil ketua.

Rafa berjalan ke kamar sambil membanting pintu kamarnya dengan keras, "SIALAN!!!" Teriak Rafa yang membuat beberapa pelayan disana tampak khawatir dan was-was.

Rafa menggigit kukunya hingga berdarah, ia saat ini sudah sangat frustasi dengan Hacov dan si wakil ketua mereka. Rafa merasa seperti di permainkan di lingkaran setan.

Setiap ia berpikir sudah selangkah lebih dekat dengan untuk menemukan wakil ketua Hacov, ia selalu gagal dan rencananya kembali seperti semula.

Ia menelefon seseorang, ini adalah rencana terakhir.

"Halo, bang akhirnya lu nelepon gua juga"  Ucap excited seseorang yang berada di seberang telefon.

"Bagaskara Valentino, Serang markas Hacov di wilayah Jakarta Selatan dan culik salah satu petinggi bernama Juna Araksa"

Bagas terkekeh jail "segitu putus asa nya ya bang, sampe si otak licik Rafa mutusin buat culik petinggi Hacov"

"Gua ngasih perintah, bukan buat dengerin bacotan lu"

"Bang bryan juga di kasih misi ini bang?"

"Ada gua mention nama abang lu?"

Bagas lagi-lagi tertawa, sebenernya ia sangat takut sekarang, ia juga berani seperti ini karena melalui telefon. Mungkin jika di perintah secara langsung, bagas akan pipis di celana.

"Siap bang, dilaksakan"

TBC

Ceraunophile | HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang